Tuesday 23 February 2010

GLADIACTOR

Impian adalah suatu keinginan yang belum nyata.
Segala sesuatu berangkat dari impian dan untuk mewujudkannya diperlukan peluang dan kerja keras. GladiActor memberi ada peluang dan alasan bekerja keras untuk mencapai cita-cita.

GLADIACTOR

Program Pelatihan GladiActor, memberi peluang meraih cita-cita menjadi Aktor yang memiliki keterampilan teknik, serta pengetahuan dasar sinematografi yang memadai.

Program Pelatihan GladiActor, memberi anda peluang meraih cita-cita menjadi Penulis Skenario yang menguasai teknik visualisasi berdasarkan kaidah sinematografi.

Program Pelatihan GladiActor, memberikan pengetahuan dasar penyutradaraan untuk lebih memahami teknik pengadeganan.

Pelatihan terbuka untuk umum maupun pelaku dan pekerja seni yang berminat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan di bidang teater, film dan televisi.

Materi Pelatihan:
- Penciptaan/pengadeganan: dengan melakonkan sebuah peran tertentu
- Analisis skenario
- Analisis peran
- Dramaturgi
- Proses psikologis dalam penciptaan peran
- Aspek Sosial-Budaya dalam seni peran
- Body – Soul – Mind (body ekspresssion)

Pendekatan Belajar :
Proses belajar berlangsung dengan menggunakan pendekatan Experiential Learning dari David Kolb. Pendekatan ini menekankan pada pengalaman nyata yang memberikan pemahaman, kesadaran, dan penghayatan mengenai apa yang dipelajarinya.

Tenaga Pelatih :
Pelatih Utama :
Slamet Rahardjo Djarot (Aktor, Sutradara)
Dr. Dewi S. Matindas (Pakar Psikologi)
Dr. Arief Mudatsir Mandan, M.Si (Pakar Sosiologi)
Dewi Hafianti, S.Sn (Dosen Tari, Penari)

Pelatih Pendamping :
Drs. Adiparanajaya, Alex Komang, Tri Rahardjo

Tamu Pembanding :
Seniman Berprestasi yang peduli pada kegiatan seni.

Sertifikat Teguh Karya diberikan kepada peserta berdasarkan evaluasi tentang kemampuan dan tingkat partisipasi dalam pelatihan.

Pusat Pelatihan :
Kagiatan Pelatihan GladiActor dipusatkan di Sanggar Teater Populer karena faktor kesejarahan serta kelengkapan fasilitasnya sebagai sanggar kerja seni.

Fasilitas Sanggar :
Ruang Pelatihan, Ruang Kelas, Ruang Perpustakaan, Ruang Makan, Locker, Hot Spot.ihan

Metode Pelatihan :
Praktikum, Diskusi Kelompok, Ceramah Singkat, Simulasi, Studi Kasus, Penugasan.

Sanggar Teater Populer terletak di daerah Tanah Abang, Jakarta Pusat, sehingga mudah dijangkau dari berbagai arah.

Alamat Sekretariat :
Jl. Kebon Pala I/295, Tanah Abang, Jakarta Pusat 10230.
Telp : (021) 3101030, Fax (021) 3143041


info : gladiactor@gmail.com
        info@linki.teaterpopuler.com

"Kreativitas Tidak Boleh Mati"
Kalimat diatas merupakan pesan terakhir Teguh Karya sebelum meninggal dan sekarang menjadi motto kerja Teater Populer dalam mengabdi negeri melalui KARYA SENI.

GLADIACTOR
Pelatihan Seni-Teater-Film-Televisi
Merupakan Bentuk Pengabdian Teater Populer dalam kepentingan pengadaan sumber daya manusia kreatif bidang teater, film dan televisi, melalui sebuah badan usaha yang dinamakan Lingkar Imajika.

Teater Populer adalah salah sebuah kelompok teater Indonesia yang menonjol terutama karena prestasinya di kemudian hari di dunia film.

Kelompok teater ini diresmikan pada hari Senin, 14 Oktober 1968, di Bali Room Hotel Indonesia, Jakarta. Pagelaran perdananya adalah dua pentas pendek: "Antara Dua Perempuan" karya Alice Gestenberg dan "Kammerherre Alving (Ghost)" karya Henrik Ibsen.

