Saturday 19 December 2009

Magenta Grill




Setelah berputar-putar Pasific Place untuk mencari tempat makan yang memenuhi kriteria kami, 3 orang sahabat lama yang akan melakukan reuni akhirnya pilihan dijatuhkan di resto ini, Magenta Grill, di lantai 4. Maklumlah, kalau kaum wanita sudah sekian lama tidak bertemu, pastinya akan terjadi percakapan yang panjang dan memakan waktu lama, jadi faktor kenyamanan duduk menjadi fokus utama selain makanan yang enak dan harga yang relatif sesuai. Soal harga mungkin tidak menjadi masalah bagi dua orang diantara kami, karena hanya satu yang wajib membayar alias yang sedang berulang tahun. Yup, saya akan ditraktir hari ini, jadi bebas dari urusan bayar-membayar.
Resto Magenta Grill ini akhirnya menjadi pilihan kami karena dilihat dari menu yang terdapat di depan resto, pilihan-pilihannya cocok dengan selera yang akan mentraktir, pastinya, harganya masih masuk akal dan tempat duduk ada yang berbentuk sofa dengan bantal-bantal yang empuk. Wah, pokoknya pas banget dengan selera kami. Selain menu- di sini. Selain itu, kami semua belum pernah makan di sini dan menurut rekomendasi dari salah seorang teman, makanannya juga enak.
Hari itu Sabtu, jam masih menunjukkan pukul 11.30 sehingga keadaan resto masih sepi, kami termasuk pembeli kedua. Setelah duduk, pelayan langsung datang dengan cekatan menayakan pesanan dan setelah dicatat, dan setelah menunggu tidak terlalu lama, sepertinya tidak lama ya karena kami sibuk mengobrol, hehe... datanglah pesanan kami.
Untuk pembuka, dipesan Thai Beef Salad, berisi sayur-sayuran seperti potongan selada, serta serutan wortel dengan irisan daging sapi, disiram saus khas thai yang rasanya asam segar, dagingnya juga lumayan empuk. Selain itu dipesan juga Spring Roll, berisi empat buah lumpia vietnam dalam ukuran sedang yang dimakan dengan cocolan saus khas lumpia. Isiannya standar saja, ada potongan rebung dan tauge. Untuk makanan utamanya, karena kebetulan sedang ada promo menu dengan harga khusus, saya memilih Veal Brastwurst dan teman saya memilih Meatloaf, sedangkan yang berulang tahun memilih menu favorit di resto ini Black Pepper Rib. Semuanya disajikan dengan kentang yang bisa dilipih penyajiannya, antara digoreng, dilumatkan atau dipanggang.
Untuk Veal Brastwurst, dilihat dari namanya brastwurst tentu saja memakai sosis khas jerman yang ukurannya lebih besar dari sosis biasa dan untuk meatloafnya, menggunakan daging kualitas baik, karena lumayan empuk dan gampang dikunyah. Untuk kedua menu dengan harga khusus ini memakai saus dengan campuran sedikit wine. Hmm..lumayan enak, walaupun tidak terlalu terasa ada campuran wine di sausnya. Kedua menu ini cukup mengenyangkan, dimakan perlahan-lahan sambil bercakap-cakap, tak terasa licin tandas tak bersisa. Oh iya, untuk menu Ribnya juga cukup enak, dagingnya empuk dengan saus khas Magenta yang rasanya manis gurih.
Untuk minumannya, tergolong standar, ada ice cappucino, yang merupakan minuman favorit saya dan lichee strawberry yang segar serta hot chocholate.
Kalau diperhatikan sebagian besar pengunjung resto ini adalah orang-orang warga negara asing, mungkin karena rasa masakannya sesuai dengan selera mereka ya.
Kalo harganya, termasuk standar untuk kategori kafe di Pasific Place, kebetulan ada promosi dari kartu kredit tertentu jadi bisa lebih murah.

