Tuesday 16 August 2022

Koteka (Komunitas Traveler Kompasiana) Trip : Walking Tour Napak Tilas Kemerdekaan Bersama Wisata Kreatif Jakarta

 


Saya langsung menyambut dengan gembira ajakan teman saya tour guide Ira Lathief untuk ikut serta dalam acara yang diselenggarakan oleh Koteka (Komunitas Traveler Kompasiana) yang mengadakan acara walking tour ke 3 museum yang berkaitan dengan rangkaian acara menyambut hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia ke 77. Tiga museum yang akan dikunjungi kali ini adalah Museum Gedung Joang 45 di Jl Menteng Raya, Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Jalan Imam Bonjol dan yang terakhir adalah Monumen Proklamasi di jalan Proklamasi.  

Saya sudah pernah berkunjung ke Gedung Joang tapi untuk dua tempat yang lainnya saya belum pernah, jadi kapan lagi ada kesempatan bisa datang ke sana bersama teman-teman blogger. Pasti lebih seru dibandingkan datang sendirian.

Gedung Joang 45

Jadilah pada suatu siang di hari Minggu yang panas terik, hari itu memang panas sekali, kita berkumpul di meeting point pertama di Gedung Joang 45.

Sepertinya sudah ada yang berubah dari waktu awal saya berkunjung ke musium ini. Sekarang di depan museum ada foto-foto pahlawan wanita asal Indonesia, hampir semua sudah familiar namanya kecuali satu, Opu Daeng Risadju. Tapi dari namanya saya tau beliau berasal dari Sulawesi Selatan dan ketika saya googling benar adanya bahwa beliau berasal dari Palopo.




Gedung Joang 45 ini awalnya adalah Hotel Schomper sesuai dengan nama pemiliknya orang Belanda bernama L.C Schomper, didirikan pada tahun 1939. Setelah Belanda menyerah kepada Jepang gedung ini menjadi markas pemuda-pemuda yang nantinya berperan dalam proses Indonesia menuju kemerdekaan. Tokoh-tokoh pemuda tersebut diantaranya adalah Adam Malik,Sukarni, Haerul Saleh, Hanafi, Wikana, Nitimihardjo, Kartawiguna, SK Trimurti, Ahmad Subarjo, Djoharnur dan BM Diah.  Wajah para tokoh pemuda tersebut diabadikan dalam patung lukisan wajah yang diletakkan di bagian depan gedung setelah pintu masuk.







Di dalam gedung ini terdapat tulisan tentang sejarah gedung dimana sempat berganti-ganti nama organisasi pemuda yang menguasai gedung tersebut. Terdapat juga lukisan dan diorama yang berisi suasana gedung Joang pada jaman kemerdekaan dan Rapat Raksasa di Lapangan IKADA Jakarta yang dihadiri oleh banyak rakyat Indonesia dari pelosok daerah yang ingin mendengar pidato kenegaraan dari Bung Karno.

Disini kita sempat ngerumpiin Sukarno yang memang sudah menjadi tokoh pria flamboyan sejak muda. Diantara banyak foto dan tanda pangkat dari tokoh pemuda yang ada di museum saya sempat mengabadikan memorabilia tokoh Chairul Saleh yang lumayan juga tampangnya setelah diperhatikan. hihihi



Selain diorama terdapat juga juga replika tandu yang dipakai oleh panglima besar jenderal Sudirman ketika sedang bergerilya. Mendapat cerita dari Ira bahwa strategi perang Jendral Sudirman ini telah dipakai oleh banyak negara di dunia khususnya di Vietnam dan jendral bintang lima di Indonesia itu hanya ada 3 orang yaitu Sudirman, Suharto dan AH Nasution.








Selain tandu AH Nasution di Gedung Joang ini juga terdapat mobil kepresiden yang dahulu dipakai Soekarno dan Hatta, termasuk mobil pribadi Soekarno yang kena lemparan granat di Sekolah Percik alias Perguruan Cikini.

Mobil kepresidenan RI yang lain saat ini sedang dipamerkan di Sarinah dalam rangka HUT RI ke 77.

Jam buka Gedung Joang 45 ini adalah : Selasa-Rabu 8-16, Kamis-Sabtu 11-14, Minggu 8-16, Senin libur. 

Setelah foto bersama di depan Gedung Joang kami berpindah ke lokasi kedua yaitu Museum Perumusan Naskah Proklamasi alias Munasprok.

Museum Perumusan Naskah Proklamasi 



Saat kami tiba di halaman museum sedang ada latihan drama untuk mengisi acara HUT RI jadi suasana tampak ramai. Masuk ke dalam kami disambut oleh ruangan-ruangan yang disetting sesuai dengan kejadian saat naskah proklamasi dirumuskan oleh Soekarno Hatta serta Ahmad Soebarjo serta tokoh lainnya yang berjumlah 30 orang.  Semua foto dan nama-nama tokoh tersebut terdapat di dinding museum.



Gedung Museum ini adalah rumah dari Laksamana Muda Tadashi Maeda yang mendukung Indonesia merdeka. Beliau mempunyai pendapat sebagai orang Jepang sejati harus menjaga ucapannya dan ketika Jepang berjanji memberi kemerdekaan untuk Indonesia hal itu harus dilaksanakan. Sebelum menjadi museum fungsi gedung ini sempat berganti beberapa kali, Markas Tentara Inggris, ketika Sekutu mendarat di Indonesia, Perpustakaan Nasional dan akhirnya ditetapkan sebagai Museum.

Di dalam museum ini terdapat beberapa ruangan : Ruang Pertemuan, Ruang Perumusan, Ruang Pengetikan dan Ruang Pengesahan. Museum ini sudah dilengkapi dengan layar sentuh yang berisi keterangan sejarah lengkap masing-masing ruangan.














Di lantai 2 terdapat ruangan yang berfungsi sebagai ruang pameran dan di halaman belakang terdapat bungker tempat Maeda menyimpan dokumen rahasia.





Setelah puas menelusuri ruangan demi ruangan dan foto-foto kami melanjutkan perjalanan menuju tujuan terakhir dari tour ini yaitu Monumen Proklamasi.

Oh iya, Museum Perumusan Naskah Proklamasi ini untuk hari Selasa-Kamis buka dari jam 8-16, Jumat 8-16.30 (tutup 11.30-13), Sabtu-Minggu 8-16, Senin dan Libur Nasional tutup. 

Monumen Proklamasi



Lokasi Monumen Proklamasi ini awalnya adalah rumah Soekarno tempat beliau membacakan Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yaitu Jl Pegangsaan Timur 56.  Rumah ini sudah tidak ada lagi sejak Soekarno wafat sekitar tahun 1960.  Beliau berpesan untuk memusnahkan rumah tersebut.

Di lokasi ini terdapat 3 monumen, yaitu tugu petir yang disebut Tugu Proklamasi, monumen peringatan 1 tahun setelah Indonesia merdeka dengan tulisan Atas Oesaha Wanita Jakarta dan Monumen Patung Soekarno Hatta dengan naskah proklamasi di tengahnya.



Akhirnya ditengah cuaca sore hari yang masih panas menyengat selesailah acara tur bersama teman-teman Kompasiana. Sungguh pengalaman yang menyenangkan dan menambah banyak teman tentunya.

Sampai bertemu lagi di acara Koteka selanjutnya!