Thursday 30 January 2014

Trip to Singapore 2014








Trip ke Singapore kali ini memang bukan untuk pertama kalinya, tapi bagi saya setiap trip itu pasti mempunyai kesan tersendiri. Seperti trip kali ini, yang harus menunggu 6 bulan karena salah satu teman saya sedang hamil waktu kami membeli tiket, jadi menunggu sampai melahirkan dan baby berumur 5 bulan. Untuk teman saya yang lain, Fitri, dia baru pertama kali ke Singapore setelah 1,5 tahun sebelumnya gagal berangkat, padahal tiket sudah dibeli. Untungnya tiket promo jadi kerugian tidak terlalu besar.

Sehari sebelum keberangkatan kami ke Singapore,  13 Januari 2014, hujan deras melanda Jakarta, membuat kami was-was, takut perjalanan ke Bandara terhambat karena banjir. Untung saja, akses ke Bandara masih lancar jaya pada jam 6 pagi dan pesawat kami boarding tepat jam 9 pagi. 

Tiket :

Dapet tiket murah dari Tiger Mandala, total per orang Rp. 500 ribu pp. Seharusnya Rp. 400 ribu tetapi karena membayar dengan credit card dikenakan fee sebesar Rp. 100 ribu. Lain kali bisa memilih opsi yang lain seperti transfer, dengan  biaya yang lebih murah. Tetapi waktu yang diberikan hanya sekitar 3 jam dari selesai memesan sampai membayar melalui ATM.

Kali ini saya cukup beruntung karena bisa mendapat penginapan gratis di apartemen teman saya. Maklum saat saya berangkat dollar sedang melemah, sehingga 1 $ SGD = Rp. 9600,-  Menyebalkan sekali  ya.. udah hampir Rp. 10.000,- Terpaksa nggak bisa terlalu banyak belanja. 

Transportasi di Spore, untuk MRT dan bis menggunakan kartu ezlink, seharga 12 $ SGD dengan isi 7 $ SGD dengan 5 $ SGD adalah harga kartu dan tidak bisa diambil. Kartu valid selama 5 tahun, jadi jangan sampai hilang, jika kembali lagi ke Singapore dalam waktu 5 tahun kartu masih bisa dipakai, tinggal diisi ulang. 

Saya baru kali ini pake Ez Link, sebelumnya selalu pake standard ticket. Jadi mesti memilih jurusan, memasukkan uang ke mesin sesuai harga yang tertera,  baru deh kartunya keluar. 


Ez Link dan Standard Ticket MRT

Untuk perjalanan kali ini, saya top up saldo sebesar 10 $ Sing dan memakainya hingga habis sehingga tersisa hingga saldo minimal sebesar  2 $ sehingga pada saat saya membayar untuk MRT terakhir menuju  ke bandara Changi sudah tidak bisa lagi dan saya harus membeli tiket single trip. Tiket single tripnya bentuk baru, berbeda sejak 2 tahun lalu saya terakhir ke sini. Kali ini berbentuk karton tebal, tapi bisa dipakai sebanyak 6 kali dan ada  diskon sebesar 10 sen.
Total ongkos transportasi selama 3 hari 2 malam di Singapore adalah 20 $ SGD.

Walaupun ini bukan kali pertama saya ke singapore, saya tetap browsing untuk menentukan objek wisata yang akan dikunjungi,  terutama yang belum pernah.  Saya menemukan blog tentang Singapore yang cukup lengkap dan informatif yaitu blog http://jalanjajansingapura.com   Selain info objek wisata, ada pula info tempat makan, penginapan dan bisa membeli tiket masuk ke objek wisata dengan harga lebih murah dari harga resmi.  Pemilik blog juga selalu siap sedia membalas pertanyaan-pertanyaan apa saja mengenai singapore. Helpful sekali deh pokoknya.

