Monday 22 April 2024

Back To Bali 2023

 



Tahun 2023 saya berkesempatan ke Bali lagi. Kali ini dalam rangka menemani anak saya yang mau bertemu temannya, sebelum mulai kuliah sebagai mahasiswa baru.

Saya ke Bali hanya 3 hari dari hari Selasa – Kamis, tidak ijin ke kantor karena seolah-olah saya sedang WFH padahal sih WFB – Work from Bali.  Hehe.. dan ternyata berhasil dong ..  Syaratnya sih jangan posting foto apapun ketika kamu sedang di Bali jadi pasti nggak ketauan.

Perjalanan lancar dan sampai di Airport Ngurah Rai saya dijemput anak saya yang sudah duluan berangkat. Disana dia sewa mobil jadi bisa dipakai untuk jemput. Baru kali ini saya di Bali dijemput mobil biasanya jalan kaki ke depan trus naik gojek.

Kali ini saya menginap di Zuri Express Jimbaran, hotel yang terletak kira-kira 1 km dari pantai Jimbaran. Hotel ini dekat dengan Universitas Udayana karena temennya anak saya kost deket sini jadi biar gampang kalau mau ketemuan. Hotelnya lumayan kok, walau kecil tapi ada kolam renang dan pemandangannya masih ada pepohonan hijau. Daerah sekitarnya juga tenang dan walaupun mesti jalan kaki ke Pantai Jimbaran tapi suasana Bali membuat perjalanan tidak terasa.







Sampai di kamar hotel saya masih stand by untuk mengurus pekerjaan dan ketika hari menjelang sore saya sempatkan untuk berenang sebentar dan setelah itu jalan kaki ke pantai Jimbaran.

Di pantai saya menikmati sekali me time disana dengan membeli jagung bakar yang banyak dijual  dan sambil menunggu sunset saya makan jagung dan foto-foto. Menjelang sunset suasana bertambah ramai. Pengunjung pastinya akan menikmati seafood di resto2 yang berderet di sepanjang pantai. 

Setelah matahari tenggelam saya memilih salah satu resto yang menjual menu makanan non seafood dan makan disana sambil menunggu dijemput anak saya.






Malam ini saya cepat istirahat karena besok harus bangun pagi untuk perjalanan ke Nusa Penida. Saya sudah booking Private Tour memakai motor lewat Supi Tur Nusa Penida. Ini hasil search di mr Google seperti biasa dan setelah wa ke beberapa tur sepertinya paket dari Tur ini yang paling OK. Pokoknya harga sudah termasuk tiket kapal ke Nusa Penida yang berangkat dari pelabuhan Sanur jam 6 pagi.





Pagi-pagi saya sudah bangun dan bersiap menuju pelabuhan sanur dengan menggunakan Gojek. Perjalannya cukup jauh dan melalui jalan tol laut yang ketika sunnrise pemandangannya cantik banget. Sampai di pelabuhan saya segera menuju tempat pembelian karcis untuk mendaftarkan diri dan akhirnya menuju kapal yang berangkat pertama menuju Nusa Penida. Lama perjalanan sekitar 1 jam dan ketika saya sudah sampai di pelabuhan Nusa Penida saya segera menelpon guide saya hari itu, pak Wayan. Ketika akhirnya bertemu dia juga membawa papan nama saya di karton.








Saya memilih paket tur Nusa Penida bagian Barat saja karena obyek wisata ini yang paling bagus dibandingkan di sebelah Timur. Untuk tempat-tempat yang dikunjungi adalah :  Kelingking Beach, Broken Beach / Pasih Uug, Angel Billabong dan Crystal bay Beach.










Obyek wisata pantai yang saya datangi tersebut bagus semua dan saya mendapat banyak foto-foto cantik di sana. Tur guide saya juga lumayan bagus pengambilan foto-fotonya jadi saya cukup puas. Untung saja saya berangkat pagi dan naik ojek sehingga bisa sampai di obyek-obyek wisata tersebut duluan sebelum ramai.

Untuk Kelingking Beach saya hanya foto-foto di atas dan tidak turun ke bawah ke bagian pantai yang berpasir karena turunnya lumayan curam. Mungkin kalau ramai-ramai bareng teman-teman saya akan turun tapi kalau sendiri males juga sih.

Untuk bagian di pantai Crystal Beach sebenarnya saya menyesal tidak ambil paket snorkling karena ternyata bisa snorkling juga disana. Kalau bisa saya bisa akan bersiap membawa baju ganti. Kan lumayan juga kalo bisa snorkling walau hanya sebentar.

