Sunday 23 February 2020

Weekend At Singapore - U2 Concert


Perjalanan saya ke Singapore kali ini adalah dalam rangka menonton konser band lengend asal Inggris, U2, yang baru pertama kalinya mengadakan show di Asia Tenggara setelah band tersebut berdiri selama 42 tahun. The Joshua Tree tour akan diselenggarakan di National Stadium Singapore tanggal 30 November dan 1 Desember 2019.  Awalnya konser hanya diselenggarakan pada tanggal 30 November tetapi karena peminat yang membludak akhirnya konser ditambah 1 hari lagi.
Pada suatu hari tiba-tiba teman saya mengajak untuk menonton U2 di Singapore dan ketika saya mengajak suami dia juga tertarik dan akhirnya membelikan tiket untuk tanggal 1 Desember kelas Festival. Jika dirupiahkan harga tiket tersebut hampir 2 juta rupiah, tapi demi pengalaman sekali seumur hidup harga tersebut menjadi tidak ternilai.
Kami berangkat pada tanggal 30 Desember dengan menggunakan pesawat Batik Air dan berhasil mendarat dengan mulus di Changi Airport. Sebelum menuju hotel kami mampir dulu ke The Jewel, air terjun buatan yang sedang hits di Singapore karena desainnya yang unik.  Kerenlah untuk pose yang Instagramable. 





Setelah puas menikmati The Jewel, kami akhirnya naik taxi menuju ke hotel, the Oasia Downtown, hotel dengan arsitektur unik dan merupakan hotel dengan penghargaan Pencakar Langit Terbaik Sejagat 2018 yang diadakan oleh Council on Tall Building and Urban Habitat (CTBUH) Hotel ini  mempunyai karakter tegas di antara sejumlah gedung karena hampir seluruh eksterior gedung dilapis oleh tanaman berwarna merah dan hijau yang sesuai dengan ruang sekitarnya. Oleh perancangnya WOHA, hotel yang berdiri di atas lahan 1,94 ha itu, didesain dengan pendekatan arsitektur tropis. Hal tersebut diwujudkan dengan melapisi semua dinding luar gedung (lapisan kedua) dengan jala kokoh berbahan alumunium. Ada sekitar 21 spesies tanaman yang menjalar di seluruh jala tersebut, plus 33 spesies tumbuhan yang ditanam di taman-tamannya. Sesuai pembagian jenis ruang-ruangnya (SOHO, hotel dan club rooms), pada beberapa bagian lantainya ada yang dibuat terbuka menjadi area publik (sky garden) dan fasilitas lain. Selain penghargaan itu,  hotel ini sempat menjadi finalis pada 2016 World Architecture Festival untuk kategori Mixed-Use (Completed). Penghargaan yang pernah didapat antara lain 2017-18 ULI Global Awards for Excellence (Urban Land Institute), 17th SIA Architectural Design Awards 2017  sebagai “Building of the Year” untuk kategori Commercial (Mixed Development), dan 2017 Green Good Design Award  dari The Chicago Athenaeum and The European Centre for Architecture Art Design and Urban Studies.
Keren banget ya hotel ini, beruntung banget saya bisa menginap di sini berkat misua. Hehe..

Masuk ke lobby bawah kami disambut oleh dekorasi pohon natal yang dibuat dari botol minuman yang diisi air berwarna hijau dan ditumpuk seperti pohon natal. Unik.
Resepsionis berada di lantai 5 dan kamipun menuju ke sana.
Oh iya, sebelumnya dalam perjalanan menuju hotel kami sempat disambut dengan kemacetan karena ada serangakaian acara yang bersamaan di Singapore sore itu. Salah satunya adalah Standard Chartered Marathon yang start pada jam 6 sore dan menutup beberapa jalan. Selain itu konser U2 hari pertama menambah kemacetan hari itu. Selain itu ada acara juga di Gardens By The Bay. 



















Setelah check in dan menuju kamar, kami tidak bisa berlama-lama menikmati kamar yang nyaman karena perut yang lapar membuat kami berjalan keluar untuk makan malam. Kami makan di sebuah mall kecil dekat hotel disebuah chinese resto dengan makanannya yang lumayan enak.


Setelah itu kami kembali ke hotel setelah mampir ke 711 dekat hotel untuk beli jajanan.
Esok harinya setelah sarapan dengan menu yang beraneka ragam, kami bersiap-siap dan dengan berjalan kaki menuju ke Chinatown yang tidak jauh dari hotel. Walaupun cuaca panas kami lumayan menikmati jalan di area Singapore karena trotoarnya yang cukup nyaman. Di sini kami berfoto di beberapa tempat dan melewati tukang jual duren yang sedang sale tetapi saya tidak bisa makan karena misua tidak suka. Hiks ☹ Akhirnya saya dihibur dengan difoto-foto di area Chinatown. 












Dari Chinatown dengan MRT kami menuju ke Bugis dan disana kami makan siang di Bugis Junction. Setelah itu kami menuju ke Orchard untuk bertemu dengan teman saya, mbak Inez yang sedang ada tugas kerjaan di Lucky Plaza. Kami  sempat belanja di salah satu mall di Orchard dan selesai belanja kami menuju hotel dan bersiap untuk ke National Stadium untuk melihat konser yang sudah ditunggu-tunggu.

