Friday 15 September 2017

Back to Cirebon




Acara ke Cirebon kali ini dalam rangka merayakan friendship anniversary ke 25, saya, Ungke, Esta dan Titi. Kami udah temenan selama 25 tahun tepatnya tahun 1992 saat  menjadi mahasiswa FH Atma Jaya. Nah, kebetulan Ungke yang saat ini jadi notaris ada acara seminar di Cirebon dan mengajak kita ber3 untuk nemenin sekalian jalan-jalan.  Kapan lagi bisa pergi sama-sama. Titi juga kebetulan belum kerja dan saya serta Esta ambil cuti supaya bisa ikut.

Perjalanan ke Cirebon dimulai dari Kalimalang, rumah Ungke. Mobil dan sopir sudah beres disiapkan Ungke, jadi kita tinggal naik dan duduk cantik. Cemilanpun udah lengkap. Asyik kan.
Jalan tol tersendat di sekitar Bekasi dan berangsur lancar setelahnya, sampai di Cirebon, kami langsung menuju hotel Santika tempat Ungke seminar dan menunggu Ungke sebentar sampai bisa ijin keluar.  Iya dong, kami kan lapar butuh kulineran segera.



Tujuan kuliner yang sudah disiapkan adalah :

Nasi Jamblang Bu Nur
Di sini kami bebas memilih lauk untuk menemani nasi beralas daun jamblang di piring. Banyak banget lauk yang tersedia, tetapi yang wajib dipilih adalah cumi. Selain Cumi saya memilih pepes tahu. Untuk penyuka duren jangan lupa memesan es duren khas Cirebon yang beda dari es duren di Jakarta. Es puter rasa duren ditambah daging buah duren dan kucuran sirop sarangsari bikin ketagihan pastinya.

Setelah kenyang, tujuan selanjutnya adalah Batik Trusmi. Batik Trusmi adalah sentra penjualan batik khas Cirebon yang terkenal. Pusat batik dan tempat penjualan oleh-oleh khas Cirebon. Pilihan batik dengan berbagai macam harga dan corak terdapat di sini. Tinggal pilih.  Disini kami foto-foto di kursi yang terdapat di sana dan setelah di upload di sosmed mendapat gelas cantik.





Puas belanja tujuan selanjutnya adalah Gua Sunyaragi.
Terletak sekitar 5km dari pusat kota Gua Sunyaragi adalah obyek wisata di Cirebon yang terkenal dengan aura mistisnya.  Dan ketika kami sampai, matahari bersinar dengan teriknya di atas kepala, dan gua tersebut adalah lokasi yang terbuka,  jadi bayangkanlah bagaimana panasnya. Kalau tidak demi foto-foto cantik geng cinta, mungkin lebih baik kami duduk-duduk saja berteduh.
Kami menelusuri hampir setiap sudut gua dan berfoto disana dengan berbagai gaya sampai puas. Bertemu dengan anak-anak kecil yang sedang bermain dan sempat minta tolong untuk fotoin kita. Hehe..



Gua Sunyaragi adalah sebuah gua yang berlokasi di kelurahan Sunyaragi, Kesambi, Kota Cirebon di mana terdapat bangunan mirip candi yang disebut Gua Sunyaragi, atau Taman Air Sunyaragi, atau sering disebut sebgaai Tamansari Sunyaragi. Nama "Sunyaragi" berasal dari kata "sunya" yang artinya adalah sepi dan "ragi" yang berarti raga, keduanya adalah bahasa Sanskerta. Tujuan utama didirikannya gua tersebut adalah sebagai tempat beristirahat dan meditasi para Sultan Cirebon dan keluarganya.

