Monday 16 November 2020

Jalan-Jalan Seputar Cilincing dan Marunda

 




Saya berkenalan dengan daerah Cilincing saat anak saya diterima di SMA 73 Cilincing. Karena tahun ini sistem penerimaan murid sekolah negeri yang berubah, anak saya akhirnya bisa diterima di sma negeri dengan kuota tambahan dan diterima di SMA ini.

Setelah diterima saya harus melihat kondisi sekolahnya dahulu dan dengan ditemani mama dan keponakan saya akhirnya berkunjung ke daerah Cilincing. Dari rumah saya di daerah karet saya masuk ke tol dalam kota dan keluar di pintu tol tanjung priok. Setelah melewati jalan raya yang padat dengan aneka truk gandeng yang besar-besar saya akhirnya bisa mencapai SMA 73 yang letaknya persis di jalan raya Cakung Cilincing yang ramai sekali dengan aneka truk gandeng dan container.  Walaupun berada di daerah panas dan gersang, sekolahnya sendiri agak masuk ke dalam dan merupakan gedung sekolah yang teduh dan hijau dengan lapangan yang luas.

Singkat cerita, saya akhirnya harus ke SMA ini lagi untuk mengisi surat pengunduran diri dan kali ini saya ditemani Ira Lathief. Ira bertempat tinggal di Tanjung Priok dan merupakan tur guide serta pendiri dari usaha travel Wisata Kreatif Jakarta. Rencananya saya dan Ira akan mendatangi beberapa obyek wisata di seputar Cilincing. Jarang-jarang saya main di daerah ini, jadi sekalinya kesini harus dimaksimalkan.

Setelah urusan di SMA 73 selesai, saya dan Ira segera menuju ke tujuan pertama, RM Seafood Babe. Rumah makan yang cukup terkenal akan kelezatan olahan makanan berbahan dasar seafood. Segala macam menu tersedia sampai bingung memilihnya. Akhirnya Ira yang memesan dan setelah makanan datang kami segera menikmatinya. Maklum hari sudah siang dan kami sudah lapar sekali. Udara di daerah Jakarta Utara yang panas juga menyebabkan kami ingin cepat-cepat bisa ngadem di dalam resto. 


Seafood Babe

Setelah perut kenyang barulah saya diantar Ira mengunjungi beberapa obyek wisata yang lokasinya tidak terlalu jauh dari resto. Obyek wisata ini memang yang biasa didatangi jika Ira membawa rombongan Tur Wisata Kreatif Jakarta. Jadi saya merasa spesial langsung dipandu oleh tur guide yang hits dan senior. 

1.    Wihara Lalitavistara

Termasuk salah satu wihara tertua di Jakarta yang dibangun sejak abad 11. Awalnya bernama Klenteng Sam Kuan Tai Tie dan ditemukan oleh para pelaut yang berlabuh di pantai dekat Cilincing. Penamaan Lalitavistara juga berdasarkan kitab suci agama Budha. Beberapa patung terdapat di sana dan jika kita masuk ke ruang doanya kita akan mendapatkan suasana yang berbeda. Sayang saat itu sedang ada renovasi di vihara sehingga sebagian halaman tertutup puing. Di sebelah wihara tampak menara pagoda tempat jenasah yang diperabukan di krematorium Cilincing yang terdapat di sebelah wihara. Di halaman wihara terdapat mini stupa Borobudur yang kerap dijadikan obyek foto. 

 












2.    Mesjid Al Alam Cilincing

Mesjid Al Alam memang ada dua, yang satu lagi terletak di Marunda dan terkenal dengan nama mesjid Si Pitung.

Tetapi dua-duanya dibangun oleh orang dan pada tanggal yang sama, yaitu dibagun oleh Fatahillah pada tanggal 22 Juni 1527.  Walaupun sudah di renovasi, bagian dalam mesjid masih dipertahankan keasliannya. Terdapat sebuah kayu berukir yang bertuliskan “Wasiat Sunan Gunung Jati” . Di bawahnya tertulis dalam aksara hanacaraka dan Latin “Ingsun Titip Tajug lan Fakir Miskin” dengan terjemahan dalam Bahasa Indonesia “Aku Tititpkan Masjid dan Fakir Miskin”.

