Tuesday 26 March 2013

Traveling to Pekanbaru - Istana Siak dan Wisata Kuliner (Day 2 & 3)



 
Sekitar jam 7 pagi kami semua sudah siap berangkat untuk menikmati sarapan di Ketupat Sayur Lintau 4, di Jl Adi Sucipto,  Pekanbaru.  Rumah makan kecil ini memang khusus menyediakan makanan untuk sarapan pagi khas melayu. Selain lontong sayur, ada pula lontong sop dan bubur kampiun serta lopis. Bumbu pada lontong sayurnya memang khas karena kuahnya  terasa kental dan gurih serta cabai hijau di atasnya membuat hidangan ini menjadi  lebih nendang.  Sedangkan lontong sop adalah potongan ketupat dengan kuah sop yang segar.  Mungkin untuk pilihan bagi orang yang tidak ingin makan dengan kuah santan yang berat. Sedangkan untuk bubur kampiunnya enak karena tidak terlalu manis dan lopisnya agak berbeda karena menggunakan kuah santan kental dengan gula cair, sehingga tidak terlalu manis. 


Lontong Sayur


Bubur Kampiun

Lontong Sop


Seusai sarapan kami segera berangkat menuju kabupaten Siak mengunjungi Istana Siak Sri Indrapura.
Untuk mempersingkat perjalanan kami memutuskan melewati kompleks Chevron.  Sebelum masuk ke dalam kompleks ini kami harus melewati penjagaan yang super ketat. Selain di catat data-data pengemudi dan no polisi di kartu yang diberikan juga ditulis jam masuknya. Kecepatan mobil harus konstan dan tidak boleh terlalu cepat karena nanti akan terlihat di pintu keluar. Apabila melebihi range yang sudah ditentukan akan ada denda karena mengendarai mobil melebihi batas kecepatan.
Kompleks Chevron yang dilewati tampak sangat rapi dan teratur khas kompleks perumahan di Amerika tempat kantor Chevron berada. Jalananannya pun sangat mulus dimana mobil kantor Chevron yang melintas dipacu dengan kecepatan rendah membuat kami beberapa kali harus mendahuluinya.  Setelah melalui kompleks tersebut jalanan baru mulai menampakkan aslinya, berlubang disana sini. Sedangkan pemandangan sepanjang jalan tidak terlampau menarik. Selain panas dan gersang, yang paling sering tampak adalah jajaran perkebunan sawit dan beberapa rumah penduduk serta warung.  Saya memilih untuk tidur saja.
Kami turun di jembatan Maredan yang melintasi sungai Siak untuk berfoto dan melanjutkan perjalanan lagi karena setelah jembatan tersebut Siak sudah dekat. Di tengah kota ada jembatan lagi yang lebih besar dan megah. Nanti rencana akan foto-foto lagi disana.




 

Istana Siak Sri Indrapura

Memasuki  kabupaten Siak, tidak terlampau sulit menemukan lokasi istana kerajaan Siak Sri Indrapura karena petunjuk jalan lumayan jelas. Tetapi ketika sampai di depan istana tersebut tidak ada tulisan bahwa bangunan ini adalah Istana Siak, karena bangunannya walaupun megah tetapi terlihat sederhana.
Setelah memarkir mobil di tempat yang teduh di taman depan istana, kami segera masuk ke dalam setelah membayar tiket masuk.  Sebelum memasuki istana alas kaki harus dilepas.  Isi dari istana ini cukup lengkap diantaranya adalah : kursi singgasana sultan yang dilapisi emas, payung kerajaan, senjata dan meriam yang dipakai kerjaan berperang melawan Belanda,  replika mahkota kerajaan Siak, kursi dan meja yang dipergunakan untuk pertemuan kerajaan serta dilengkapi dengan patung orang-orangnya yang sedang  mengadakan pertemuan, lampu kristal.  Yang paling menarik adalah adalah cermin peninggalan permaisuri Sultan yang bernama cermin Ratu Agung, dimana jika sering bercermin di sana konon akan membuat awet muda.  Ada pula alat pemutar musik kuno yang bernama Komet buatan Jerman, dimana di dunia ini hanya ada 2 dan yang berda di kerajaan Siak ini yang bisa dibunyikan. Beruntung ketika pada jam 12 siang alat musik tersebut dibunyikan kami bisa mendengarnya.  Musik Bethoven yang diperdengarkan masih terdengar jernih dan jelas, membuat mengantuk di tengah cuaca panas dan gerah di dalam istana.
Setelah usai menjelajahi lantai 1 kami beralih ke lantai 2 dengan menaiki tangga melingkar yang pas banget buat berfoto ria.  Di lantai 2 selain banyak foto-foto seperti di lantai 1, juga disimpan peralatan makan yang digunakan sewaktu Sultan mengadakan jamuan. Piring-piringnya lebar karena biasa untuk makan bersama 2 atau 3 orang.  Disini juga terdapat  replika  perahu Lancang Kuning yang menjadi sebutan untuk  Riau. 