Sekitar jam 2 perjalanan saya sudah selesai dan saya segera naik kapal yang sudah siap mau berangkat di pelabuhan. Lumayanlah tidak perlu menunggu lama soalnya cuaca panas banget bok dan saya sudah lapar, mau makan di Nusa Penida kayaknya tidak ada tempat makan yang ok.

Setelah sampai kembali di Pelabuhan Sanur saya segera mampir makan siang di Warung Makan Be Sanur karena paling dekat dari Pelabuhan dan langsung keliatan. Kalau cari warung mak Beng takutnya udah abis.  Ya sekalian mau nyobain sop ikan selain Mak Beng dan ternyata enak juga kok.








Setelah kenyang sama menuju ke kafe tempat janjian saya dengan teman dari CS runner, Val dan nanti juga mau ketemuan sama temen jaman SMA yang udah lama banget gak ketemu. Kafe di sepanjang pantai Sanur ini asyik banget sih untuk duduk duduk menikmati sunset dan saya merasa jadi betah banget di Bali, rasanya besok gak mau pulang ke Jakarta.

Setelah dari Sanur, saya nebeng Val dan Rosa menuju Kuta dan dari sana saya akan naik gojek menuju hotel. Lalu lintas yang macet menemani perjalanan kami ke Kuta Baywalk Mall dan di sinilah saya berpisah dengan Val dan Rosa.

Hari ke 3 adalah hari terakhir di Bali. Pagi ini saya menuju Nusa Dua untuk janjian dengan temen kuliah untuk breakfast di St Regis. Beliau bekerja di hotel ini dan saya diundang ketemu sekalian breakfast. Saya sempat jalan-jalan seputar hotel, ke area pantai dan kolam renang.





Dari Nusa Dua saya kembali ke hotel dan siap-siap untuk check out kembali ke Jakarta.

Duh, singkat banget ya perjalanan saya ke Bali ini. Gimana mau puas di Bali ya kalo cuma 3 hari gini. Next time mesti seminggu pokoknya, nggak mau rugi.

 

 

 


Thursday 7 March 2024

Traveling to Japan - (Part 7)

 



Tibalah hari terakhir saya di Jepang. Setelah selama 6 hari saya pergi terus, hari ini saya memilih untuk lebih santai. Suasana sarapan di Sakura Hostel juga agak sepi karena rombongan turis Philipina yang meramaikan hostel sudah check out kemarin. 

Setelah selesai sarapan acara saya selanjutnya adalah membeli oleh-oleh di Don Quiote Asakusa. Karena saya sudah mencari toko oleh-oleh yang lain seperti Daiso tapi  tidak ketemu. Saya sudah mengikuti map di google tetapi tidak menenukan toko tersebut. Akhirnya semua oleh-oleh saya beli di Don Quiote  dan supaya lebih murah jangan lupa pilih kasir tax free, (bisa tanya sama penjaganya lokasi kasir tersebut karena hanya ada 2 di tiap toko). Untuk Don Quijote di Asakusa kasirnya di lantai 2. Sebelum dihitung kasir akan memberi info jika memakai tax free maka barang-barang dibungkus khusus dan hanya bisa dibuka di negara tujuan. Paspor juga dicek dan jika membayar dengan kartu harus sama dengan nama di paspor. Saya pakai kartu debit Visa Jenius. Lumayan jadi lebih murah. Oh iya, minimal belanja 5000 yen.

Setelah selesai belanja dan beres mengatur belanjaan di tas, saya segera pindah penginapan ke Taito Ryokan yang hanya berjarak sekitar 1 km dari Sakura. Jadi cukup dengan berjalan kaki saja. Sampai disana belum bisa masuk kamar sehingga saya menitip barang di resepsionis dan keluar untuk makan siang. Resepsionisnya adalah seorang bapak tua yang merokok di ruangan kecil di depan tempat menerima tamu sehingga ruangan itu bau rokok banget. 

 Ryokan ini adalah penginapan rumah tradisional Jepang dengan lantai dan dindingnya terbuat dari kayu. Taito Ryokan ini dibangun pada tahun 1950 dan direnovasi pada tahun 2011 dengan mempertahankan suasana aslinya. Benar-benar rumah bergaya Jepang yang sangat tradisional, hanya menggunakan bahan-bahan alami seperti kayu, pasir, tanah, jerami padi dan lain-lain.

Ruangan di dalamnya memang agak seram karena mengingatkan saya akan rumah di dalam film horor Jepang yang sering saya tonton. Lantainya dari kayu dan mengingatkan akan rumah di film Sadako. Hiiii... Tetapi saya tetap berpikir positif dan tidak terlalu memikirkan hal tersebut. 