Kelompok yang dipimpin oleh Teguh Karya ini, semula bernama Teater Populer Hotel Indonesia. Anggota awalnya berjumlah sekitar 12 orang, berasal dari ATNI (Akademi Teater Nasional Indonesia), mahasiswa dan para teaterawan independen. Mereka mempersiapkan diri sejak awal 1968 dan berlatih di panggung Ballroom hotel. Manajemen kelompok ini memang berpayung di bawah Departemen Seni & Budaya Hotel Indonesia.

Jangkauan utama kelompok ini adalah menanamkan apreasiasi teater terhadap masyarakat dengan pendekatan bertahap. Dan gebrakan demi gebrakan telah berhasil menggaet sekitar 3000 peminat yang bersedia menjadi penonton tetap dengan membayar iuran. Produktivitas kelompok ini luar biasa. Untuk masa dua tahun, Teater Populer HI sanggup menggelar produksi panggung sekali sebulan. Di dalam proses perjalanannya, kelompok ini kemudian memisahkan diri dari manajemen Hotel Indonesia dan mengubah nama grup menjadi Teater Populer.

Karya-karya pentas yang dianggap kalangan kritikus sebagai puncak eksplorasi kelompok ini antara lain; Jayaprana karya Jef Last, Pernikahan Darah karya Federico García Lorca, Inspektur Jendral karya Nikolai Gogol, Woyzeck karya Georg Büchner, dan Perempuan Pilihan Dewa karya Bertolt Brecht, semuanya disutradarai Teguh Karya.

Kegiatan Teater Populer bukan hanya di panggung saja, tetapi juga di televisi. Pada tahun 1971, kelompok ini melahirkan sebuah karya film berjudul Wajah Seorang Laki-laki. Sejak saat itu, teater-film-televisi, merupakan begian kegiatan yang tak terpisahkan dari kelompok ini.

Banyak nama mencuat lewat kelompok ini. Selain, tentu saja, Teguh Karya, yang kemudian dianggap sebagai suhu teater dan film Indonesia saat ini, lahir pula Slamet Rahardjo Djarot, Christine Hakim, Franky Rorimpandey, George Kamarullah, Henky Solaiman, Benny Benhardi, Niniek L. Karim, Sylvia Widiantono, Dewi Matindas, Alex Komang, dll.

Sepeninggalan Teguh Karya, sanggar Teater Populer diteruskan oleh Slamet Rahardjo Djarot sebagai pimpinan sanggar dengan anggota angkatan setelah Alex Komang, seperti Nungki Kusumastuti, Arya Dega, Tri Rahardjo, Hendro Susanto.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Teater_Populer

Monday 22 February 2010

Obat Generik vs Obat Paten

Membaca headline di Koran Kompas hari ini mengenai obat generik membuat saya ingin menulis tentang pengalaman saya dalam memakai obat generik dan obat paten.
Jaman dahulu sewaktu masih anak-anak, saya termasuk sering sakit dan selalu berobat ke dokter langganan keluarga. Saya ingat betul sampai sekarang, bahwa dulu ketika saya hanya sakit flu biasa, walaupun tidak panas, akan diberikan antibiotik dengan merek Amoksan. Harganya saya memang sudah lupa, yang jelas obat tersebut termasuk mahal.
Ketika saya dewasa dan sudah mempunyai banyak pengetahuan mengenai berbagai macam hal termasuk tentang obat generic, saya menjadi faham, bahwa ternyata Amoksan tersebut adalah merek dagang dari Amoxilin yang harga generiknya jauh lebih murah. Dan akhirnya saya juga tahu, kalau untuk sakit flu tidak perlu sampai harus memakai antibiotik. Jadi bisa dibilang, antibiotik yang saya telan tersebut mungkin tidak berfungsi apa-apa. Karena kalau sakit flu tidak perlu memakai antibiotik.

