Monday 30 April 2007

Eloknya Ranah Minang




Setelah menunggu hampir 4 bulan dari pertama booking tiket Air Asia, maklum biar dapat tiket murah, tibalah saat yang dinanti-nanti, perjalanan ke Ranah Minang. Hari Selasa, jam 6.30 pesawat akhirnya lepas landas menuju daratan Sumatra Barat, tiba jam 8.15 di Bandara Internasional Minangkabau disambut dengan hujan rintik-rintik, tetapi tidak mengurangi semangat kami untuk mengeksplore Ranah Minang yang cantik. Tampak penjemput sudah menunggu dengan tulisan nama saya dan segera kami naik ke mobil sewaan yang sudah tersedia. Kebetulan yang menemani perjalanan kali ini adalah kakaknya teman yang mempunyai travel di Padang.
Tujuan pertama kami adalah Bukittinggi dan dalam perjalanan kami singgah di tempat yang bernama Puncak Kiambang, sebuah rumah makan dengan pemandangan pegunungan Bukit Barisan yang cantik. Tambak-tambak ikan yang besar juga menghiasi rumah makan ini. Disini kami duduk-duduk sambil minum teh dan membicarakan tujuan perjalanan hari ini, tempat-tempat mana saja yang akan disinggahi.

Tidak lama perjalanan dilanjutkan kembali dengan perhentian selanjutnya adalah Air Terjun Lembah Anai. Takjub sekali menyaksikan air terjun yang berada tepat di pinggir jalan. Kebetulan karena semalam habis hujan jadi air yang memancar sangat deras, membuat tubuh kami berdua nyaris basah kuyup. Tidak lupa kami membasuh muka karena konon airnya bisa membuat awet muda. Setelah puas main air dan foto-foto, perjalanan dilanjutkan dan tidak lengkap rasanya ke Bukittinggi kalau tidak mampir ke Sate Mak Syukur. Selain satenya yang memang sudah terkenal kelezatannya, di sini kami juga mencicipi makanan khas yang bernama Lapek Bugih, kue ketan berisi gula pasir dan kelapa parut yang dibungkus daun pisang lalu dikukus.

Setelah perut kenyang, kami kembali melanjutkan perjalanan dan tujuan berikutnya adalah Taman Nasional Lembah Harau. Dari kejauhan sudah terlihat sekumpulan tebing yang tegak menjulang dengan warna merah menyala, cantik sekali! Dengan menyusuri jalanan sepanjang tebing, kami menuju ke air terjun yang berada disana dan singgah sejenak untuk beristirahat dan foto-foto. Karena hari itu bukan hari libur, sekitar air terjun tampak sepi, yang pasti tidak akan ditemui kalau hari libur.
Sebenarnya di Lembah Harau ini, ada penginapan yang bernama Echo Home Stay dengan bentuk penginapan berupa cottage, cocok untuk yang ingin menyepi dan pastinya juga sangat romantis karena terletak di tengah lembah. Tetapi sejak awal kami memang tidak merencanakan menginap di sini.

Puas menikmati Lembah Harau yang cantik, kami segera menuju Bukittinggi dan check in di hotel Grand Malindo, hotel yang paling dekat ke obyek wisata Ngarai Sianok, hanya berjarak sekitar 10 meter saja. Dari jendela kaamar hotel sudah terlihat ngarai sianok yang cantik di kejauhan.
Tetapi sayang sekali, karena hujan turun dengan lebat, kami memutuskan untuk menunda kunjungan dan besok pagi saja ke Ngarai Sianoknya.

Setelah beristirahat dan ternyata hujan juga sudah reda kami segera menuju Benteng Fort de Kock. Merupakan benteng di atas bukit yang dibangun Belanda sebagai pertahanan melawan pemberontakan rakyat yang dipimpin oleh Imam Bonjol pada tahun 1825. Disini masih terdapat meriam-meriam kuno dan ada pula museum berbentuk rumah gadang. Sayang kami datang terlalu sore sehingga museum sudah tutup. Dari tempat ini kami bisa menikmati pemandangan kota Bukittinggi yang cantik dan melalui jembatan penghubung bisa menuju ke kebun binatang.

Kebun Binatangnya sendiri dalam kondisi yang memprihatinkan, hanya terdapat kandang harimau, gajah dan beruang. Yang cukup menarik adalah koleksi burung-burungnya. Ada burung beo yang sangat pintar mengoceh, ketika kami mendekat langsung disambut dengan ucapan Assalamualaikum, Pancasila, come here berulang-ulang, kocak banget.

