Thursday 20 May 2010

Bali, I'm coming..




Asyik..asyik…akhirnya jadi juga ke Bali… senangnya..
Beberapa hari sebelumnya udah browsing cari-cari informasi. Maklum lah, dana terbatas, gara-gara bulan sebelumnya udah abis-abisan, dipake jalan-jalan ke Phuket.
Untuk hotel , karena kebetulan jalan sendiri (yang nemenin mendadak nggak bisa ikut ) udah booking online di Tune Hotel, Kuta. Murah meriah dengan fasilitas setara hotel berbintang. 2 malam Cuma Rp. 236 ribu rupiah.
Sewa mobil, udah ok dengan bantuan teman yang tinggal di Bali, dapet harga yang lumayan murah, mobil Katana dengan sopir. Dan ternyata setelah confirm dengan pemilik sewa mobil, sekalian di booking-in untuk rafting di Sungai Telaga Waja. Siiplah..
Sehari sebelum berangkat, telpon teman yang tinggal di Bali, ternyata dia bersedia menemani, no problemo berangkat sendiri. Selama masih di Indonesia.

Hari I
Pesawat Air Asia tiba dengan selamat di Bandara Ngurah Rai jam 5 sore, nawar taxi untuk ke hotel di daerah Kuta, langsung check in di Tune Hotel. Proses check in lumayan cepat, setelah memberikan print-an booking hotel, mengisi data-data lalu diberikan kartu untuk kunci kamar, dengan jaminan Rp. 15 ribu.
Walaupun termasuk low budget hotel, fasilitasnya lumayan lengkap, ada lift dan mini market di lobby hotel. Karena di kamar memang tidak disediakan fasilitas air minum. Hotelnya mirip dengan kost-kostan, dengan deretan kamar dan gang di depannya yang berhadapan dengan taman kecil Kamarnya kecil, tapi tempat tidur ukuran single-nya memakai kasur king koil, jadi cukup nyaman. Kipas angin terpasang di langit-langit kamar, apabila ingin memakai ac tarifnya Rp. 50 ribu selama 12 jam. Jadi cukup hemat. Kamar mandi memakai shower dengan air yang cukup deras, air dingin dan panas lengkap tersedia, pokoknya ok banget. Tetapi tidak ada handuk dan toiletries. Tidak ada TV dan Kulkas. Ada meja kecil yang bisa dilipat dan ada gantungan baju lengkap dengan beberapa hanger untuk menggantung baju.
Setelah meletakkan tas, tujuan berikut adalah : pantai Kuta, hanya berjalan selama 5 menit, sampailah di pantai yang sore itu rameee bangettt…karena ada rombongan bis-bis wisata. Maklum udah masuk libur sekolah.
Malamnya bersama teman makan malam di warung Mina, Denpasar, dengan menu of the day adalah gurami betutu. Cukup unik, yang biasanya menggunakan ayam kali ini adalah ikan. Tapi cukup enak kok, tidak mengecewakan.
Sampai di hotel langsung tidur, persiapan bangun pagi buat besok.