Saat check in bapak ini menunjukkan kamar saya yang terletak di lantai 2 dan menunjukkan kamar mandi yang lokasinya agak jauh dari kamar. Dan sepertinya tidak ada yang menginap di sana selain saya. Duh, moga-moga semua aman, tidak ada penampakan yang aneh-aneh. Saya tidak bisa merasakan saya merinding atau tidak karena udara yang dingin membuat saya tidak sensitif. Jadi ya sudahlah, pasrah aja, banyak-banyak berdoa. 


 




Akhirnya saya memutuskan untuk makan siang di sebuah resto kebab karena resto itu yang terlihat duluan saat saya jalan kaki dari penginapan, selain itu perut sudah lapar sekali. Udara dingin menyebabkan perut cepat lapar dan masuk ke resto bisa sekalian menghangatkan diri. Setelah kenyang makan kebab dan nasi yang lumayan enak saya melanjutkan perjalanan menuju tepi Sumida River. Disini saya hanya duduk santai  dan melihat pemandangan sekitar sambil berfoto-foto. Banyak orang yang lewat sambil membawa anjingnya berjalan-jalan. Dogie-dogienya tidak kalah stylist dari pemiliknya karena diberi pakaian yang lucu-lucu. Banyak juga yang masih lari-lari padahal sudah jam 2 siang. Sepertinya lari di sini tidak ada jam khusus dan bisa dilakukan sepanjang hari, kecuali mungkin malam hari karena udara pasti sudah dingin sekali.





Niat awal untuk jalan ke Tokyo Skytree tidak jadi karena di peta jaraknya sekitar 2 km, agak malas juga, saya sudah mager duduk di tepi sungai sambil melihat pemandangan.  Jadi menjelang jam 3 sore saya ke penginapan lagi untuk check in supaya bisa masuk kamar dan membawa perlengkapan untuk dibawa ke onsen. Ya, saya sudah berniat mencoba onsen di Jepang, walaupun bukan onsen beneran karena lokasinya di Tokyo jadi namanya Sento -pemandian umum. Kalau Sento ini sumber airnya bukan dari alam, tapi dari air biasa yang ditambah bahan mineral. Dengan mengikuti google map saya menuju ke Tsurunoyu, sento yang paling dekat dari pusat kota. Jadi saya mengikuti google map melalui jalan-jalan kecil masuk ke perumahan. Saya sempat nyasar karena memutar belok-belok dan setelah bertanya ke sebuah toko buah akhirnya saya menemukan juga sento ini. Saya sempat bengong agak lama di depan bangunan Sento karena semua tulisan dalam bahasa kanji.  Ada sepasang suami istri yang menegur saya karena melihat saya kebingungan dan memberi tahu saya untuk meletakkan   sepatu saya di loker dan setelah itu menunjukkan loket dimana saya harus membeli tiket sebesar 500 yen. Saya ditawari penjaga loket untuk sewa handuk dan sabun yang semua saya tolak karena saya sudah membawa sendiri. Dengan bahasa Inggris petugasnya yang pas-pasan akhirnya saya mengerti penjelasan bahwa di dalam ada loker dan saya bisa meletakkan barang-barang saya di sana dan nanti kunci lokernya saya bawa saat mandi.

Saya segera masuk ke dalam dan berada di ruangan dengan loker yang berjajar dan ruang mandi disebelahnya. Pengunjungnya lumayan banyak. Saya segera melepas baju dan melilitkan handuk dan segera bersiap untuk berendam. Tampak beberapa orang melihat saya dengan tatapan yang menyelidik karena saya terlihat berbeda. Satu-satunya pengunjung yang bukan orang Jepang.  Tapi saya pede aja, wong gak kenal ini dan body saya cukup oke. Soalnya body perempuan Jepang itu semuanya ramping bahkan yang sudah berumur juga badannya masih bagus. 

 


Ternyata ada beberapa kolam untuk berendam yang ada di sana, ada yang biasa dan ada yang sudah diberi mineral tertentu. Malah ada tempat beredam di luar, jadi letaknya di udara terbuka jadi terasa dingin tapi malah jadi pas karena berendamnya di air panas. Tetapi menurut info yang saya baca kita tidak boleh berendam terus-terusan harus keluar juga tiap beberapa waktu. Kita bisa keluar ke tempat loker untuk sekedar minum dan kembali lagi beredam. Asalkan tidak melewati batas waktu 2 jam. (kalau tidak salah ya) Jadi saya bolak balik keluar masuk ke kolam yang berbeda-beda untuk mencoba perbedaannya. Ih seruu.. 