Pembangunan masjid ini dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tempat ibadah bagi anggota pasukan gabungan Kesultanan Demak dan Kesultanan Cirebon dibawah pimpinan Fatahillah selama penyerbuan ke Sunda Kelapa yang dikuasai Portugis. Sebelum bertolak ke Sunda Kelapa, sesuai perintah Sultan Demak, Fatahillah singgah ke Cirebon untuk menggabungkan pasukannya dengan Pasukan Kesultanan Cirebon, baru kemudian bertolak ke Sunda Kelapa setelah mendapat arahan dari Sunan Gunung Jati. Disini juga terdapat sumur tua yang konon airnya bisa membuat awet muda. Tetapi karena waktu terbatasa kami tidak sempat kesana. 

 






Tetapi saya masih sempat melihat suasana tepi sungai Cilincing dimana terdapat banyak kapal-kapal kayu dengan lingkungan perkampungan nelayan.  Dari belakang mesjid ada pintu yang menuju kesana. Kami berfoto dengan latar belakang kapal-kapal tersebut. 



Dari Cilincing kami segera menuju lokasi selanjutnya yaitu Rumah si Pitung yang termasuk di dalam 12 Jalur Wisata Pesisir. Rumah si Pitung ini masuk di dalam Museum Kebaharian Situs Marunda Jakarta.

Rumah si Pitung merupakan contoh dari rumah asli masyarakat betawi yang tinggal di pesisir dan dilihat dari bentuknya yang tinggi dan mempunyai tangga, seperti rumah suku Bugis. Rumah si Pitung ini sudah di renovasi beberapa kali tetapi masih memperlihatkan wujud aslinya. Konon rumah ini adalah rumah dari H Saepuddin yang merupakan sahabat karib si Pitung. Si Pitung melarikan diri dari kejaran tentara Belanda dan bersembunyi di rumah ini.

 






















Seru banget akhirnya bisa berwisata ke lokasi baru yang belum pernah saya datangi. Kendala tempat yang jauh dan daerah yang selalu macet memang menjadi hambatan jika ingin berwisata ke sini. Weekend adalah pilihan yang tepat karena tidak terlalu macet. 

Sebenarnya masih ada obyek wisata lain yang belum saya datangi seperti menikmati sunset di pantai Cilincing atau melihat Pura yang terletak di tepi laut. (ini hanya jika ada acara disana).

Nah, untuk teman-teman yang berminat berwisata ke daerah Cilincing dan Marunda dengan ditemani tour guide -supaya bisa sekalian diterangkan mengenai sejarah obyek-obyek wisatanya, bisa hubungi IG @wisatakreatifjakarta ya... langsung DM aja supaya bisa mendapat info selanjutnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

Wednesday 16 September 2020

Acara SASA Berbagi Kebahagiaan di Pasar Lama, Tangerang

 


Selain di Jakarta, tim CSR Sasa yang diwakili oleh Ibu Rida Atmiyanti, Corporate Communication Manager PT Sasa Inti, melakukan acara pembagian masker dan face shield di daerah Pasar Lama Tangerang. Pembagian masker ini selain di Pasar Lama juga dilakukan di Klenteng Boen Tek Bio yang masih berada dalam satu area dengan Pasar Lama Tangerang.





Pembagian goodie bag berlangsung dengan lancar. Para pedagang antusias menerima bingkisan goodie bag yang berisi bumbu SASA, masker dan face shield. Yang tidak kebagian goodie bag juga masih bisa mendapat masker dan face shield. Setelah acara pembagian goodie bag selesai, mbak Ira Lathief melakukan wawancara dengan para pedagang di Pasar. Selama pandemi mereka pasti ikut terdampak tetapi seiring adanya kelonggaran pasar mulai kembali hidup.

Selama pembatasan karena pandemi, Pasar Lama memang tidak seramai biasanya, tetapi kita masih bisa menikmati aneka jajanan yang dijual disana. Seperti pagi itu Nasi Uduk, bubur ayam, somay, Laksa Tangerang, mie ayam dan aneka jajanan lain, seperti kue basah dan kue bulan siap dipilih oleh pengunjung.