Hari 2
Pagi jam 8 udah duduk manis di lobby hotel, nunggu jemputan dari Pak Komang, driver mobil sewaan saya hari itu. Made, teman perjalananan saya datang bersamaan dengan Pak Komang, jadi bisa langsung berangkat. Halaman hotel yang kecil membuat tidak banyak mobil yang bisa parkir. Ternyata, tadi pak supir sempat salah jemput ke Tune Hotel yang satu lagi, di Legian. Ya jelas aja nggak ketemu. Menu sarapan pagi itu, yang dibawa oleh teman saya adalah nasi ayam betutu yang enak banget, sayang saya udah lupa dia beli di mana.
Mobil diarahkan ke daerah Karangasem, tempat sungai Telaga Waja berada. Yup, hari ini saya mau rafting! Finally, my dream come true, rafting di sungai Telaga Waja. Di Bali, terdapat dua sungai yang biasa dipakai untuk rafting, Sungai Ayung di daerah Badung dan Sungai Telaga Waja. Tetapi setelah bertanya ke teman, ternyata lebih menantang sungai Telaga Waja, selain itu airnya lebih jernih.
Tiba di lokasi, begitu pintu mobil dibuka, saya disapa dengan sapaan dalam bahasa Inggris dan ketika yang turun adalah saya mereka jadi bingung.. hehe…terlihat dari muka mereka yang tampak terpesona.
Maklum, semua peserta rafting hari itu adalah turis asing kecuali saya. Dan menurut informasi dari pengurus rafting, kebanyakan memang turis asing yang berminat rafting, turis lokal sedikit sekali.
Saya satu perahu dengan sepasang turis asal Korea, sehingga perintah dari skipper untuk mendayung maju atau mundur menggunakan bahasa Korea dan saya harus menyesuaikan dengan bahasa tersebut. Hehe… Sebenernya saya lagi rafting di Bali atau bukan ya?
Setelah menuruni tangga yang lumayan jauh akhirnya sampai juga di tepi sungai. Waah…air sungainya jerniiihhh dan dingin. Jeram-jeramnya panjang, membuat kita harus terus waspada untuk mendayung. Tidak ada jeram yang cukup ekstreme, tetapi kontur sungai yang berbatu-batu dan naik turun membuat jeram-jeramnya menjadi panjang dan cukup mengasyikkan, ditambah pemandangan pepohonan hijau di sepanjang sungai serta beberapa air terjun yang cukup deras membuat perjalanan selama 2,5 jam tidak terasa. Apalagi perhentian untuk kami beristirahat adalah di sebuah air terjun yang lumayan indah…asyiik banget..
Sebagai kejutan, untuk penutup rafting ternyata bukan hanya jeram yang ekstreme berupa pusaran air atau sebangsanya. Skipper tidak menjelaskan, kami diminta duduk di didasar perahu sambil berpegangan kencang pada tali yang tersedia dan ternyata….perahu terbang menuruni air terjun, ketika perahu melayang di udara dan mendarat lagi di sungai dengan mulus, jantung serasa berhenti berdetak tetapi.. itulah saat yang paling mengasyikkan dari rafting. Pokoknya, seru banget.
Setelah mandi dan makan siang dengan menu prasmanan yang telah disediakan, perjalanan kembali dilanjutkan menuju Tanjung Benoa.
Sekitar 2 jam barulah kami sampai di Tanjung Benoa, memang agak jauh letaknya karena harus memutar, melewati Denpasar dan Sanur. Begitu sampai di lokasi, disambut oleh para operator yang menawarkan aktivitas air di sini. Ada banana boat, parasailing, flying fish dan jet ski.
Saya langsung menawar harga untuk parasailing dan tanpa diberi kesempatan untuk berpikir lagi (awalnya agak ragu karena takut) saya langsung dipakaikan perlengkapan untuk parasailing tersebut. Sambil diberi instruksi, bahwa saya harus sedikit berlari sewaktu boat berjalan dan ketika hendak turun akan diberi tanda dengan bendera merah atau biru, dimana bendera biru berarti tangan kanan yang menarik tali dan sebaliknya.
Ternyata, hanya sekejap saja saya berlari dan dalam hitungan detik saya sudah ada di udara, ditarik oleh parasut yang mengembang. Senangnya bisa terbang seperti burung… pemandangan laut biru sejauh mata memandang dengan kapal-kapal di bawah yang semakin kecil bentuknya. Tapi ternyata satu putaran itu hanya sebentar sekali, tidak lama saya mendengar aba-aba dari toa bahwa saya harus menarik tali sebelah kanan, karena kalau tidak ditarik nanti parasut tidak akan turun. Ah, leganya bisa mendarat dengan selamat.