Menurut info dari Wikipedia, Kesultanan Siak Sri Inderapura adalah sebuah Kerajaan Melayu Islam yang pernah berdiri di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, Indonesia. Kerajaan ini didirikan di Buantan oleh Raja Kecil dari Pagaruyung bergelar Sultan Abdul Jalil pada tahun 1723, setelah sebelumnya terlibat dalam perebutan tahta Johor. Dalam perkembangannya, Kesultanan Siak muncul sebagai sebuah kerajaana bahari yang kuat. Sultan terakhir yang berkuasa di kesultanan Siak adalah Sultan Syarif Kasim II yang setelah kemerdekaan  menyatakan bergabung dengan Indonesia dan menyumbang harta kekayaannya sejumlah 13 juta gulden untuk pemerintah republik.   Ia  adalah sultan ke-12 Kesultanan Siak dan dinobatkan sebagai sultan pada umur 21 tahun menggantikan ayahnya Sultan Syarif Hasim. Sultan Syarif Kasim II mempunyai 4 istri tetapi tidak memiliki anak. Sehingga setelah beliau wafat berakhirlah kesultanan Siak karena tidak adanya keturunan  yang meneruskan dan selanjutnya  bangunan kesultanan Siak tersebut diserahkan kepada negara.



























 Dalam perjalanan menuju Mesjid utama di kota Siak, saya sempat berhenti sejenak untuk berfoto di tepi sungai Siak dengan latar belakang jembatan Siak. 






Karena hari sudah siang dan kami belum makan, tujuan selanjutnya adalah sholat Dzuhur di Mesjid Raya Syahabuddin dan sekaligus berfoto ria di jembatan sungai Siak. Sayang jembatannya berpagar agak tinggi sehingga sungainya tidak terlihat dengan jelas.

 








Setelah itu kami segera menuju ke rumah makan Kartini dengan menu specialnya adalah ikan mas goreng. Rumah makan ini terletak di pinggir jalan menuju ke Pekanbaru. Rumah makan ini terletak di pinggir semacam danau kecil berair hijau sehingga pemandangannya lumayan menyejukkan mata, tempat duduknya berada di pinggir danau berbentuk saung sederhana di bawah pohon rindang. Yang membuat rasa ikan mas gorengnya istimewa sebenarnya adalah sambalnya yang pedas. Sayang, banyak sekali lalat yang menemani kami makan sehingga kurang nyaman. Walaupun sudah diberi lilin tetap saja banyak lalat yang beterbangan. :(




Kami menempuh jalan sama seperti waktu berangkat yaitu melalu kompleks Chevron dan sampai di Pekanbaru lagi kira-kira pukul 5 sore. Tidak terasa saya tertidur karena kecapaian dan malamnya sudah dijadwalkan untuk makan di RM Era 51 di Jln Kaharuddin Nasution no 31, Pekanbaru, telpon 0761 674679, yang menjual sate Rusa.  






Beruntung begitu kami sampai pesanan sate rusa dan sop daging rusa masih ada, karena setelah itu rumah makan tersebut tutup karena persediaan habis.  Satu porsi sate rusa terdiri dari lima tusuk sate yang rasa dagingnya  manis dan nyaris tidak berserat sehingga empuk sekali.  Saya hanya konsentrasi makan daging dan tidak memikirkan rusa lucu yang hidup di luar sana. Sama seperti makan sate kelinci, kalau membayangkan lucunya binatang itu sih, bisa-bisa makanan tidak tertelan.
Dessert malam itu adalah makan durian di  Pondok Durian Radit, yang merupakan pusat penjualan durian di PKU.  Letaknya berada di depan Hotel Pangeran, Jl. Jenderal Sudirman. 





 Selain itu saya juga berfoto di depan bangunan kantor Gubernur  yang  berhiaskan lampu serta berfoto di depan gedung perpustakaan yang bentuknya seperti buku yang terbuka, unik.  Sayang karena malam hari jadi tidak terlalu jelas, tapi cukup lumayanlah.  

 





Esok harinya, pagi-pagi sekitar jam 7 kami makan pagi di Kopi Kim Teng yang paling terkenal di PKU. Menu yang ditawarkan bermacam-macam seperti roti selai srikaya, mie ayam dan dimsum. Setelah kenyang, kami melanjutkan perjalanan menuju Pasar Bawah untuk membeli oleh-oleh.  Ternyata di PKU ini yang dijual untuk oleh-oleh selain dodol durian dari Bengkalis, juga menjual aneka penganan dari Malaysia. Memang lebih murah dibanding di Jakarta, karena kopi Old Town sachet yang menjadi incaran saya berselisih harga sampai 15 ribu. Saya juga membeli aneka biskuit khas Malaysia lainnya dan menahan diri supaya tidak kalap. Soalnya semuanya terlihat enak dan murah. Banyak pembeli dari pulau Jawa yang membeli untuk dijual lagi dalam bentuk satuan.  








