Thursday 27 August 2020

SASA Berbagi Masker dan Face Shield di Lokasi Obyek Wisata seputar Jakarta

 



Sebagai perusahaan FMCG (Fast Moving Consumer Good) – produk-produk yang dapat terjual cepat dengan harga yang relatif murah, PT Sasa Inti yang merupakan bagian dari Grup Rodamas sudah berdiri sejak tahun 1968.

Nama SASA singkatan dari SAri raSA dengan motto Sasa Melezatkan sudah mehasilkan berbagai macam produk dengan inovasi yang mutakhir, yaitu : MNG, tepung bumbu, bermacam-macam saus, santan dan bumbu instan. Semuanya sangat bermanfaat dan membantu berbagai kalangan dalam proses memasak dan menghasilkan masakan yang lezat.

Untuk saya yang suka banget memasak dengan bumbu instan, paling sering memakai Bumbu Ayam Lumur Sasa karena beneran praktis dan sudah pasti enak. Produk inovatif lain dari Sasa yang merupakan pelopor adalah santan bubuk. Ini juga favorit saya. Begitu pula dengan aneka tepungnya. 

Tahun 2020 adalah tahun yang berat karena adanya pandemi yang melanda dunia. SASA sebagai salah satu perusahaan yang berusaha melalui ujian tersebut dengan cukup optimis, melakukan program pembagian Masker dan Face Shield kepada komunitas terdampak di beberapa obyek wisata di Jakarta. Acara tersebut merupakan bagian dari kegiatan CSR dibawah pimpinan Ibu Rida Atmiyanti, selaku Corporate Communication Manager PT Sasa Inti.

Salah satunya adalah komunitas sepeda ontel di Kota Tua, Jakarta.  Saat ini obyek wisata di Kota Tua Jakarta dan sekitarnya seperti Menara Syahbandar, Jembatan Kota Intan, serta museum-museum disekitarnya masih ditutup. Otomatis pendapatan dari sewa sepeda menjadi berkurang karena mereka hanya boleh menyewakan sepeda untuk berwisata di sepotong jalan di tepi jalan kali besar timur.





Hari Kamis, tanggal 27 Agustus 2020, SASA (IG @sasamelezatkan) bersama dengan Ira Lathief (IG @creative_travaler) telah sukses melaksanakan pembagian masker dan face shield tersebut. Ira juga melakukan wawancara dengan beberapa orang dari pemilik sepeda ontel yang sejak Maret merasakan dampak dari PSBB di Jakarta. Seperti yang dialami oleh penduduk di Indonesia dan juga dunia, pendapatan mereka jauh menurun.

Edukasi juga dilakukan oleh Ira dengan memberikan himbauan kepada mereka supaya selalu menaati protokol kesehatan dari pemerintah. Masker harus selalu dipakai dengan benar dan dengan tambahan face shield menjadi lebih aman tentunya.  Acara pembagian masker juga dilakukan kepada masyarakat sekitar jalan Kali besar timur yang berada di sebelah lapangan Kota Tua Jakarta.

Usai acara penyerahan masker, saya dan Ira sempat foto-foto sambil naik sepeda. Jangan lupa untuk foto di sebelah sungai yang sekarang sudah direnovasi dan dipercantik sehingga mirip dengan sungai yang ada di Seoul. Cukup seru juga sih menikmati suasana sore di daerah kota tua. Selain foto-foto di pinggir sungai bisa juga foto-foto di depan Toko Merah yang legendaris. Dan foto-foto di depan gedung tua disekitarnya. Bangunan-bangunan disana hampir semua sudah masuk kategori tanah dan bangunan milik negara. 









Bagi masyarakat yang ingin berwisata ke Kota Tua dan ingin sewa sepeda masih bisa kok, tetapi harus selalu memakai masker dan menaati protol kesehatan. Harus selalu menjaga kebersihan dan memakai hand sanitizer usai sewa sepeda.

Tuesday 11 August 2020

Virtual Tour Tapak Tilas Film Indonesia – Dalam Rangka HUT KOMiK (Kompasianers Only Movie enthus(i)ast Klub)

 



 





Saat ini perayaan hari Ulang Tahun tetap bisa dilakukan dengan cara yang cukup unik. Seperti yang dilakukan olah KOMIK. Komunitas Film Kompasiana. Bekerja sama dengan Wisata Kreatif Jakarta  dan Kinokuniya Indonesia.

Virtual Tur Tapak Tilas Film Indonesia ini dihadirkan juga dalam rangka peringatan hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia, sehingga lokasi tur diilhami dari 3 film yang bertemakan kemerdekaan.

Ini adalah pengalaman Virtual Tur saya yang ke dua, yang pertama saya ikutan acara Wisata Kreatif Jakarta Virtual Tur ke Roma, Italia. Karena turnya sangat seru, saya jadi tertarik untuk ikutan lagi.

Setelah kata sambutan dari KOMIK dan Kinokuniya, Mbak Ira selaku pemandu wisata segera memulai tur dengan memberikan itinerary tour hari ini.


Pertama kita akan menuju Museum Sumpah Pemuda yang menjadi lokasi syuting Film Wage, sutradara John De Rantau. Film yang beredar pada tanggal 28 Oktober 2017 ini menceritakan tentang kehidupan Wage Rudolf Supratman, pencipta lagu Indonesia Raya. Merupakan film gelap karena menceritakan banyak kisah menyedihkan dari kehidupan Wage.  Diperankan oleh aktor Rendra Bagus Pamungkas, yang menurut teman lama Wage sangat cocok memerankan Wage dalam film tersebut. Mungkin karena sebelum berperan dalam film tersebut, sang Aktor mengunjungi makam WR Supratman di daerah Purworejo dan mendapat bisikan atau restu untuk memerankan almarhum.