Gua Sunyaragi merupakan salah satu benda cagar budaya yang berada di Kota Cirebon dengan luas sekitar 15 hektare. Objek cagar budaya ini berada di sisi jalan by pass Brigjen Dharsono, Cirebon. Konstruksi dan komposisi bangunan situs ini merupakan sebuah taman air. Karena itu Gua Sunyaragi disebut taman air gua Sunyaragi. Pada zaman dahulu kompleks gua tersebut dikelilingi oleh danau yaitu Danau Jati. Lokasi di mana dulu terdapat Danau Jati saat ini sudah mengering dan dilalui jalan by pass Brigjen Dharsono, sungai Situngkul, lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Gas, Sunyaragi milik PLN, persawahan dan menjadi pemukiman penduduk. Selain itu di gua tersebut banyak terdapat air terjun buatan sebagai penghias, dan hiasan taman seperti Gajah, patung wanita Perawan Sunti, dan Patung Garuda. Gua Sunyaragi merupakan salah satu bagian dari keraton Pakungwati sekarang bernama keraton Kasepuhan.
Gua Sunyaragi didirikan pada zaman penjajahan Belanda sehingga gaya arsitektur Belanda atau Eropa turut memengaruhi gaya arsitektur gua Sunyaragi. Tanda tersebut dapat terlihat pada bentuk jendela yang tedapat pada bangunan Kaputren, bentuk tangga berputar pada gua Arga Jumut dan bentuk gedung Pesanggrahan.
Secara visual, bangunan-bangunan di kompleks gua Sunyaragi lebih banyak memunculkan kesan sakral. Kesan sakral dapat terlihat dengan adanya tempat bertapaseperti pada gua Padang Ati dan gua Kelangenan, tempat salat dan pawudon atau tempat untuk mengambil air wudhu, lorong yang menuju ke Arab dan Cina yang terletak di dalam kompleks gua Arga Jumut; dan lorong yang menuju ke Gunung Jati pada kompleks gua Peteng. Di depan pintu masuk gua Peteng terdapat patung Perawan Sunti. Menurut legenda masyarakat lokal, jika seorang gadis memegang patung tersebut maka ia akan susah untuk mendapatkan jodoh. Kesan sakral nampak pula pada bentuk bangunan Bangsal Jinem yang menyerupai bentuk Kabah jika dilihat dari sisi belakang Bangsal Jinem. Selain itu ada pula patung Haji Balela yang menyerupai patung Dewa Wisnu.

Waktu kami kesana niatnya memang hanya foto-foto saja dan tidak memakai gude. Sehingga kami tidak mengetahui cerita lengkap mengenai gua tersebut. Sehingga kami tidak mengetahu yang mana Patung Perawan Sunti dan apakah kami memegangnya atau tidak. Jadi untuk kalian yang mau kesana lebih baik pakai guide saja, selain bisa mengetahui cerita lengkap Gua Sunyaragi juga tidak salah pegang patung. 


Dari Gua kami kembali ke hotel tempat Ungke seminar untuk mengambil ijasah dan sambil menunggu Ungke kami duduk-duduk di resto di depan hotel.  Setelah itu kami wiskul lagi ke Empal Gentong Bu Dharma.  Empal gentongnya enak banget. Kuahnya kental dan gurih dengan potongan daging yang banyak. Saya memesan campur jadi selain daging ada jeroan juga yang saya memang suka. Sekali-sekali boleh dong makan jeroan.

Disana dijual juga es duren dan saya pesan lagi satu porsi. Nggak bosen deh pokoknya. Saya suka banget makan duren.

Kenyang makan kami segera kembali ke Jakarta.Dan… ketika sampai di Jakarta, kami makan lagi dong di nasi uduk Mat Lengket. Rekomendasi Ungke yang sudah puluhan tahun langganan di sini. Nasi uduknya memang beda sih lebih gurih dan bikin nagih.





Perjalanan saya ke Cirebon masih berlanjut di minggu depannya, karena saya ada acara trail run di Ciremai.  Kali ini saya ke Cirebon dengan teman-teman Jalansutra dan ke Cirebon dengan naik kereta api.
Sampai stasiun kami dijemput oleh Cindy yang sudah sampai duluan karena naik mobil dan kami makan siang di  Rumah Makan ayam panggang Alas Demang. Ayam kampung yang legit dan gurih menjadi menu kami siang itu.
Siang yang panas membuat kami ingin minum es, Cindy mengajak kami singgah di Es Cuwing Ampera dan setelah itu mampir lagi ke Krupuk Kucur dan kolak di Jalan Burangrang
Sebelumnya, jeng Sianna telah memberikan kami makanan yang unik, yaitu Mendoan isi.  Jadi tempe mendoan yang biasanya polos kali ini dimodifikasi dengan aneka isian. Ada kornet, ayam dan keju. Dimakan panas-panas enak bangettt rasanya.
Malamnya, saya hanya makan bakso di depan Cirebon Junction yang tidak jauh dari hotel. Rasanya cukup untuk tenaga besok ikut trail run di ciremai.



Trail Runnya sendiri berjalan dengan seru, rutenya bervariasi dari yang datar, tanjakan sampai harus merangkak karena melewati turunan yang curam.  Ada tragedi nyasar berjamaah sampai 5km yang menyebabkan waktu finish saya menjadi lebih lama dari waktu yang ditentukan. Setelah finish mendapat kaos dan foto-foto saya segera kembali ke hotel untuk mandi dan mengambil barang-barang, termasuk oleh-oleh Ketan Apun yang nikmat. Diantar oleh mobil hotel ke stasiun dan akhirnya sampai kembali di Jakarta dengan selamat.