Dari info yang saya dapat, lokasi yang belum pernah saya kunjungi adalah area Marina Bay Sands, termasuk Garden By The Bay dan Marina Barrage dan melihat patung Merlion di waktu malam. Hmm, pemandangan lampu-lampu gedung di malam hari pasti indah sekali.  Sudah dua kali ke sana selalu saat siang hari. Saat malam juga ada pertunjukkan laser show dari Marina Bay Sands.

 
Merlion Park at Night 

Saya sampai di stasiun MRT Raffles Place sekitar pukul 7 malam dan berjalan santai melewati depan hotel klasik Fullerton,  yang kali ini berhias lampion merah menyambut datangnya imlek. 


Fullerton Hotel

  Menyeberang jalan, melewati Fullerton Bay Hotel, menyusuri tepian Clifford Pier  dan akhirnya sampailah saya di ikon Singapore, patung Merlion.  Berbeda dengan cuaca Jakarta yang sedang hujan dan mendung, cuaca di Singapore cukup cerah sore dan malam itu, sehingga bulan hampir  purnama tampak bersinar dengan indahnya. Lampu-lampu dari Marina Bay dan Singapore Flyer serta gedung-gedung disekitar sangat memanjakan mata. Bersyukur saya akhirnya bisa menikmati semua keindahan ini.  Saya duduk di tangga sambil mengeluarkan bekal kue dan minum dari Eka.  Awalnya saya lupa, jika pada jam 8 malam ada pertunjukan sinar laser dari Marina Bay,  karena  saya masih berada di sana  sampai jam 8 malam, akhirnya bisa juga menikmati pertunjukan tersebut.  Oiya, pertunjukan laser ini diadakan setiap hari kok. Jadi buat yang blom pernah menyaksikan it’s recommended.  




















Sebenarnya setelah pertunjukan laser selesai saya masih agak malas meninggalkan tempat ini. Saya berjalan perlahan-lahan menyusuri Cliffor Pier sampai di area yang terdapat banyak tempat duduk di depan Hotel Fullerton Bay. Saya duduk disana dan menikmati malam yang penuh gemerlap lampu,  sendirian saja, sambil melihat orang-orang yang  lewat. Beberapa pelari baik yang sendirian atau berpasangan  beberapa kali melewati saya... uh, jadi nyesel gak bawa sepatu lari. Selain para pelari, wisatawan dan pekerja kantor masih ramai lalu lalang.  Kalau tidak ingat sudah hampir jam 9 malam dan masih jauh dari apartemen,  kayaknya saya masih betah duduk disana.  Berharap waktu berhenti dan saya tidak usah pulang ke Jakarta lagi. Tetapi detik dan menit terus berjalan, dengan berat hati akhirnya saya terpaksa meninggalkan tempat tersebut dan menuju stasiun MRT.
Ketika di dalam MRT, masuk sms dari Nino yang menanyakan saya sudah di mana, karena dua teman saya yang lain sudah pulang ke apt. Takut saya nyasar katanya. 

Oiya, selama di sini saya sengaja tidak mengaktifkan mobile data di HP, supaya saya bisa tenang menikmati perjalanan dan pemandangan. Tidak melulu konsen ngecek whatsapp, bb, jejaring sosial atau sibuk mengupload foto dan status. Hehe.. Jadi saya hanya mengandalkan sms untuk janjian dengan teman-teman dan sekali sms itu adalah Rp. 5000.- Jadi tetap saja harus hemat sms. Untuk mendapatkan wifi gratis ternyata harus daftar sebelumnya, jadi memang agak merepotkan untuk fakir wifi seperti saya.  Satu-satunya akses wifi paling kencang adalah di Marina Bay Sands. Jadi ketika saya berada di sana setelah dari Garden By The Bay, adalah kesempatan untuk beristirahat sekaligus cek in dan update foto. Hehehe... 