Ketika kami datang keadaan masih belum terlalu ramai, kami membeli makanan kecil yang bisa dimakan sambil duduk menunggu pertunjukkan dimulai. Karena berada di kelas festival kami duduk lesehan di depan panggung sambil foto-foto. Suasana stadion yang megah membuat saya merasa excited.  Super excited karena ini adalah pertama kali saya menonon konser band di luar negeri.







































Waktu tunggu akhirnya usai dan para personil U2 segera memulai pertunjukkan. Diiringi histeria penonton mereka menyanyikan lagu pembuka di panggung kecil di samping panggung utama. Membuat saya tidak bisa melihat karena ketutupan orang banyak. Tetapi setelah 2 lagu para pemain U2,  Bono, The Edge, Adam Clayton, dan Larry Mullen, Jr. menuju ke panggung utama dengan lagu-lagu hits mereka. Wallpaper raksasa menayangkan gambar-gambar menyesuaikan dengan lirik lagu yang dimainkan. Gambar-gambar tersebut sangat indah dan mempunyai visual efek yang sangat hidup. Wah, saya sampai terharu dan sempat berkaca-kaca. Tidak menyangka akhirnya bisa berada di depan panggung melihat aksi U2 dengan mata kepala sendiri.  Speechless. Walaupun sudah berumur performa Bono dan teman-teman masih prima, tenaga mereka masih ok untuk ukuran konser yang berlangsung selama 2 jam lebih. 
Konser ditutup dengan lagu legendaris The One yang dinyanyikan dengan diiringi lampu handphone dari penonton di kelas festival, bak kunang-kunang di kegelapan malam. Bikin merinding. 
Ah, akhirnya selesai juga konser yang ditunggu-tunggu oleh para penonton dari Indonesia karena U2 memang tidak mungkin konser di sini.
Usai konser saya janjian dengan teman saya, Sari untuk foto bersama dan setelah itu bersama-sama menuju stasiun MRT untuk pulang ke hotel. Hampir semua penonton diarahkan ke stasiun MRT dan naik kereta tersebut yang sudah dipersiapkan oleh pemerintah. Hal ini untuk mengurangi kemacetan yang terjadi. Maklum deh yang nonton kan ratusan ribu orang.
Sampai di stasiun MRT dekat hotel kami mampir ke 711 untuk membeli makanan dan akhirnya kembali ke hotel untuk beristirahat.  What a day!

Esok paginya saya sudah bersiap-siap untuk lari pagi  seputaran hotel. Sudah bawa sepatu dan baju lari kayaknya nggak sah kalau belum lari. Seputaran hotel adalah area downtown yang ramai dengan gedung pencakar langit tetapi juga diselingi dengan taman-taman yang cantik. Ada pula tempat bersejarah yang saya lewati dan saya berlari sampai ke daerah pelabuhan.  Saya berlari sekitar 5K dan kembali ke hotel setelah foto-foto di Teluk Ayer Park.  Di dekat hotel memang banyak terdapat taman, membuat suasana sekitar menjadi adem. 




















Usai sarapan saya sempat pergi sebentar ke Bugis Street untuk membeli oleh-oleh dan setelah selesai packing kami pindah menuju hotel  The Four Points di 382 Havelock Rd, Singapura 169629 di daerah Robertson Quay.















Terletak di samping singapore river, kami bisa melihat pemandangan sungai dari hotel dan dengan melewati jembatan kami menuju ke cafe yang ada di seberang untuk makan siang. Karena saat itu hujan deras kami kembali ke hotel dulu untuk beristirahat dan setelah itu sore harinya kami pergi ke Marina Bay Sand untuk jalan-jalan, shopping dan makan malam. Pengennya nonton pertunjukan laser disana, tetapi karena hujan pertunjukkannya ditiadakan. Yah... penonton kecewa deh. 
Setelah itu kami pergi ke rumah teman saya Nino, di Kovan Residence. Puas ngobrol kami pulang ke hotel. 
Selama di Singapore kami menggunakan Grab sebagai transportasi karena lebih nyaman dan praktis. Selain itu mobilnya juga bagus-bagus. Jenis mobil yang gak ada di Jakarta. Kalo saya yang pergi sih cukup pakai MRT saja. Sekalian nyoba kartu Jenius untuk MRT di sini. Awalnya perlu di setting untuk perubahan mata uang menjadi SGD dan waktu mencoba langsung bisa dipakai dengan lancar. Praktis. Kursnya langsung menyesuaikan dengan kurs hari itu. Memang lebih mahal sedikit katanya, tetapi lebih praktis nggak usah beli kartu MRT lagi. 




Esok paginya saya sempat berenang di hotel sebelum pulang dan bertemu dengan saudara saya Cipit untuk memberikan titipan yang dibeli di Jakarta. Di Bandara saya membeli burger Shake and Shac yang sedang hits, shopping dikit dan terbanglah kami ke Jakarta dengan pesawat Garuda.