Puas berjalan-jalan, perut sudah lapar minta diisi, kami menuju rumah makan Gulai Itiak Lado Mudo Ngarai untuk makan malam. Terletak di jalanan sempit ngarai sianok menuju kebKoto Gadang. Gulai itiknya sedap sekali, daging bebek yang empuk dan berukuran cukup besar dengan lumuran kuah cabai hijau yang pedas. Membuat satu porsi nasi tidak akan cukup.

Perjalanan hari pertama ditutup dengan kunjungan ke Jam Gadang untuk foto-foto. Di waktu malam, Jam Gadang tampak sangat cantik dengan lampu-lampunya.

Hari kedua, dimulai dengan kunjungan ke Ngarai Sianok, melihat pemandangan Ngarai yang menakjubkan dari menara pandang. Sungguh elok nian pemandangan ngarai ini.
Sayang akibat gempa yang baru lalu, gua Jepang masih ditutup untuk umum sehingga hanya puas melihat dari pintu gua saja. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan dengan eksplorasi ke Pasar Atas, Bukittinggi untuk membeli oleh-oleh dan makan siang di Nasi Kapau Uni Lis. Wah, akhirnya bisa juga merasakan gulai tambunsu Uni Lis yang lezat. Sempat mampir membeli Lemang Tapai untuk bekal ke Danau Maninjau, yang kami makan di pemberhentian berupa rumah makan di kelokan sebelum Kelok 44. Untuk menuju ke Danau Maninjau kami harus melalui jalan yang berkelok-kelok dan di setiap belokan terdapat angka yang menunjukkan jumlah belokan tersebut.

Hujan menyambut kami di Danau Maninjau, kami menginap di Hotel Maninjau Indah yang terletak tepat di tepi danau sehingga sejauh jauh mata memandang dari kamar adalah danau Maninjau yang dikelilingi pegunungan Bukit Barisan. Luar biasa. Apalagi setelah hujan berhenti pemandangan sunset di danau maninjau sangat indah. Perlahan-lahan suasana meredup dan berganti dengan kegelapan yang menyelimuti danau. Sekilas tampak cahaya lampu di kejauhan.

Hari ketiga, merupakan hari terakhir kami berada di bumi Ranah Minang yang cantik. Jam 8 tepat kami meninggalkan hotel menuju kota Padang, berhenti sebentar di kelok 37 untuk foto-foto dengan latar pemandangan danau Maninjau dari atas bukit dan mampir juga ke Maninjau Resort. Berbeda dengan hotel kami, hotel ini terletak di atas, sehingga yang tampak adalah pemandangan danau secara keseluruhan.

Dalam perjalanan pulang ke Padang, mampir membeli Bika Simariana untuk bekal menuju Pantai Air Manis tempat legenda Malin Kundang berasal. Disini ada batu yang berbetuk sesosok manusia yang konon adalah Malin Kundang yang dikutuk ibunya karena durhaka. Memang batunya mirip sesosok manusia, tetapi karena dari batu aslinya sendiri sudah dibentuk sedemikian rupa menyerupai sesosok manusa.

Untuk makan siang kami memilih di RM Pagi Sore dengan ayam gorengnya yang gurih dan renyah. Sebenarnya teman suami yang asli padang sudah sms berkali-kali menyebutkan daftar tempat-tempat makan enak lainnya, seperti gulai kepala kakap dan soto padang, tetapi apa daya perut sudah penuh rasanya.  Sehabis makan, tidak lupa membeli oleh-oleh kripik sanjay di toko oleh-oleh Christine Hakim dan setelah itu menuju tempat yang saya nanti-nantikan, Es Durian Ganti Nan Lamo, terkenal sejak tahun 1960, begitu tulisan di bungkusnya. Es Duriannya sendiri sederhana, hanya es serut dengan toping bubur durian yang berasal dari durian asli tanpa campuran dan sedikit susu kental manis coklat, tapi rasanya…top banget. Buat penyuka durian, apabila berkesempatan ke Padang harus mencoba ini. Very recommended.

Karena pesawat ke Jakarta masih jam 6 sore, waktu yang tersisa kami habiskan untuk mampir ke Pantai Padang, dimana dari sana tampak bukit Padang tempat Siti Nurbaya bunuh diri. Sayang waktu kami tidak mencukupi untuk melihat kuburan Siti Nurbaya, karena tempatnya di atas bukit, jadi setelah puas ke pantai kami sempat mampir ke Klenteng terbesar di Padang dan mencicipi sate padang khas Pariaman yang kuahnya berwarna merah. Tepat sebelum ke bandara, mampir kembali di tempat es durian untuk mengambil pesanan es durian yang sudah dipacking untuk dibawa ke Jakarta.
Saya sempat membeli es durian lagi tapi di seberang es durian Ganti Nan Lamo ini, dengan nama Es Durian Iko Gantinyo. Konon, dahulu Ganti Nan Lamo ini menempati tempat di seberang jalan, dan ketika mereka pindah ke seberangnya pemilik tempat yang lama ini mendirikan Es Durian Iko Gantinyo. Packingnya sangat bagus sehingga tidak tercium bau durian sama sekali.