Sunday 24 March 2013

Traveling To Pekanbaru - Day 1



Akhirnya tiket pengganti dari Mandala Air untuk ke Pekanbaru sampai juga di inbox email pada hari Selasa  12 Februari 2013. Waah, senangnya...  Alhamdulilah, tetap bisa berangkat kesana. Tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun  karena tiket langsung diganti. Bahkan jam kepulangan yang awalnya agak malam, 2 hari sebelumnya diganti menjadi jam 15.30 sehingga tidak perlu menunggu terlalu lama.
Sebelum mengunjungi suatu tempat yang baru, seperti biasa saya selalu menanyakannya ke mbah Google, tetapi dari hasil yang saya temukan di sana,  obyek wisata di dalam kota PKU ternyata tidak terlalu banyak ditemukan. Tetapi karena di sana nanti akan ada keluarga yang menemani jalan-jalan, saya pasrah saja sama tuan rumah hendak diajak kemana.
Perjalanan perdana saya dengan Mandala Air berjalan dengan lancar dan mendarat tepat waktu di Bandara Sultan Syarif Kasim.  Bandara ini memang baru direnovasi tahun lalu seiring dengan diadakannya PON di provinsi tersebut.  PON yang heboh karena pada saat terakhir masih banyak lapangan untuk pertandingan yang belum siap. 



 
Cuaca yang panas menyambut saya di bumi Lancang Kuning. Berbeda dengan Jakarta yang terkadang masih hujan, selama di PKU cuaca sangat panas.  Jalan-jalan di kotanya teratur rapi dan relatif bersih.  Mungkin karena efek dari PON kemarin, jadi semuanya di poles menjadi lebih menarik. Sempat melalui asrama atlit tempat menginap peserta PON.  Tetapi tidak sempat mampir ke stadionnya karena letaknya agak di pinggir kota.
Sebelum menuju rumah untuk beristirahat, kami mampir dulu maka es durian di Bofet Yamin di Jalan HM Yamin.
Semangkuk es serut dengan toping bubur durian kental serta kucuran susu kental manis menghapus dahaga di siang yang panas. 





Acara hari itu ditutup dengan makan malam di RM Pondok Patin H Yunus yang mempunyai hidangan spesial Gulai Patin.  Sepertinya tidak sah kalau berkunjung ke Pekanbaru tidak mecicipi gulai Patin di sini. Rumah makan yang terletak di Jl Kaharuddin Nasution No 1, Simpang Tiga, Pekanbaru ini menempati area yang cukup luas.  Untuk menuju ke area resto harus melewati jembatan karena ada area kolam di bawahnya.  Jembatan ini di kiri kanannya di beri pagar jadi pas banget deh untuk lokasi foto-foto. Hehe...
Setelah duduk manis di meja kami dihampiri pelayan yang menanyakan pesanan minuman, kalau makanannya bermacam lauk langsung diletakkan di meja dan kami tinggal memilih sesuai keinginan.  Diantara yang saya makan adalah : Gulai Telur Ikan, Ikan Silais Goreng, Dendeng Batokok dan Gulai Patin – tentu saja.  Sebenarnya masih ada menu lain seperti Udang Goreng yang besar sekali, tetapi demi menjaga berat badan, terpaksa menu tersebut dilewatkan.  Disediakan pencuci mulut berupa puding buah yang segar.
Sayang sekali, Es yang menjadi favorit di rumah makan ini yaitu Es Laksamana Mengamuk sudah habis.



 photo IMG_0600_zps27c6f0fe.jpg    






 photo IMG_0601_zpsfb71c981.jpg


 photo IMG_0602_zpseddff729.jpg


 photo IMG_0603_zpsc124a352.jpg


 photo IMG_0605_zps759cb2f0.jpg


 photo IMG_0608_zpsc02e33b6.jpg


 photo IMG_0609_zps669e9992.jpg










 photo IMG_0610_zpsc2e2fbc8.jpg


  photo IMG_0612_zps5b9a4c06.jpg  





Usai makan, setelah mampir ke beberapa rumah saudara, kami melanjutkan perjalanan dengan mncoba es cappucino cincau yang memang sedang hits disana. Sepupu saya sangat penasaran dengan penampakan es tersebut sehingga oleh tuan rumah kami diajak mampir kesalah satu gerainya. Yaah, biasa aja sih sebenernya, hanya cappucino mirip pop ice yang dikasih cincau. Ada cappucino rasa durian dan es milo.
Setelah putar-putar kota menikmati Pekanbaru di waktu malam, barulah kami pulang karena esok pagi kami akan sarapan di lontong sayur Lintau dan menuju Siak untuk mengunjungi Istana Siak Sri Indrapura.

  photo IMG_0621_zps875d4ed1.jpg