Hari 3

Hari terakhir. Pagi-pagi jalan ke Pantai Kuta, monumen Bom Bali, balik lagi ke pantai Kuta dan sewaktu sedang jalan-jalan di pantai, mendengar pengumuman bahwa akan dilakukan pelepasan penyu di pantai Kuta.
Wah, kebetulan nih, ada tontonan menarik. Karena pesawat jam 1 siang, saya memutuskan untuk balik dulu ke hotel untuk check-out (batas check out maksimal jam 10.30) dan langsung menuju pantai Kuta lagi untuk melihat pelepasan penyu-penyu yang semuanya berjumlah 70 ekor. Yang dilepas ini bukan tukik alias bayi penyu, tetapi penyu yang besar-besar. Belakangan saya baru tau kalau penyu-penyu itu adalah hasil sitaan dari kawanan penyelundup. Penyu-penyu tersebut didatangkan dari kawasan pantai Sulawesi dan akan dijual di Denpasar. Polisi menemukannya di sebuah gudang. Kasian sekali, penyu-penyu tersebut tampak menderita, dengan kaki depan yang terikat tali dan nampak kekeringan. Jadi sewaktu mereka di turunkan dari kendaraan langsung disiram menggunakan air. Dan ternyata, Karena penyu-penyu ini adalah hasil sitaan dari penyelundup, maka untuk acara pelepasan ke lautpun harus menunggu Kapolda Bali yang masih agak lama baru datang. kasian penyu-penyu itu harus kepanasan menunggu upacara seremonial, padahal laut hanya berjarak beberapa meter. *sigh*
Tetapi, akhirnya, pelepasan penyu berlangsung mulus, semua penyu berhasil dilepas ke laut lepas, bebas kembali ke habitatnya. Beruntung penyelundupan berhasil digagalkan, kalau tidak kasihan sekali nasib mereka harus berakhir di perut manusia.
Dari pantai Kuta, saya langsung naik taxi ke Bandara dan pesawat lepas landas dengan mulus walau telat 10 menit. Oh iya, dalam perjalanan ke bandara sempat mampir ke Nasi Pedas Bu Andika yang letaknya tepat di depan Joger, lumayan buat makan siang :)

Monday 10 May 2010

Pentas Teater Tetas "Durna Rumangsa"

Hari      :  Minggu, 23 Mei 2010
Waktu  : 15.00 - 16.30
Tempat : Gedung Pewayangan Kautaman - TMII

Melihat kondisi bangsa yang semakin carut-marut, tata nilai semakin tumpang-tindih, manusia lebih menuruti naluri daripada nurani, Resi Durna mendadak bertanya-tanya, kalau-kalau ada perannya sebagai guru bangsa yang ikut melantarkan situasi tersebut. Ia pun mencoba mawas diri, merenungkan kembali perjalananan hidupnya. Mencoba menimbang dan menilik berbagai peristiwa yang telah dilaluinya.

Penggalan cerita itu merupakan bagian dari pertunjukan “Durna Rumangsa”, yang ditulis dan disutradarai oleh Ags. Arya Dipayana, yang akan dipentaskan oleh Teater Tetas di Gedung Pewayangan Kautaman, Taman Mini, Jakarta Timur. Pementasan tersebut akan dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 23 Mei 2010, jam 15.00.

Pentas Teater Tetas kali ini diprakarsai oleh Teater Wayang Indonesia, bekerjasama dengan Sena Wangi, Pepadhi, Gedung Pewayangan Kautaman, dengan dukungan dari Depbudpar. Di samping sebagai pentas rutin yang setiap bulan di Gedung Pewayangan, pertunjukan kali ini dimaksudkan pula sebagai cara lain dalam memperingati Hari Kebangkitan Nasional.

“Kita selalu bingung ketika berpikir tentang bagaimana harus memperbaiki negeri ini. Saya kira hal pertawa yang bisa kita lakukan adalah rumangsa,” kata Drs. Solichin, Ketua Umum Sena Wangi. Lebih jauh beliau mengharapkan bahwa pertunjukan ini dapat mengetuk hati para guru bangsa, yang segala perilakunya menjadi contoh bagi rakyatnya.