Jangan lupa mampir ke Kelenteng Boen Tek Bio, kelenteng yang berdiri tahun 1684 ini masih tampak megah walaupun usianya sudah dua abad lamanya. Awal berdirinya kelenteng ini memang untuk tempat sembahyang masyarakat Tionghoa yang bermukim di Tangerang. Pada tahun 1844 ketika kelenteng direnovasi besar-besaran ketika berusia 100 tahun.



Selain kelenteng Boen Tek Bio, masih ada tempat wisata lain kalau kita berkunjung ke Tangerang. Di sebelah kelenteng ada museum Benteng Heritage dan 100 meter dari Kelenteng ada mesjid dengan desain menara bernuansa Tionghoa, yaitu Mesjid Jami Kali Pasir.

 

 

 

 

Monday 14 September 2020

Kagiatan Tim CSR SASA Melezatkan di Pasar Baru

 



Di Sabtu sore yang cerah, tanggal 12 September 2020, Tim CSR SASA sudah merapat di Pasar Baru untuk lanjutan kegiatan CSR Sasa tahun ini. Tim CSR Sasa yang diwakili oleh Ibu Rida Atmiyanti, Corporate Communication Manager PT Sasa Inti, melakukan pembagian masker dan face shield di beberapa pasar di Jakarta yang juga menjadi tujuan wisata masyarakat.

Lokasi Pasar Baru dipih karena merupakan salah satu pasar tertua di Jakarta, yang sudah berdiri sejak tahun 1820. Merupakan pasar yang sudah disiapkan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk memenuhi kebutuhan ekonomi warga keturunan Belanda yang bermukim di Jl Veteran.




foto dulu 
 
bagi bagi goodie bag





 




Acaranya sendiri berlangsung lancar dan mendapat sambutan yang antusias dari pedagang kaki lima yang berada di seputar Pasar Baru. Goodie bag yang berisi beberapa produk dari SASA serta masker dan face shield langsung habis. Sebelumnya mereka mendapat pengarahan supaya selalu memakai masker dan rajin membersihkan tangan memakai air dan sabun atau memakai hand sanitizer serta menjaga jarak. Masker juga supaya dipakai dengan benar supaya fungsinya maksimal. Saya lihat semua pedagang dan pengunjung di Pasar Baru sudah memakai masker.  Setelah goodie bag dibagikan, acara dilanjutkan dengan pembagian masker dan face shield untuk para pedagang yang lain. Kami pindah tempat ke bagian depan pasar.

Di masa PSBB transisi seperti saat acara berlangsung, kawasan Pasar Baru termasuk masih ramai dengan pengunjung.  Jaman dulu kendaraan umum yang sempat dilarang masuk, saat ini sudah diperbolehkan lagi. Sehingga kita harus lebih hati-hati. Berjalan-jalan disini memang menyenangkan, banyak toko-toko dengan arsitektur jaman dulu yang masih dipertahankan keasliannya. Selain itu banyak toko kain yang menjual pakaian khas India yang berwarna warni. Pasar Baru memang terkenal sebagai tempat tinggal bagi penduduk Jakarta keturunan India, berdampingan dengan pedagang keturunan Tionghoa.



Setelah lelah belanja, jangan lupakan kuliner Pasar Baru yang sudah terkenal sejak dulu, Bakmi gang Kelinci, sudah berdiri sejak tahun 1957. Selain itu ada Es Krim Tropik, es krim denga resep keluarga yang sudah ada sejak tahun 1950an. Es Krimnya lembut dan ada pilihan rasa khas yang menurut saya paling enak, Rasa Frambozen. Es Krim disajikan di mangkuk dan mendapat free satu gelas air putih dingin. Selain es krim tersedia juga aneka makanan berat, diantaranya mie ayam dan lontong cap gomeh yang jadi andalan.  Untuk cemilannya jangan lupa mampir ke Cakwe Koh Atek ya, sudah ada sejak tahun 1970an.

 

 

suasana jadul di es krim tropic