Wednesday 16 December 2009

Travelling East Java




Berangkat ke Surabaya dengan Air Asia, walaupun sedikit terlambat, penerbangan berlangsung mulus tanpa hambatan. Sesampainya di Surabaya, Tante Tanti sudah menjemput dan dalam perjalanan menuju rumah tante di daerah Medokan Ayu, mampir untuk makan siang Lontong Balap, depan BNI. Lontong balap adalah makanan khas Surabaya yang terdiri dari potongan lontong, toge dan irisan letho (gorengan yang terbuat dari singkong dan kacang tolo, bentuknya bulat) dengan kuah kecap yang diberi petis. Sebagai pelengkap disajikan seporsi sate kerang. Jadi untuk satu orang diberikan masing-masing seporsi sate kerang. Minuman wajibnya es kelapa muda. Hmm....seger banget, karena siang itu Surabaya panasss sekali, beda dengan Jakarta yang sudah mulai hujan hampir setiap hari, di Surabaya panasnya luar biasa.
Siang nggak ada acara, hanya istirahat di rumah. Seperti keinginan saya sebelumnya, liburan kali ini nggak mau terlalu capek, jadi misalnya memang situasi tidak memungkinkan kita untuk pergi, -siang itu tante ada acara, saya tidak memaksakan untuk pergi.
Baru malam harinya kami keluar untuk makan malam, dan tujuan pertama adalah Kupat Tahu. Lokasinya dekat dengan rumah tante, hanya di halaman parkir sebuah ruko dimana banyak warung-warung makanan lain yang berjualan, tetapi walau hanya berupa warung, kupat tahunya lumayan enak. Untuk perjalanan kali ini saya juga nggak mau terlalu mengikuti panduan makanan enak yang sudah dicatat, karena tiap-tiap orang kan beda selera, siapa tau tante saya juga punya tempat maka yang tidak kalah enak.
Kupat tahu adalah makanan yang lagi-lagi mengandung petis. Kali ini petisnya lebih terasa dari pada Lontong Balap. Makanan di Surabaya memang serba petis, yang terkenal tentu saja Rujak Cingurnya (yang saya tidak suka, hehe..)
Setelah makan kupat tahu, barulah tujuan selanjutnya makanan yang memang jadi incaran saya sejak dulu, Sate Klopo Ondomohen. Sate kelapa ini adalah sate daging sapi yang dimasak dengan kelapa dan dibakar seperti layaknya sate lain. Kuah satenya dari bumbu kacang yang rasanya agak manis. Karena sudah kenyang sate ini dibungkus untuk dibawa pulang.
Dalam perjalanan pulang mampir lagi di rumah makan sate ayam Lisidu. Sate ayam lisidu ini hanya menggunakan daging ayam petelur yang belum pernah bertelur, sehingga menghasilkan tesktur daging yang empuk. Dagingnya tidak dipotong-potong lalu ditusukkan ke lidi tetapi diiris memanjang, sehingga bentuknya pun cantik. Selain itu bumbu kacangnya sangat kental. Karena tidak makan di tempat sate dibungkus aluminium foil. Berdiri sejak tahun 1997 dan menjadi langganan istana negara.
Esoknya, hari kedua, perjalanan diteruskan ke Madiun, rumah eyang, dengan memakai kereta Sancaka. Untuk kelas eksekutif tiketnya Rp. 70ribu. Berangkat tepat jam 7 pagi, baru kali ini naik kereta tidak terlambat, malah kami yang ngepas banget karena jalanan ke stasiun lumayan macet dan kita berangkatnya agak terlambat.
Sampai di Madiun jam 10 pagi kurang 5 menit. Dengan naik becak menuju rumah eyang di Jl Sumbawa. Makan siang pesen lontong pecel dan demi memuaskan dahaga di Madiun yang juga berudara panas, kami minum es dawet Suronatan. Wah ternyata es dawet di sini rumah makannya sudah direnovasi menjadi lebih bagus dan bersih. Yang tetap sama adalah jajaran kalender yang menghiasi dinding. Harganya kurang lebih 3000 rupiah.
Sore hari, perjalanan di lanjutkan ke Jombang dan menginap di rumah Tante semalam.