Setelah puas mandi saya menyelesaikan sesi Sento saya dan beres-beres serta jalan kaki lagi ke Ryokan. Malam ini angin kencang sekali jadi saya tidak jadi mampir untuk berbelanja dan setelah membeli makan malam langsung pulang. Malamnya terdengar suara sirene polisi pemberitahuan kalau ada angin kencang di Tokyo, suhu juga turun jadi minus dan saya tidak bisa tidur karena agak takut. Lampu kamar saya nyalakan semua dan kaca di meja saya tutup, takut ada bayangan. Karena sepertinya hanya saya yang menginap di Ryokan tersebut. Penginapannya hanya memakai pemanas dari AC dan tidak ada pemanas lantai dan dinding yang tidak rapat karena bangunan dari kayu membuat jadi lebih dingin. Suara angin kencang berderu-deru dan akhirnya saya bisa tidur juga walaupun agak gelisah dan sempat mendadak bangun karena merasa ada yang terbang di atas saya. Yah begitulah, saya kerukupan selimut dan tiba-tiba saya merasa ada sesuatu yang berkelebat di langit-langit kamar. Setelah itu saya susah untuk tidur lagi dan ketika akhirnya pagi menjelang saya merasa lega sekali, cuci muka, gosok gigi, packing dan menuju ke Airport. Mungkin itu semua cuma perasaan saya saja tapi kalo dipikir sekarang saat saya menulis ini rasanya tetap agak horror. 

Sampai di Bandara, saya refund kartu Suica di mesin dan ambil deposit 500 yen. Lumayan untuk jajan cemilan. 



Perjalanan berjalan lancar, tidak seperti berangkat yang diganti ke JAL, pulangnya saya tetap naik PAL dan menurut saya lumayan nyaman pesawatnya. Transit di bandara Manila yang kecil saya bareng dengan 2 orang cewek. Jadi lumayan ada teman ngobrol. Ternyata 1 orang jastiper dan 1 cewek lagi seorang solo traveler juga. 



Akhirnya sampai juga di Jakarta dengan selamat, perjalanan pertama ke Jepang yang berjalan dengan lancar dan sukses. Seneng banget rasanya dan pengen balik lagi ke Jepang kalau bisa tiket murah lagi. Pengen explore Kyoto dan Osaka.

 

Total perkiraan pengeluaran saya (tidak termasuk tiket)

Penginapan : 20.242 yen

Transportasi (kartu Suica dan tiket bus ke Kawaguchiko): 13.400 yen

Oleh-oleh dan beli2 : 11.000 yen

Makan, jajan dan lain-lain 2000 yen. Ada juga pembayaran yang menggunakan Suica Card.

Total 50000 yen kurang lebih.

 

Untuk paket internet memakai paket Telkomsel roaming Asia Australia 5GB seharga Rp 375 ribu. Sampai pulang masih sisa 1,5GB

Wednesday 10 January 2024

Traveling to Japan (Part 6)

 


Sesuai itinerary yang telah disusun sebelumnya hari ini saya akan berkunjung ke Odaiba.

Odaiba adalah pulau buatan di Teluk Tokyo, Jepang. Pulau ini dibangun pada tahun 1853 sebagai pusat pertahanan militer dan kemudian menjadi pusat perdagangan. Lokasi ini mudah dijangkau dari Tokyo sehingga saya memasukkan tujuan ini ke itinerary saya. Maklum waktu saya di Jepang tidak terlalu lama sehingga hanya berkunjung ke area Tokyo dan sekitarnya saja.

Sejak pagi hujan sudah turun yang menyebabkan saya malas sekali untuk keluar ke udara yang sudah pasti dingin. Tetapi the show must go on, ketika hujan sudah sedikit reda saya segera pergi menuju stasiun MRT terdekat sesuai dengan petunjuk di Google Map. Saya sempat membeli Melonpan karena tampilannya yang sangat menggoda dan untuk dimakan nanti di Odaiba sebagai camilan. Melonpan adalah roti manis khas Jepang yang dilapisi adonan biskuit manis sebelum dipanggang. Roti ini memiliki bentuk bundar dan bagian atasnya mirip kulit melon. Meskipun disebut "roti melon", roti ini sama sekali tidak memiliki rasa melon.


Sesampainya di stasiun MRT terakhir sepertinya saya diarahkan untuk melanjutkan perjalanan dengan menggunakan bus dan harus berjalan dulu ke halte bus terdekat.

Saya sudah bertanya ke petugas yang ada di stasiun tetapi masih ragu-ragu dan akhirnya saya bertanya lagi ke pos polisi terdekat.