“Durna Rumangsa” akan dipentaskan dalam format semi kolosal dengan durasi 90 menit, didukung pemain-pemain Teater Tetas seperti Didi Hasyim, Meyke Vierna, Hari Prasetyo, Harris Syaus, Artasya Sudirman dan banyak lagi. Penata musik Nanang Hape mendukung pertunjukan ini dengan mengusung musik kontemporer berbasis karawitan Jawa.

Pentas ini terbuka untuk umum, dengan harga tanda masuk sebesar Rp. 100.000. Untuk pemesanan dan keterangan, dapat menghubungi sekretariat Teater Wayang Indonesia, di nomor 021-87799886.

Saturday 8 May 2010

Puding Roti Kukus

Mudah dibuat, tinggal campur-campur bahan aja. Apalagi buat yang nggak punya oven.
Dimuat di tabloid Bintang Indonesia, tanggl 2 Mei 2010.

Tips :
untuk cetakan, karena saya tidak menyiapkan cetakan mangkuk aluminimum foil, adonan di jadikan satu saja.


Bahan :

5 lembar roti tawar, sobek-sobek
700 ml susu cair
2 butir telur ayam, kocok lepas
1/2 sdt vanili
125 gram gula pasir
100 gram margarin, cairkan
100 gram kismis
100 gram keju parut

Cara membuat :

1. Campur roti tawar, susu cair, telur, vanili, gula pasir, aduk rata hingga gula larut.
2. Tambahkan margarin cair, kismis dan 3/4 bagian keju parut, aduk rata kembali
3. Tuang adonan roti ke dalam cetakan mangkuk aluminium foil yang telah diolesi margarin, beri taburan keju parut, kukus hingga matang.

Friday 7 May 2010

Sinou Kaffe Hausen

Tertarik dengan reviewnya di suatu majalah, saya mengajak seorang teman untuk hangout di tempat ini, di suatu sore menjelang malam di hari Senin awal bulan.
Sebenarnya, bukan saat yang tepat untuk makan malam, karena dari pagi sudah makan terus. Hari ini jadwal kunjungan bos dari luar kota, dan seperti biasa, ada ajakan makan keluar. Pagi sudah sarapan di lokasi wisata kuliner Mandiri Syariah di jl Sabang, kalau pagi ada kedai Bu Min yang lezat. Jualannya selain ayam goreng, ada bandeng duri lunak dan empal serta tahu dan tempe goreng. Tempatnya juga nyaman, karena sudah tertata rapi dengan kursi dan meja aluminium. Siang menjelang sore, saya makan bihun goreng. Dan malamnya, jelas sudah nggak mungkin makan yang berat-berat.
Lokasi kaffe ini di jalan Panglima Polim V No 26. Dari apotik Jaya, menyusuri jalan dan belok kiri di perempatan setelah ILP Panglima Polim, tidak jauh dari belokan,  di sebelah kanan jalan sudah tampak bangunan 2 lantai yang tampak cozy. Kalau mengutip dari majalah Free Magazine, tema resto ini adalah Industrial Warehouse. Dengan meja dan bangku kayu serta beberapa sofa empuk. Tempat duduk di lantai bawah sudah penuh, beruntung sofa di lantai 2 masih ada.
Pesanan awal, yang menjadi menu spesial untuk appetizer adalah Cheese Stuffed Mushroom, jamur goreng dengan lelehan saus keju yang gurih. Jamurnya renyah karena lapisan tepungnya tidak terlalu tebal. Minumnya, teman saya akhirnya pesan Ice caramel Latte setelah sebelumnya hendak memilih minuman teh.. sepertinya, karena saya memilih Ice Green Cappucino. hehe..
Setelah agak malam dan capek ngobrol, barulah pesan makanan lagi, kali ini langsung pesan dessert saja, karena melihat meja sebelah, cakenya terlihat yummy. Blueberry Cheese Waffle jadi pilihan kami berdua. Udah males protes karena pesenannya sama, emang sengaja biar nggak bisa sharing, kata temen saya. Ih, curang nggak sih, mentang-mentang udah keduluan pesen pilihan waffle yang paling enak ya....Soalnya saya yang duluan pesan blueberry waffle. :P Dimana-mana waffle atau pancake dengan toping blueberry cheese memang jadi favorit.