Film Wage banyak mengambil lokasi syuting di museum Sumpah Pemuda, Jl Kramat Raya 106. Walaupun aslinya tidak syuting di sana tetapi museum tersebut menjadi latar film Wage tersebut karena rumah di jalan Kramat Raya tersebut menjadi tempat kegiatan pemuda yang sekolah di STOVIA, sekolah kedokteran Hindia Belanda. Banyak tokoh-tokoh pemuda nasionalis yang bersekolah disana. Lagu Indonesia Raya pertama kali diperdengarkan pada kongres Pemuda tahun 1928. Sayang,  si pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya tersebut wafat sebelum menyaksikan Indonesia merdeka, karena sakit paru-paru yang dideritanya, di tempat kostnya yang sempit sambil memegang kertas partitur lagu. Oh iya, semangat berjuang Wage semakin besar sejak beliau berdiskusi dengan Sukartono yang tidak lain adalah kakak dari RA Kartini.

Museum Sumpah Pemuda sendiri mempunyai banyak koleksi bersejarah, termasuk biola yang dipakai oleh WR Supratman.

Menuju lokasi berikutnya adalah Gedung Pancasila yang menjadi latar film Pantja-Sila : Cita-cita dan Realita. Disutradarai oleh Tino Saroenggalo dan diperankan oleh aktor Tio Pakusadewo sebagai Soekarno. Film ini menceritakan pidato Soekarno pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945.

Gedung Pancasila sendiri pada awalnya adalah rumah kediaman Panglima Angkatan Perang Kerajaan Belanda di Hindia Belanda. Bangunan ini bergaya neoklasik dan di dekatnya juga terdapat taman yang luas. Setelah kemerdekaan Indonesia bangunan ini diserahkan kepada kementrian Luar Negeri dan menjadi gedung tempat mendidik calon diplomat. Saat ini, gedung Pancasila terutama dimanfaatkan untuk upacara-upacara penting Kementerian Luar Negeri dan untuk mengadakan kegiatan-kegiatan internasional seperti resepsi untuk menghormati kunjungan petinggi-petinggi asing ke Indonesia, penandatanganan perjanjian dengan negara lain dan organisasi internasional, pertemuan bilateral dan resepsi diplomatik dalam rangka menyambut kunjungan para menteri luar negeri negara sahabat serta jamuan makan resmi dan tidak resmi. Gedung Pancasila juga merupakan tempat penyusunan rancangan Piagam Jakarta dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebelum proklamasi kemerdekaan.

Akhirnya kita sampai ke lokasi terakhir Virtual Tur hari ini yaitu Museum Perumusan Naskah Proklamasi dan Tugu Proklamasi yang menjadi lokasi film Soekarno karya Hanung Bramantyo. Film Soekarno yang menuai banyak polemik karena sempat digugat dan menuai kontroversi berbagai pihak.

Menuju ke Tugu Proklamasi dari Gedung Pancasila, kita melalui jalan-jalan yang juga mempunyai banyak sejarah dan terkait dengan Soekarno.  Melalui jalan Cikini Raya kita akan melewati bekas kedai es krim Tjanang dimana Soekarno sering membelikan anak-anaknya es krim tersebut yang sangat hits pada jamannya. (Sekarang kedai es krim tersebut sudah pindah ke sebuah kios kecil sedangkan bekas lokasi es krim yang lama menjadi Hotel Cikini).  Saat itu anak-anak Soekarno bersekolah di sekolah Perguruan Cikini (Percik) yang terletak tidak jauh dari kedai es krim tersebut.  (Kebetulan saat ini anak saya baru masuk di SMA Percik, sehingga saat awal memilih sekolah ini saya sudah sempat membaca sejarahnya). Sekolah Percik adalah sekolah unggulan dan menjadi sekolah anak-anak pejabat dan pengusaha saat itu.

Di jalan Cikini Raya juga terdapat bekas rumah Achmad Subarjo, tepatnya di Jl Cikini Raya No 80. Achmad Subarjo adalah menteri luar negeri pertama setelah Indonesia merdeka.  

Akhirnya sampailah kita di Tugu Proklamasi yang merupakan Tugu Peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang terletak di Jl Pegangsaan Timur No 56 dan merupakan bekas kediaman Soekarno. Di sinilah Presiden Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Sedangkan untuk perumusan naskah proklamasi dilakukan di kediaman Laksamana Maeda yang sekarang menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Jl Imam Bonjol. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Tugu Proklmasi.

Gedung tempat museum ini dibangun pada tahun 1920 dengan gaya arsitektur Eropa. Sebelum menjadi museum gedung ini sempat menjadi gedung yang disewa oleh Kedutaan Inggris dan Perpustakaan Nasional. Di dalam museum ini terdapat ruang-ruang yang menggambarkan suasana saat perumusan naskah proklamasi dan benda-benda peninggalan sejarah saat itu.

Karena saya suka lari, pada hari Minggu saya sempatkan untuk berlari ke museum ini dari rumah. Sampai sini saya hanya foto di halamannya saja karena museum belum buka.




Yuk yang belum pernah berkunjung ke museum-museum tersebut sempatkan untuk datang. Gedung Pancasila karena termasuk di dalam kompleks kementerian Luar Negeri hanya bisa foto di depannya saja. Untuk museum yang lain biasanya tutup setiap hari Senin dan hari libur nasional. Jangan lupa mampir ke bangunan bersejarah di sebelah gedung Pancasila yaitu Gereja Immanuel.