Ternyata persoalan obat generik membawa pengalaman yang sangat berharga setika saya sudah mempunyai anak. Selain harus meminta penjelasan yang mendetail mengenai jenis obat yang diberikan termasuk perlu tidaknya memakai antibiotik, perlu ketegasan pula ketika hendak menebus obat untuk anak di apotik. Jangan sampai kita lupa untuk menanyakan apakah resep yang hendak ditebus itu bisa memakai obat generik atau tidak. Karena ketika meresepkan obat, dokter pasti akan memberi resep obat paten. Dan yang pasti harga obat paten tersebut berkali lipat lebih mahal. Padahal khasiatnya sama.
Untuk pasien yang mampu tentu tidak masalah dengan harga yang harus dibayar. Tetapi, seperti yang saya baca di Koran, ternyata di rumah sakit umum daerah pun ada dokter yang memberikan resep obat paten yang harganya berkali lipat lebih mahal. Menyedihkan.
Saya hanya bertanya dalam hati, sampai kapan hal ini akan terjadi?

Saturday 6 February 2010

Soup Restaurant




Letaknya di lt 3 Plaza Indonesia, memanfaatkan voucher yang masa berlakunya sudah hampir habis, akhirnya ada juga waktu untuk ke sana.
Restonya tidak terlalu besar dan lumayan penuh pengunjung. Kami mendapat tempat di ujung, meja untuk dua orang. Soup Restaurant ini merupakan cabang dari resto di Singapura.
Tidak hanya soup yang menjadi menu utama, masih banyak menu lain yang bisa dipesan. Hal itulah yang menyebabkan kami agak lama memilih, inginnya memilih menu favorit yang menjadi ciri khas resto ini yaitu Samsui Ginger Chicken, tetapi karena porsinya besar dan kami hanya berdua, kami batal memesannya. Padahal itu favorit banget di resto ini yang merupakan masakan khas Cina yang merupakan resep warisan dari wanita Samsui sejak jaman dahulu.
Akhirnya, menu yang dipilih adalah Stim Sapi Cincang Dengan Telur Asin dan Udang Keriting Bawang Putih. Stim Sapi Cincang hadir di mangkuk, dengan kuah berwarna coklat yang kaya rempah dan gurih dengan kuning telur asin di atasnya. Nyam..nyam..
Lain kali mesti balik lagi nih.. untuk nyobain ayam samsuinya..
Untuk menu-menu yang lainnya bisa dilihat di webnya supaya lebih jelas http://souprestaurant.co.id/bin/home.php

Soup Restaurant
Plaza Indonesia lantai 3

Phuket, here I come..

Start:     Apr 14, '10
End:     Apr 18, '10
Diajak ke Phuket sama my sister..awalnya sok nolak, karena bulan Mei udah berencana ke Bali, tetapi karena tiket sudah dibayar ya apa boleh buat.. tidak ada alasan untuk menolak lagi. Pokoknya tinggal berangkat aja deh, itinerary juga udah siap.
So, Phuket, here I come... :))