Besok siang, perjalanan di lanjutkan kembali, dengan menggunakan mobil. Singgah di Trowulan, yang merupakan lokasi bekas kerajaan Majapahit. Lokasi pertama yang dikunjungi adalah Kolam Segaran. Karena letaknya paling mudah dicapai dari jalan raya arah Surabaya. Kolam segaran merupakan kolam purba peninggalan pada masa Kerajaan Majapahit. Menurut cerita kolam ini digunakan untuk rekreasi dan menjamu tamu-tamu Kerajaan Mojopahit. Orang yang pertama kali menemukan kolam ini adalah Ir. Henry Maclain Pont pada tahun 1926. Bentuk denah kolam empat persegi panjang berukuran panjang 375 m dan lebar 125 m. Dinding kolam setinggi 3,16 m, sementara lebarnya 1,6 m. Lokasinya berada di Dukuh Trowulan, Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan. Dulunya kolam ini juga berfungsi sebagai waduk dan penampung air. Jaman dulu seusai mengadakan jamuan pesta, untuk menunjukkan kepada tamu kalau Majapahit adalah kerajaan yang kaya, piring serta peralatan makan lain yang terbuat dari emas dibuang ke dalam kolam ini. Tetapi hingga saat ini penduduk tidak ada yang bisa mencari peralatan makan tersebut karena konon ada “penunggunya”.
Di samping kolam ada rumah makan kecil dan sederhana yang menjual sambel wader. Wader adalah ikan kecil yang digoreng kering, disajikan dengan sambal dan diletakkan di cobek. Cara penyajiannya seperti pecel lele jadi kalau ini bisa disebut pecel wader.
Ikan wadernya gurih kriuk-kriuk dengan nasi panas dan sambal, wih enak banget deh..sayang, banyak lalat yang beterbangan. Mungkin karena letaknya dekat kolam.
Setelah makan, menuju Museum Trowulan, untuk melihat peninggalan-peninggalan yang masih tersisa dari bekas Kerajaan Majapahit. Seperti gerabah, senjata-senjata peninggalan kerajaan, peralatan yang terbuat dari logam dan terutama berbagai macam arca-arca yang jumlahnya lumayan banyak. Sebagian besar malah hanya diletakkan berjajar di halaman museum tetapi diberi atap supaya tidak kehujanan. Beberapa waktu yang lalu diberitakan akan dibangun gedung museum yang lebih besar untuk meletakkan peninggalan-peninggalan bersejarah jaman Majapahit yang masih belum tertata tetapi karena pembangunan tersebut ternyata mengganggu lokasi penemuan, untuk sementara pembangunan ditunda. Sewaktu saya ke sana kemarin, masih terus berlangsung kegiatan pada arkeolog yang melakukan pendataan atas peninggalan jaman Majapahit yang masih terus ditemukan.
Setelah puas melihat-lihat museum, perjalanan di lanjutkan dengan melihat lokasi candi yang terdekat dari museum, yaitu candi Brajang Ratu dan Candi Tikus. Selain dua buah candi ini, seperti yang saya lihat di peta yang terdapat di museum, masih banyak sekali peninggalan berupa candi dan situs-situs bersejarah yang letaknya berpencar di sekitar Trowulan, seperti Candi Brahu, Candi Kedaton, Gapura Wringin Lawang, Kolam Segaran, Pendopo Mojopahit (petilasan Gajahmada), Museum Trowulan, Makam Putri Cempa, Makam Troloyo (makam Syeikh Jumadil Qubro, kakek Wali Songo) tetapi letaknya memang terpencar-pencar dan memakan waktu yang lumayan lama untuk melihat semuanya. Karena waktu saya hanya sedikit jadi diputuskan untuk melihat ke dua candi tersebut saja.
Candi Brajang Ratu diduga sebagai pintu masuk ke sebuah bangunan suci untuk memperingati wafatnya Raja Jayanegara pada tahun Saka 1250 atau tahun 1328 Masehi. Bajangratu sendiri dalam bahasa jawa kuno berarti kecil, naik tahta menjadi raja waktu masih kecil, dan konon itu terjadi pada Raja Jayanegara. Pendirian Candi Bajangratu sendiri tidak diketahui dengan pasti, namun berdasarkan relief yang terdapat di bangunan, diperkirakan candi ini dibangun pada abad 13 – 14, dan selesai dipugar pada tahun 1992.
Lokasi berdirinya Candi Bajangratu ini letaknya relatif jauh (2 km) dari dari pusat kanal perairan Majapahit di sebelah timur,saat ini berada di dusun Kraton, desa Temon 0,7 km dekat dari candi Tikus.
Candi Tikus terletak di dukuh Dinuk Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Candi ini berukuran 29,5X28,25 meter dan tinggi keseluruhan 5,2 meter. Nama candi tikus diambil dari sejarah penemuannya yang ketika itu pertama kali ditemukan di sana ditemukan banyak sekali tikus, dan hama tikus ini menyerang pertanian desa di sekitarnya. Pertama kali ditemukan pada tahun 1914 kemudian baru dilakukan pemugaran pada tahun 1983-1986. Menurut beberapa sumber menyebutkan bahwa Candi Tikus merupakan replika atau lambang Mahameru.
Sewaktu berkunjung ke candi Tikus cuaca tidak memungkinkan saya berlama-lama karena angin kencang dan ternyata tidak lama kemudian hujan deras sekali.
Masuk kota Surabaya ternyata tidak hujan, dan setelah menelpon penerangan untuk bertanya jam buka Monumen Kapal Selam alias Monkasel, ternyata buka sampai jam 10 malam. So, lanjut ke sana deh, nggak nyangka juga kalo buka sampai malam. Biasanya museum jam 5 sore juga sudah tutup.
Monumen Kapal Selam disingkat Monkasel, adalah sebuah museum kapal selam, monumen ini sebenarnya merupakan kapal selam KRI Pasopati 410, salah satu armada Angkatan Laut Republik Indonesia buatan Uni Soviet tahun 1952. Kapal selam ini pernah dilibatkan dalam Pertempuran Laut Aru untuk membebaskan Irian Barat dari pendudukan Belanda.
Kapal Selam ini kemudian dibawa ke darat dan dijadikan monumen untuk memperingati keberanian pahlawan Indonesia. Monumen ini berada di Jalan Pemuda, tepat di sebelah Plasa Surabaya. Selain menikmati bagian dalam kapal selam kita juga bisa menikmati pertunjukan film mengenai perang laut Aru dan sejarah mengenai kapal selam ini. Sayang sewaktu kami datang pertunjukkan baru dimulai jam 7 malam, terlalu lama kalau harus menunggu lagi, sehingga terpaksa kami melewatkannya.