Garden By The Bay

Garden By the Bay adalah areal taman yang luas serta modern karena dilengkapi dengan super tree yang berguna  sebagai tempat konservasi pengolahan air. Dengan dibangunnya super tree berfungsi menampung air hujan, menghasilkan tenaga surya, dan menjadi saluran irigasi untuk konservatori taman.


Menuju ke sini dapat dicapai dengan naik MRT jalur kuning dan turun di stasiun MRT Bay Front serta berjalan kaki dengan mengikuti petunjuk yang ada.  Jalan yang dilalui cukup nyaman melewati lorong dengan dekorasi kaca dan lukisan bunga-bunga yang asyik buat foto-foto dan berakhir langsung di depan Gardens By The Bay. 

Pemandangan taman dengan pepohonan yang lebat langsung menyegarkan mata, dengan danau buatan, King Fisher Lake, dilengkapi patung intalasi berbentuk capung, bernama Dragonfly. Di sana terdapat jembatan dengan alas kayu dan sangat bagus untuk foto-foto.  Selain latar belakang pohon super tree yang bentuknya unik, gedung Marina Bay Sands juga bisa menjadi latar belakang di baliknya. Kami hanya berjalan-jalan di areal taman yang gratis yaitu di areal South Garden Bay, diantaranya ada  Heritage Garden, yaitu taman-taman yang bertema etnis yang dominan di Singapore yaitu Chinese Garden, Indian Garden dan Malay Garden. 

Lelah berjalan, karena siang itu matahari cukup terik, kami beristirahat pada bangku yang tersedia di dekat areal super tree. Super tree ini sangat besar, karena setara dengan gedung 16 lantai.  Pada bangku tempat duduk yang mengelilingi areal super tree ini juga terdapat gambar bagaimana proses pengolahan air tersebut. Silahkan disimak ya, pokoknya canggih deh... 



Tiket masuk diperlukan untuk menaiki jembatan yang menghubungkan antara super tree yang satu dengan yang lainnya sehingga ketika berada di sana,  bisa melihat seluruh areal taman dan pemandangan kota Singapore. 

Selain itu tiket juga dipergunakan untuk memasuki areal Cloud Forest dan Flower Dome dimana disana terdapat air terjun buatan yang  di dalamnya telah di buat  serupa iklim dingin-kering Mediterania dan kawasan sub-tropis seperti di Afrika Selatan, dan beberapa bagian Eropa seperti Spanyol dan Italia. Cloud Forest mengadaptasi iklim dingin berembun yang ditemukan di kawasan Tropis Montana pada ketinggian antara 1.000 sampai 3.500 meter dari permukaan laut. Jadi kita bisa menikmati tanaman dan bunga-bunga yang hidup di daerah tersebut. 


Untuk memasuki areal  Dome dan Cloud Forest harga tiketnya adalah 28 $ SGD untuk dewasa dan 14 $ SGD untuk anak-anak.
Pemandangan lampu-lampu yang cantik juga bisa dinikmati di sini pada waktu malam karena taman ini buka sampai pukul 9 malam. 










Selain kedua tempat di atas, objek wisata lain yang saya datangi adalah tempat yang sudah biasa didatangi oleh wisatawan, apalagi kalau bukan tempat wisata belanja : 

Chinatown, Bugis dan Orchard Road. 

Sekarang antara Chinatown dan Bugis sudah ada MRT yang langsung menghubungkan kedua tempat tersebut, yaitu Downtown Line, jalurnya berwarna biru. Awalnya saya ingin memakai jalur biasa yang harus berganti line di MRT Dhoby Gaut cukup luas dan ramai, karena Chinatown di jalur ungu dan Bugis di jalur hijau, tetapi karena saya sempat melihat peta yang tertera di MRT dan ternyata ada jalur baru tersebut jadi lumayan, bisa menghemat waktu. 