Friday 5 February 2010

Trip to Dieng and rafting @ Serayu River




Beruntung sekali, seharian ini, Jumat , tanggal 22 Januari 2010, cuaca sangat bersahabat walaupun mendung kadang masih tampak, maklum nanti malam saya akan berangkat ke Dieng dan rafting di sungai Serayu, Banjarnegara. Bersama dengan group jalan-jalan bernama Lareangon. Kalau misalnya nanti malam hujan, alamat bisa dilarang berangkat deh..tetapi syukurlah, sampai malam langit tetap cerah. Tampaknya Raiyan juga sudah rela melepas mamanya pergi karena ketika ditinggal tidak menangis, malah dadah-dadah dengan riang. Hehe…
Sekitar jam 22.00 malam, saya sudah sampai di tempat pemberangkatan di parkir timur Senayan, di sana sudah terlihat dua buah bis yang akan membawa kami semua bertualang melintasi setengah pulau Jawa. Berita terakhir , ada longsor di Wonosobo, jadi rute ke Dieng tidak bisa langsung, tetapi harus memutar lewat Banjarnegara. Jadi yang biasanya hanya 1 jam dari Wonosobo menuju Dieng, kalau lewat Banjarnegara otomatis waktu menjadi lebih lama. Tetapi mas Aji sebagai ketua rombongan meyakinkan bahwa tidak ada masalah, yang penting bisa sampai ke Dieng, karena Dieng-lah salah satu tujuan utama saya ikut trip ini, disamping kegiatan rafting di sungai Serayu. Biasanya saya rafting di sungai Citarik dan Cicatih di Sukabumi, kali ini boleh dong mencoba yang agak jauh.
Setelah menunggu salah satu peserta yang terlambat datang, akhirnya bis bergerak meninggalkan ibukota Jakarta sekitar pukul 23.40.. Dan setelah tidur bangun tidur bangun sepanjang malam, waktu subuh kami berhenti untuk sholat di sebuah masjid, di daerah Cirebon. Dan perjalanan dilanjutkan lagi sampai tiba waktu sarapan, berhenti di sebuah rumah makan di daerah Prupuk, Bumiayu. Di sini kami semua sarapan sambil bersih-bersih, cuci muka dan gosok gigi dan setelah itu apalagi kalau bukan foto-foto. Yah, tetap narsis-lah walau belum mandi…
Perjalanan dilanjutkan dan pemandangan sepanjang perjalanan sangat menyejukkan mata, deretan pegunungan membiru menjulang di kejauhan dengan hamparan sawah menghijau dan sungai berair jernih serta awan putih bergulung di langit. Alhamdulilah, cuaca cerah, berarti pertanda baik akan kelancaran trip kali ini. Tetapi ternyata, perjalanan masih sangat jauuh… dan baru sekitar jam 12.00 bis kami sampai di Kampung Kali Resto, Banjarnegara, tepat di pinggir sungai Serayu, tempat kami bermalam di tenda dan rafting besok pagi.Perjalanan diteruskan kembali dengan menumpang bis yang lebih kecil untuk menuju Dieng Plateu, bersama rombongan dari Yogya yang telah sampai lebih dulu.
Ternyata perjalanan yang harusnya bisa lebih singkat apabila lewat Wonosobo menjadi 2 kali lebih lama, melalui kabupaten Singomerto, Karang Kobar, dan Batur serta berakhir di Dieng. Jalannya berliku-liku dengan tanjakan yang terjal disertai kabut tebal , udara juga semakin dingin seiring kami memasuki kawasan Dieng Plateu.
Setelah makan siang dengan nasi kotak dan briefing serta acara seru-seruan mulailah kami memasuki museum Kaliasa, yang berisi sejarah Dieng, beserta candi-candi nya, budaya, upacara adat masyarakat Dieng dengan cerita mengenai anak rambut gimbal- sayang, sewaktu di sana, kami tidak bertemu dengan anak berambut gimbal ini.. serta menonton pemutaran film documenter mengenai sejarah Dieng Plateau dimana asal kata Dieng adalah di" yang berarti "tempat" atau "gunung" dan "Hyang" yang bermakna Dewa. Dieng Berada di kompleks gunung Sindoro dan Sumbing dengan ketinggian sekitar 2000 meter di atas permukaan laut. Di sini juga terdapat kompleks candi Hindu yang tertua dengan nama yang berkaitan dengan cerita atau tokoh-tokoh wayang Purwa dalam lakon Mahabarata, misalnya candi Arjuna, candi Gatotkaca, candi Dwarawati, candi Bima, candi Semar, candi Sembadra, candi Srikandi dan candi Puntadewa.Menurut penelitian belum diketahui siapa yang membangun candi-candi tersebut, yang dibangun pada abad 8-12 sebelum masehi tetapi dari bentuk bangunannya mirip dengan arsitektur bangunan di India Utara dan Selatan.
Setelah kunjungan ke museum, perjalanan dilanjutkan ke kompleks candi. Di tengah hujan, kami tetap semangat untuk melihat-lihat bangunan candi dengan tidak lupa foto-foto. Dan setelah pembagian door prize dan foto bersama seluruh peserta, perjalanan dilanjutkan ke kawah Sikidang Di tengah hujan yang semakin deras sebagian peserta masih semangat untuk berfoto-foto di pinggir kawah, walaupun waktu yang diberikan tidak terlalu lama karena menurut penjelasan dari salah seorang panitia, jika hujan lebat dapat memicu timbulnya gas beracun dari kawah belerang, hii..seram..