Hari terakhir di Surabaya diawali dengan kunjungan ke jembatan Suramadu. Lumayan jauh juga dari rumah tante yang terletak di daerah Medokan Ayu.
Jembatan Suramadu merupakan jembatan yang.menghubungkan pulau Jawa dan Madura dengan panjang kira-kira 5,4 km. Jembatan ini terdiri dari dua bagian, di tengah untuk mobil dan dengan dipisahkan pagar ada lajur khusus untuk motor. Tetapi apabila angin sedang kencang lajur untuk motor bisa ditutup dengan alasan keamanan. Hanya sekitar 5 menit melewati jembatan dan masih disambung lagi dengan jalan tol sampai di ujung jalan, arah ke kiri Bangkalan dan ke kanan arah Sampang (kalo nggak salah). Selepas jembatan banyak tenda-tenda orang berjualan makanan dan kaos yang bertulisan Suramadu.
Karena ingin makan siang dengan nasi bebek khas Madura, kami menuju Bangkalan. Dan tidak berapa lama, sampailah kami ke rumah makan bebek khas madura Sinjay. Rumah makan ini termasuk laris, karena lumayan ramai dengan orang yang silih berganti datang untuk makan. Nasi bebek datang dengan bebek yang dilumuri kremesan yang agak basah berwarna kuning. Sambalnya bukan sambal cabai merah yang biasa, tetapi sambal mangga yang rasanya asam segar dan tidak terlalu pedas. Bebeknya sendiri tidak terlalu besar tetapi lumayan empuk. Raiyan saja makan dengan lahap.
Setelah makan, kembali lagi melewati jembatan Suramadu yang bertarif Rp 30.000 dan tujuan selanjutnya adalah House of Sampoerna. Lokasinya dekat Jembatan Merah Plaza dan LP Kalisosok.
Bau tembakau yang tajam menyambut kedatangan kami karena ternyata pabrik rokok Sampoerna juga berada di sini yang terletak di belakang museum. Bagian teras museum disangga oleh pilar unik yang berbentuk batang rokok dan tanpa harus membayar alias gratis kami segera masuk ke dalam museum, biar cepet adem karena udara di Surabaya panas sekali. Museum berisi barang-barang kuno peninggalan pendiri pabrik rokok Sampoerna yaitu Liem Seeng Tee, yang harus memulai bisnis dari bawah sampai akhirnya meraih kesuksesan seperti sekarang. Terdapat barang-barang seperti alat cetak yang digunakan untuk mencetak bungkus rokok, jenis-jenis tembakau, seragam marching band Sampoerna dan berbagai jenis bungkus korek api jadul serta bermacam-macam desain bungkus rokok.
Di lantai dua museum ini terdapat ruangan khusus dimana kita bisa melihat proses pelintingan rokok kretek Dji Sam Soe yang dilakukan oleh wanita pekerja pabrik. Tangan mereka begitu lincah melinting sehingga seperti robot saja. Cepat sekali. Dari lantai 2 ini kita juga bisa melihat kesibukan ratusan pekerja di pabrik yang sedang melakukan proses pengemasan dan pelintingan. Sewaktu saya sedang asyik memoret, tiba-tba dihampiri oleh seorang petugas museum yang melarang saya mengambil gambar. Petugas tersebut terus mengawasi dengan meminta saya menghapus hasil foto saat itu juga. Maaf, pak, saya benar-benar tidak tahu.
Di sini juga terdapat counter souvenir dimana kita bisa membeli berbagai macam kaos serta gantungan kunci dan pin dengan gambar kota Surabaya jaman dulu.
Di sebelah museum terdapat Cafe Sampoerna yang menyajikan bermacam makanan dan minuman dengan harga masih masuk akal alias tidak terlalu mahal. Tapi karena masih kenyang setelah makan siang, kami hanya minum Ice cappucino dan mencicipi dessertnya saja.
Sebelum pulang sempat foto-foto di depan bis House of Sampoerna yang berdesain unik.