Di Bugis, seperti biasa kami berbelanja di pertokoan Bugis Street yang tetap full dengan turis yang berbelanja. Di sini banyak sekali jenis barang untuk oleh-oleh yang bisa dibeli, tinggal pilih sesuai selera dan kantong. Harganya biasanya juga borongan, misalnya coklat $ 10 SGD untuk 3 kotak coklat dengan bentuk merlion dengan rasa yang bisa dipilih, ada green tea, dark chocholate, mangga, raisin and nut serta almond. Kalau kaos harganya sama $ 10 SGD untuk 3 helai kaos segala ukuran.  Selain itu banyak juga souvenir lain yang sudah umum, seperti gantungan kunci yang juga bisa untuk potong kuku atau sekaligus untuk pembuka botol dan lain-lain. Banyak deh. 




Suasana Belanja di Bugis Street

Di Orchard Road, saya hanya jalan-jalan sebentar,  pada hari ketiga di pagi hari sebelum janjian dengan teman saya untuk lunch di Tanjong Pagar. 
Dari apt teman saya di Novena, kami naik bis dan turun di depan Lucky Plaza. Tiket bis lebih murah dari tiket MRT. Kali ini saya pisah lagi dengan dua teman saya yang lain. Saya dan Nino berjalan menyusuri Orchard road dari sisi Lucky Plaza, mall  Robinson, lalu menyeberang ke Mall yang ada H&Mnya dan  tergiur dengan topi lucu yang lagi sale.

Ketika Nino harus pergi duluan karena ada janji dengan temannya di Vivo City, kami berpisah di statsiun MRT yang berada di mall 313@Somerset.  Setelah memutari mall tersebut,  saya memutuskan untuk meneruskan perjalanan ke  stasiun MRT City Hall, karena  janjian makan siang dengan teman masih lama.  Di atas MRT City Hall ada mall Raffles City dan sepertinya ada beberapa objek wisata di sekitar City Hall. Pengen ke sana, tetapi karena  cuaca saat itu mendung, akhirnya saya membatalkan berjalan menelusuri area sekitar City Hall,  dan mampir ke Mc Donald  serta  memesan Taro Pie, salah satu menu yang  tidak ada di Mc D Jakarta. Surprisingly,  rasanya cukup  enak, manisnya pas. Mungkin karena saat itu saya sudah lapar, lumayan bisa jadi pengganjal perut sementara sebelum makan siang. 



 
Sekitar 30 menit  saya duduk  sambil melihat orang-orang lewat, salah satu kegiatan yang menjadi hiburan bagi saya selama di sini.  Setelah bertemu teman di MRT Tanjong Pagar, saya diajak makan siang di area perkantoran yang tidak jauh dari sana. Setelah berjalan beberapa saat, saya tidak memperhatikan nama jalannya, tibalah saya di suatu lokasi yang merupakan area dimana banyak penjual makanan dan tempat para karyawan makan siang. Saya diajak mencicipi menu Drum Chicken Briyani di kedai Bayleaf, khusus menyajikan makanan India. 

Drum Chicken Briyani - Bayleaf, Tanjong Pagar


 
  • Makanan :
Selama di spore kali ini, menyesuaikan dengan selera teman-teman yang memperhatikan kehalalan makanan,  kami selalu memilih makan di resto fast food seperti KFC atau Mc Donald. Tetapi karena di KFC ada menu Chicken Rice dengan nasi gurih dan lauk ayam dengan saus yang berbeda-beda, akhirnya selama di sana kami selalu makan di KFC. Harganya untuk paket ala carte (paket tanpa minum) adalah $ 4,5 SGD dan dengan minum $ 5.5 SGD. Ada 3 pilihan saus : OR Chicken Rice dengan Original Recipe Sauce alias saus jamur, Roasta Chicken Rice – Honey Sauce dan Zinger Chicken Rice – Chili Crab Sauce.  Semuanya enak kok... 