Hari sudah semakin sore, tetapi ternyata masih ada waktu untuk mampir ke Telaga Warna. Apabila siang hari air danau ini bisa memancarkan warna-warna yang memikat, tetapi karena hari sudah sore dan hujan pula, jadi pemandangan telaga tidak bisa dinikmati secara maksimal. Walau masih cukup ok untuk dijadikan latar untuk berfoto ria seperti biasa, sebelum hari semakin gelap dan udara semakin dingin dan kami harus segera kembali ke bis. Oh iya, di tempat parkir bis, saya sempat membeli oleh-oleh manisan carica, yang dijual di salah satu warung di sana. Carica adalah buah pepaya yang bentuknya kecil, hanya bisa ditemukan di Dieng. Menurut cerita, Pak Arifin dari dinas pariwisata Banjarnegara, buah pepaya yang ditanam di Dieng apabila tumbuh pasti buahnya kecil-kecil tetapi jika biji papaya ini ditanam di luar Dieng tidak bisa berbuah. Harga manisan carica ini adalah 10 ribu rupiah per botol ukuran botol selai. Selain itu ada pula purwaceng, tumbuhan yang mengandung zat tertentu untuk kesehatan alias penambah gairah *ehem* karena mempunyai khasiat seperti ginseng. Purwaceng ini dijual dalam bentuk daun-daunan yang bisa diseduh, berbentuk bubuk atau dicampur bubuk kopi, susu atau coklat di dalam sachet. Sama seperti pepaya carica, daun purwaceng ini pun hanya ditemukan di Dieng.
Akibat kejadian longsornya jalan di Wonosobo mengakibatkan mulurnya waktu tempuh perjalanan, sehingga terpaksa acara mandi di pemandian air panas kalianget ditiadakan dan kami langsung pulang menuju perkemahan. Perut sudah lapar dan rasanya ingin cepat-cepat sampai untuk mandi dan ganti baju serta makan trus tidur di sleeping bag. Lupakan dulu kasur empuk di rumah, kali ini acaranya kemping dan tidur di tenda. Thanks untuk Dhyan yang telah meminjamkan sleeping bagnya, sedangkan yang tidak punya sleeping bag bisa menyewa dari panitia dengan tarif 25 ribu rupiah saja.
Sesampai di perkemahan, dan memilih tenda, saya satu tenda dengan Najha dan Erlin, cepat-cepat mandi, karena kamar mandinya terbatas, hanya 10 ruangan (kalau tidak salah) dengan peserta sekitar 80 an orang. Kalau tidak cepat bakal masih lama dapet giliran mandi, sedangkan badan udah capek banget setelah berjam-jam duduk di bis.
Sehabis makan malam dengan lauk ikan nila lombok ijo dan minum teh serta air jahe hangat, hmmm sedaaaap… saya langsung masuk tenda dan tidurrrr… Sebenarnya masih ada acara pemutaran dokumentasi tayangan Program Jejak Petualang episode "Jeram Maut Serayu serta diskusi berupa penjelasan teknis mengenai .kegiatan rafting mulai dari perkenalan alat, cara mendayung, istilah arus, hingga teknik rescue dan skenario perjalanan besok. Tetapi apa daya saya sudah ngantuk dan capek berat, jadi biarlah semua itu terlewati, yang penting saya mau tidur dulu. Bergelung di sleeping bag yang hangat dengan ditemani sayup-sayup suara aliran sungai Serayu… good nite.
Bangun pagi, udara cerah, hari yang tepat untuk kegiatan rafting. Sesudah sarapan pagi dengan lauk tempe cabai hijau dan ayam goreng, seluruh peserta berkumpul dahulu untuk memakai perlengkapan rafting seperti life jacket dan helm serta tidak lupa memilih dayung masing-masing. Dan setelah pengarahan serta pemanasan dengan sedikit menggerak-gerakkan badan alias olahraga ringan, kami segera memilih perahu masing-masing. Saya satu perahu dengan Dhyan, Japro, Najha dan Nengsih serta satu orang pemandu, istilahnya skipper.
Waaahh… serunya..walau jeram-jeram sungai Serayu ini masih termasuk jinak tetapi di beberapa jeram cukup memacu adrenalin. Skipper di perahu kami cukup lincah menavigasi sehingga perahu meluncur dengan mulus di jeram-jeram yang cukup sulit dan pada lokasi yang berbatu-batu sehingga kami semua merasa aman. Pemandangan pepohonan rimbun menghijau menemani sepanjang perjalanan.
Setelah sekitar 1 jam pengarungan, perahu berhenti untuk memberi kesempatan kami beristirahat. Sudah tersedia tempe goreng tepung dan pisang goreng serta minum air putih, teh manis dan jahe hangat. Hmm..sedap.. Di sini juga diadakan acara pelepasan benih ikan ke sungai oleh para peserta, termasuk saya  yang karena keasyikan foto-foto ternyata sudah dicari-cari oleh teman-teman satu perahu, untuk segera melanjutkan perjalanan.
Sekitar 30 menit kemudian , jeram terakhir yang lumayan mendebarkan sudah dilalui, tidak terlalu lama, perahu menepi di pemberhentian terakhir dan berakhirlah rafting hari itu. Sebenarnya, skipper kami akan melakukan permainan yang akhirnya berujung dengan jatuhnya kami ke sungai, tetapi karena saya menolak dengan keras, batal-lah permainan tersebut. Maaf ya teman-teman satu perahu, saya kan nggak terlalu bisa berenang.. hehehe.. .
Dengan naik angkot kami kembali menuju ke lokasi perkemahan untuk mandi dan makan siang. Pada hari terakhir ini, makan siang disajikan dengan lauk ikan nila goreng dan urap sebagai sayur. Pas banget dengan keadaan peserta yang sedang dalam kondisi capek, lapar, kedinginan sehabis dari sungai dan kepanasan sesudahnya.. yup, matahari bersinar dengan terik siang itu..
Acara selanjutnya setelah selesai makan siang dan beres-beres adalah briefing acara penutupan, pemberian kesan dan pesan dan foto-foto (lagi) dan akhirnya peserta pun naik ke bis masing-masing untuk melanjutkan perjalanan pulang ke Jakarta yang masih nun jauh di sana. Mampir ke Purwokerto untuk membeli oleh-oleh dilanjutkan makan malam di sebuah restaurant daerah Bumiayu dan setelah beberapa kali berhenti untuk beristirahat akhirnya tibalah akhir perjalanan kami dengan pos pemberhentian di seberang komdak pada pukul 4 pagi. Capeknyaaa duduk berjam-jam di bis…tapi bulan depan udah ada tawaran lagi buat rafting di sungai Progo, Magelang. Gimana ya..apa naik pesawat aja.. gaya benerrr…