Tuesday 15 December 2009

Sang Pemimpi

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Drama
Walaupun aktor favorit saya tidak ikutan main lagi di sekuel film dari Laskar Pelangi ini tidak menyurutkan niat untuk menontonnya pada hari pertama film edar di bioskop. Sang Pemimpi tayang serentak di bioskop pada tanggal 17 Desember 2009 dan seperti setahun lalu akhirnya bisa juga nonton pada hari pertama. Ikutan nonton bersama teman-teman dari Indonesia Bertindak, yang sudah membooking tiket satu studio sebanyak 128 tempat duduk, supaya bisa menonton bersama-sama, jadi nggak perlu repot mengantri. Beruntung sekali, sewaktu pengumuman nonton bareng ini ada di Face Book bisa cepet sms dan transfer, padahal saat itu sedang di luar kota. Memang kalau sudah rejeki nggak kemana. Bioskopnya juga sama dengan saat nonton bareng Laskar Pelangi dulu, di Blitz Megapleks Pasific Place.
Selain pemain lama yang melanjutkan peran sebelumnya, yaitu Mathias Muchus dan Rieke Diah Pitaloka, ada juga beberapa pemain baru, diantaranya yang mungkin ditunggu-tunggu para fansnya adalah Nugie dan Ariel Peter Pan. Kalo saya sih, favoritnya masih sama, tidak bisa pindah ke lain hati... hehe...