Ternyata agak lama pesenan baru diantar dan sepotong waffle dengan es krim vanilla dan topping blueberry sauce terhidang cantik di atas meja. Rasanya, cukup enak, walau tidak terlalu special. Cream chessenya baru terasa di potongan terakhir, berkumpul di bawah es krim vanilla.
Buat hang out bersama teman, tempatnya cukup asyik, sayang sofanya kurang banyak, kalau harus ngobrol tapi kursinya dari kayu kan agak kurang enak ya..
Untuk makanan utama yang tidak sempat dicoba ada sup buntut dan berbagai macam pasta,
yang lainnya nggak sempet baca nih, karena sibuk difoto... maklum narsisnya kumat kalo liat kamera. :))

Alamat :
Jl. Panglima Polim V No 26
Jakarta Selatan.
Telpon : (021) 725 8568.

Thursday 6 May 2010

Museum Joang '45




Gara-gara acara Just Travelers di Gedung Joang '45 saya jadi tertarik untuk mengunjungi musium ini. Sewaktu hari Minggu datang ke Just Travelers, sudah niat mau mampir, eh ternyata, pas jam 12 mereka tutup karena petugasnya makan siang. ya sutralah.. akhirnya pintong makan siang ke gado-gado bonbin.
Kesempatan ke musium ini malah datang 2 hari kemudian, kebetulan ada teman yang mau ke sana juga.
Hmm.. seperti museum di jakarta pada umumnya, suasana sangat sepi, sewaktu saya datang hanya 1 orang pengunjung, seorang bapak, yang terlihat sangat tekun mengamati seluruh isi ruangan. Mungkin beliau adalah mantan prajurit TNI dan datang untuk bernostalgia.
Dahulu, museum ini adalah bekas hotel bernama Schomper 1 yang dibangun khusus bagi pejabat tinggi Belanda,pengusaha asing dan pejabat pribumi. Ketika Jepang menjajah Indonesia, hotel ini dikuasai oleh pemuda Indonesia dan dijadikan asrama dan tempat pendidikan nasionalisme para pemuda Indonesia. Hotel Schomper 1 kemudian berganti nama menjadi Gedung Menteng 31 dan menjadi Museum Joang 45 yang diresmikan pada tanggal 19 Agustus 1974.
Para tokoh pada jaman itu seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Adam Malik, Chaerul Saleh, BM Diah, SK Trimurti, Achmad Soebardjo, Sukarni, Wikana dan Chairil Anwar, patung diri dan foto-fotonya terdapat di museum ini.
Koleksi museum cukup lengkap dan beragam, terdapat tanda jasa salah satunya dari dokter yang merawat presiden Soekarno, perlengkapan perang berupa pedang dan senapan, serta helm baja yang juga berfungsi sebagai mangkok untuk memasak makanan. Terdapat mesin jahit tua yang dipergunakan untuk menjahit baju-baju para prajurit dan celana panjang yang konon pernah dipakai bung Karno saat membacakan teks proklamasi.
Ada pula mobil kenegaraan bung Karno dan bung Hatta pada saat itu serta para pengunjung bisa mengakses pidato bung Karno yang terdapat pada sebuah komputer lengkap dengan speaker yang sudah disediakan. Ingin mendengarkan pidato Nasakom bung Karno yang terkena tersebut?
Silahkan datang ke museum ini.


Berikut alamat lengkapnya :
Museum Joang '45
Jl. Menteng Raya No 31
Jakarta Pusat
Telp (021) 3909148, Fax (021) 3923185
email : museumjoang45@telkom.net