Cava




Resto ini terletak di jalan Cikini Raya, nggak terlalu jauh dari kantor gw dan Susi, jadi suatu sore, pulang kantor, kami memutuskan untuk makan di sini. Karena dilihat dari review-review yang sudah ada sebelumnya, tempatnya cukup asyik untuk ber-hangout-ria.
Suasana resto yang cozy dengan alunan lagu-lagu ala lounge ditambah fasilitas free wifi, membuat kami betah berlama-lama. Free wifinya nggak pengaruh sih.. hehe..
Hanya awalnya, agak kecewa dengan pelayan yang kurang menguasai menu. Ini berhubungan dengan aneka jenis minuman kopi yang ditawarkan, dan jawaban waiternya kurang memuaskan. Kalau dari nama-namanya sudah berbeda pasti ada perbedaan dalam rasa kopi itu kan, ini jawabannya sama saja. Wah, bikin temen gw jadi gak sabar dan akhirnya meminta waiter itu untuk memanggil temannya yang ternyata memang lebih menguasai.
Pesanan kami adalah Beef Scaloppini, Tom Yam Soup, minumannya Dutch Latte dan Ice Cappucino serta dessertnya Waffel Belgique.
Yang paling enak wafelnya, disajikan denga potongan pisang dan saus caramel dan es krim vanilla. Untuk pesanan wafel termasuk salah liat menu, dikira pakai es krim ternyata nggak, jadilah pesan additional es krim 1 scoup.
Cava
Jl. Cikini Raya No 38, Menteng
Jakarta Pusat 10310
Telp (021) 2300581, Fax (021) 2300743