Polisi yang ada di sana langsung mengerti dan memperlihatkan kertas yang sudah dilaminating berisi petunjuk ke arah halte bus tersebut. Petunjuknya sangat jelas sehingga saya tidak ragu lagi mengenai arah menuju ke sana.




Sesampainya di halte dan membaca petunjuk disana benar sekali saya mesti naik bus disana tetapi bus tersebut tidak menerima pembayaran dengan card melainkan harus tunai. Untunglah saya masih mempunyai koin yang pas dengan tarif bus tersebut. Akhirnya bus yang ditunggu datang, bus yang bernama Rainbow Odaiba Bus ini akan melewati Rainbow Bridge dan saya turun di Odaiba Park.




Setelah itu saya berjalan menuju ke Pantai sambil foto-foto. Dari sini saya berjalan menyusuri pantai sampai bertemu dengan Odaiba Marine Park yang saat itu masih tutup, foto-foto di Statue of Liberty yaitu patung Liberty yang berada di Odaiba, patung setinggi 40 kaki atau 1/7 dari patung aslinya di Amerika. Patung tersebut didirikan untuk mempertingati hubungan antara Jepang dengan Perancis, jadi tidak ada hubungannya sama sekali dengan patung Liberty di Amerika.

 


Saya janjian dengan teman saya di Diver City Tokyo Plaza tempat berdirinya patung Gundam yang besar. Dalam perjalanan menuju mall tersebut saya melewati Mall Aqua City Odaiba dan Gedung Pusat Fuji TV. Gedung ini mempunyai bentuk yang sangat unik yang memang menjadi tujuan wisata juga. Dari lantai 25 kita bisa melihat pemandangan kota Tokyo yang indah, apalagi saat senja menjelang.



Setelah sampai di patung Gundam saya segera foto-foto, selain selfie saya juga minta tolong orang untuk berfoto supaya hasilnya lebih maksimal. Menurut info dari japantravel.com, sebelumnya di lokasi ini ada patung gundam klasik RX-78-2. Namun mulai September 2017 patung itu diganti Gundam Unicorn dengan ukuran 1,7 meter lebih tinggi. Keistimewaan dari patung gundam Unicorn di Odaiba ini dibandingkan pendahulunya adalah dia dapat berubah menjadi 2 macam mode yaitu Unicorn dan Destroyer. Mode Unicorn adalah ketika Gundam ini memiliki satu tanduk di kepalanya. Sedangkan mode Destroyer adalah ketika Gundam memperlihatkan panel cahayanya yang tersembunyi. Saya sempat melihat perubahan bentuk tersebut, karena ketika saya keluar mall, saya melihat ada cahaya di patung Gundam tersebut.


Oh iya, sambil menunggu teman saya datang saya memilih untuk makan Takoyaki di sini, supaya bisa merasakan Takoyaki asli dari negara asalnya. Dan rasanya emang enak sih beda dari yang di Jakarta.

Saya berpisah dengan teman saya di mall ini, dia naik sepeda dari rumahnya yang memang dekat dengan Odaiba sedangkan saya melanjutkan perjalanan kembali ke arah Akihabara. Untuk menuju ke sana saya memilih moda transportasi yang paling disarankan untuk menikmati kota Odaiba yaitu Monorel Yurikamome. Kereta Yurikamome adalah kereta otomatis yang beroperasi dari Stasiun Shimbashi memutari Odaiba sampai ke Stasiun Toyosu. Beruntung sekali saya mendapat gerbong di depan di belakang masinis sehingga bisa melihat pemandangan yang jelas dari depan. Dan kebetulan masinisnya adalah seorang wanita.

 





Sesampainya di Akihabara saya sangat menikmati suasana jalan yang penuh dengan toko-toko eletronik serta aneka game yang membuat toko-toko tersebut menjadi ramai. Ditambah banyaknya orang lalu Lalang dengan pakaiannya yang modis membuat betah untuk menyusuri jalan menuju Ueno. Dari Akihabara menuju Ueno tidak terlalu jauh. Sehingga Ueno Park menjadi tujuan saya selanjutnya. Sebelum sampai Ueno Park saya melewati Shinobaju Pond dan Ueno Zoo.






Dari Ueno saya mencari stasiun MRT terdekat dan pulang kembali ke Asakusa dengan menggunakan MRT. Sampai di Asakusa saya sempatkan mampir ke toko oleh-oleh untuk melihat barang-barang sambil membeli makan malam. Karena rencananya besok pagi baru saya akan membeli oleh-oleh sekalian pindah penginapan.