 
Chicken Rice KFC


Chinatown

Kami sampai di Chinatown ketika jam makan siang sudah lewat. Rencana awal sih pengen makan di Mc Donald, tapi ternyata restonya penuh sekali sehingga kami memutuskan untuk berjalan sambil mencari tempat makan lain dan ternyata tidak ada yang meyakinkan. Iyalah, ini kan Chinatown. Akhirnya untuk mengganjal perut kami membeli roti di mini market saja. 

Ketika sedang berjalan menyusuri Hill Street di area Chinatown, kami melewati Hong Lim park, taman kecil yang banyak burung merpatinya.  



  

Melewati kuil kecil yang saya kira Sri Mariaman temple karena bentuknya mirip. Tetapi ternyata bukan, karena ketika melihat di peta, tempatnya bukan di jalan ini. 




 
Setelah puas bermain merpati, kami melihat uncle penjual es potong. Kami istirahat sambil makan es potong. Harganya masih tetap  $ 1 SGD. Saya pilih rasa choco chip. Kedua teman saya memilih rasa strawberry dan mangga. Hmmm... nyam nyam...nyam...


Di Chinatown, selain berbelanja pernak pernik dengan harga murah meriah, bisa mampir ke rumah ibadah Sri Mariaman temple. Merupakan kuil Hindu tertua yang berada di South Bridge Road. Pada pintu masuknya terdapat relief yang artistik berwarna warni  yang menggambarkan dewa dewi dalam agama Hindu. Sepertinya kuil Hindu di singapore memang mempunyai eksterior seperti ini, seperti yang saya lewati sebelumnya.  Saya tidak masuk ke dalam, hanya sampai pintu depan saja, karena walaupun merupakan objek wisata tetapi kuil ini tetap merupakan tempat ibadah yang masih dipergunakan. Selain itu bagian dalam kuil tidak boleh difoto. 






Oiya, karena menjelang imlek, dekorasi sepanjang jalan raya di depan Chinatown cukup meriah, menyambut tahun Kuda kayu,  dekorasi kuda berwarna merah serta lampion-lampion menyemarakkan suasana. 






Kedatangan saya ke Singapore kali ini juga dalam rangka bertemu teman-teman yang sudah lama tidak bertemu.  

Pada hari pertama saya sampai di Singapore, setelah meletakkan tas di apartemen teman saya di daerah Novena. Menjelang sore, saya berkunjung ke apt teman saya yang  berada di pinggir kota karena apartemen tersebut berada di suatu kompleks apartemen yang disediakan oleh pemerintah. Nama daerahnya adalah Choa Chu Kang. Sebelumnya saya sudah di beri petunjuk untuk turun di MRT Choa Chu Kang, jalan ke arah terminal bis dan antri di line bis  313 dan turun pada halte setelah putaran. Hmm, ternyata setelah saya jalani, sangat mudah, di tepi jalan sudah tertera no block apartemen tempat teman saya tinggal. Tetapi supaya lebih mudah, teman saya, Eka, menjemput di halte. Sekarang Eka sudah punya baby imut bernama Eva.  Waktu terakhir saya bertemu dia sedang hamil, sekarang anaknya sudah berumur 1,5 tahun.
Suasana di kompleks apartemen ini sungguh asri, bersih dan rapi. Dengan fasilitas yang cukup lengkap, terdapat sekolah di lantai bawah gedung dan taman bemain yang cukup besar. 





Sedangkan apartemen di tengah kota tempat saya menginap, yang dikelola oleh swasta memang terlihat lebih mewah. Dengan fasiltas sport centre, kolam renang, spa,  taman serta kolam dan area bermain anak.

Perjalanan pulang kembali ke Jakarta berjalan dengan lancar. Teman saya yang membawa beberapa botol ASI perah yang telah beku, dengan lancar bisa melalui pemeriksaan setelah sebelumnya memberi tahu kepada petugas yang berjaga di Bandara. Sehingga bisa membawa botol-botol tersebut ke atas kabin. Pesawat juga tiba tepat waktu dan disambut dengan macet karena saat itu Jakarta habis diguyur hujan. Yes, back to reality.