Capital Grill




Menghabiskan malam tahun baru dengan dinner di resto Capital Grill. Resto ini terletak di Jl Senopati, diantara sekumpulan resto-resto yang banyak bertebaran sepanjang jalan ini. Sewaktu saya datang sekitar pukul 9 malam, suasana resto cukup ramai, serombongan keluarga menempati meja di lantai 1 sedangkan di lantai 2 tampaknya sudah direserve pula oleh sekelompok keluarga yang memesan menu buffet. Karena sebelumnya sudah reserved untuk di lantai 2, sehingga sudah disediakan meja untuk kami di ujung ruangan yang bersofa empuk. Jadi bias duduk leyeh-leyeh sambil mendengarkan musik. Selain tempat duduk berupa sofa-sofa, bar juga terletak di sini dengan deretan botol-botol wine.
Menu-menu yang ditawarkan resto ini lumayan beragam, selain steak yang menjadi andalan resto ini, ada soup dan salad, menu pembuka seperti garlic bread dan lain-lain, bermacam pasta, dan sandwich. Kalau untuk minuman, standar lah, seperti ice cappuccino, aneka juice dan smoothies.
Karena ini malam tahun baru, maunya pesan yang agak special, so kami pesan Wagyu Sirloin Steak dan Salmon Steak in Tarragon Neapolitan Sauce. Sebelumnya untuk pembuka, pesan Pumpkins Soup dan House Special Caesar Salad. Untuk dessert dipesan brownies dan ice cream.
Keseluruhan rasa makanannya lumayan enak, daging wagyunya empuk banget, tapi antara rasa dan harganya kok rasa-rasanya kurang sebanding ya, susah nih, biasa makan di warung. Hehe.. Tapi penyajiannya cukup cantik, sayurannya segar dan ada jamur yang bentuknya seperti mangkok. Untuk kentangnya bisa dipilih antara french fries, baked potato, atau mashed potato.

Salmon steaknya memakai saus dengan bumbu rempah-rempah, jadi terasa spicy, cocok untuk teman makan salmon. Pumpkin soup dan Caesar salad nya juga ok-lah. Brownies untuk dessertnya tidak terlalu manis, paslah dimakan dengan ice cream vanilla. Hmm..yummy.. untuk makanan penutup setelah makan steak.
Range harganya antara Rp. 17.000 – paling mahal 249 ribu untuk Wagyu Rib Eye Steak. Menu yang lain masih banyak macamnya ada Roasted Lamb Chop, Grandmother’s Roast Beef, ada pula deretan menu Chefs Recommendation seperti Grilled Chicken in Rosemary Mushroom Sauce, King Prawn with Mashed Potato and Tarragon Juice, Dory Fish in Lemon Butter Sauce dan lain-lain.
Karena saat itu malam tahun baru dan sepertinya ruangan tersebut akan dipakai untuk suatu acara, sebelum jam 12 malam kami sudah pulang.

Capitall Grill
Jl. Senopati No 54
Kabayoran Baru
Jakarta Selatan
Telp (021) 7250002, 72799268 Fax 72799307

Thursday 4 February 2010

Mieyummie Tarik Delicious




Suatu hari Sabtu, yang harusnya bisa bersantai-santai di rumah, harus rela menemani my sister yang sudah ada janji dengan seseorang untuk makan siang di suatu resto di Tebet.
Restonya terletak di deretan ruko Jl Dr Soepomo, namanya Mieyummie Tarik Delicious. Dilihat dari nama restonya sudah jelas spesialisasinya adalah mie tarik. Restonya terdiri dari dua lantai, luas ruangannya standar ruko tetapi di ujung ruangan dibuat menjadi dapur tembus pandang berdinding kaca, sehingga apabila sang koki sedang membuat mie tarik langsung kelihatan. Mienya memang selalu fresh dibuat langsung ketika ada pesanan.
Setelah melihat-lihat menu, pilihan dijatuhkan ke Mie Tarik Tom Yum, cocok banget kalo dimakan di hari hujan begini, kuahnya yang asam pedas dan segar pasti bikin nggak ngantuk. Menu lainnya, Nasi Goreng untuk Raiyan, pembukanya Shrimp Cakwe, cakwe dengan lapisan udang cincang di atasnya dan ditaburi wijen.
Minumnya, hmm..agak aneh juga sih, di menu disebutkan The Tarik, tapi begitu keluar kok Thai Tea ya.. tapi sudahlah, lumayan enak kok Thai Teanya. Terakhir sempet pesen Salad Mangga dan Avocado Coffee, trus pesen Gurame Goreng Asam Manis juga, tapi nggak nyobain.
Mieyummie Tarik Delicious
Komp. Royal Palace Blok B3
Jl. Prof Dr. Soepomo No 178A Tebet
Jakarta Selatan
Telp (021) 8314111 dan (021) 98060405