Akhirnya pesawat lepas landas tepat pada waktunya dan walau sempat mengalami cuaca buruk, kami tiba dengan selamat di Jakarta. Akhirnya terpuaskan juga rasa penasaran saya akan alam Ranah Minang yang cantik, suatu saat saya pasti akan kembali.

Ada alternative pilihan bagi yang tidak ingin bermalam di danau Maninjau karena setelah di danau maninjau kita tidak bisa kemana-mana lagi, setelah dari danau bisa langsung kembali ke Padang, mencicipi makanan enak di Padang, bermalam di sana dan pagi harinya bisa ke kuburan Siti Nurbaya dan icip-icip makanan lagi.
Sayang sekali saya tidak bisa melihat Istana Pagaruyung karena sudah terbakar dan tidak bisa mengeksplor gua Jepang akibat gempa.
Curah hujan yang cukup tinggi membuat Ranah Minang sangat rawan longsor, hal ini saya alami dalam perjalanan ke Bukittnggi, sempat terjadi kemacetan karena ternyata baru saja terjadi longsor tepat sebelum saya lewat.
Pantai Sikuai juga merupakan tempat yang patut dikunjungi karena pemandangan pantainya yang indah, tetapi menurut kabar, akibat gempa penginapan di sana sedang direnovasi sehingga kurang nyaman, waktu yang singkat juga tidak memungkinkan saya ke sana.





19 comments:

  1. Jadi pengen ke Padang lagi.. hehehehe. Btw eniwei buswei, ntu Sate Mak Syukur kok menurut pengecap saya ada bumbu penyedapnya yang cukup bikin lidah saya bergetar ya... :-))

    ReplyDelete
  2. Cantik ya Padang! Belum kesampean tuh kesana.... Thanks for sharing pengalaman dan foto2nya Vit.

    ReplyDelete
  3. Ya ampun... teganya dirimu. Udah nyaris 2 taun gak makan beginian.... sluuurrrppp!!!

    ReplyDelete
  4. wah...bagus banged Vit...asiknya...
    tapi kok gak ngajak2 nih?:p

    ReplyDelete
  5. Yaks.... ini pulak dipajang... makasiiiihhh... makasiiihhh....

    ReplyDelete
  6. ranah minang memang rancak !! ( secara kampung halaman ku,heheheh )

    ReplyDelete
  7. kapan pergi lagi mbak ? :D
    pengen ke padang lagi, kmrin blm puas keliling :(

    btw, tumben ngga ada narsisnya ? :D

    ReplyDelete
  8. Tonk ok....tuh liburannya....... ntar kalau tugas kesana gw cuti lagi deeh...... :)

    ReplyDelete
  9. Menyenangkan bisa memandu
    Mudah-mudahan jalan-jalannya kemaren bener-bener bisa menyenangkan.
    Dan maaf kalo ada yg kurang-kurang.. aku harap kapan-kap

    ReplyDelete
  10. Menyenangkan bisa memandu Mbak Vita & Suami selama tour di Ranah Minang kemaren.. Mereka benar-benar traveller sejati dan senang makan..he..he..
    Mudah-mudahan perjalanan kemaren memang menyenangkan dan bisa balik ke Padang lagi buat menjelajahi tempat lainnya di Ranah Minang..di tunggu lho..
    Thanks ya...

    ReplyDelete
  11. Mbak ervita...,saya minta izin add image pemandangan Bukittinggi yaa....untuk design "say it with Oblong" usaha saya, kan nggak perlu pulang kampung he....he...

    ReplyDelete
  12. Ondeh mandeeee, takana jo kampuang !
    Antah bilo ka baliak pulang......hiks..

    ReplyDelete
  13. iya, silahkan mas..telat ya jawabnya, hihi

    ReplyDelete
  14. iya, silahkan, mbak...terimakasih ya...

    ReplyDelete
  15. Indonesia adalah surga di bumi ini.....syukuri dan rawat potensi wisata ...u anak cucu ....
    salam..... yan- arsitek 081283842828

    ReplyDelete