Film Sang Pemimpi merupakan lanjutan dari Film Laskar Pelangi yang keduanya merupakan adaptasi dari novel karangan Andrea Hirata. Tahun ini, film tersebut menjadi film pembuka Jiffest-Jakarta International Film Festival, merupakan kehormatan yang sangat besar karena pada Jiffest sebelumnya untuk film pembuka tidak pernah diberikan kepada film Indonesia.

Duo Riri Riza dan Mira Lesmana terlihat belajar banyak dari film yang terdahulu sehingga tidak tampak adanya tambahan tokoh yang tidak terlalu penting dan berusaha menterjemahkan cerita ke dalam bahasa gambar semirip mungkin dengan aslinya. Sehingga saya yang notabene sudah lama membaca novel tersebut, dengan mengikuti adegan per adegan dapat kembali mengingat cerita di dalam novelnya. Tampaknya duo tersebut tidak ingin mengecewakan pembaca setia novel Andrea Hirata.

Diawali dengan narasi yang diberikan Ikal dewasa (diperankan oleh Lukman Sardi), cerita mengalir dengan lancar dengan perpindahan antar adegan yang cukup baik.
Setelah ditinggal Lintang sebagai teman baik Ikal, di sini Ikal ditemani oleh Arai, saudaranya yang sudah yatim piatu dan Jimbron, anak yatim piatu yang hanya hidup dengan pamannya. Mereka bertiga melalui banyak kisah senang dan sedih sebagai murid SMP dan SMA di Manggar, Belitung. Mereka tidak putus asa dan pantang menyerah bekerja di luar jam sekolah untuk mengumpulkan uang demi mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Kehidupan yang keras dan kondisi perekonomian yang pas-pasan, tidak menyurutkan niat mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dengan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. Di sini akting Arai waktu remaja sangat menonjol, sebagai motivator dan pemberi semangat apabila ke dua sahabatnya mulai putus asa.
Pemandangan pantai Belitung yang indah dengan batu-batu kokohnya, masih tampak di film ini, walaupun sudah tidak terlalu sering muncul.
Peran guru bahasa dan sastra, Balian yang diperankan oleh Nugie, yang memberikan motivasi kepada Ikal dan Arai untuk menuntut ilmu sampai ke Sorborne, Perancis, cukup meyakinkan. Demikian juga dengan peran kepala sekolah, galak tapi tegas, Pak Mustar, yang diperankan oleh Landung Simatupang.
Lebih banyak adegan yang menghibur dibandingkan film sebelumnya, terutama adegan bang Zaitun yang menyanyikan lagu Melayu dengan iringan orkesnya dan ketika mengajarkan Arai menyanyi dan bermain gitar untuk memikat gadis pujaannya, Zakiah.
Nazriel Irham alias Ariel yang muncul di akhir film, tampaknya memang sudah ditunggu-tunggu oleh penonton, terbukti ketika wajahnya tampak di layar, terdengar seruan-seruan heboh. Ariel memerankan Arai ketika dewasa yang ketika lulus dari UI sempat meninggalkan Ikal ke Kalimantan untuk bekerja di sana dan akhirnya berdua dengan Ikal berhasil meraih mimpi-mimpi mereka sejak dari Belitung, mendapatka beasiswa ke Eropa.
Apakah novel selanjutnya, Edensor, akan difilmkan juga? Kita lihat saja nanti..


Friday 11 December 2009

New Moon

Rating:★★★
Category:Movies
Genre: Drama
Awalnya saya nggak tertarik untuk nonton film ini, bahkan novelnya juga belum baca. Karena dalam bayangan saya ini hanya film cinta-cintaan biasa. Cinta yang tidak kesampaian antara manusia dengan vampire. Bayangkan saja yang satu manusia berwujud perempuan cantik sedangkan yang satunya vampir yang tampan, trus jatuh cinta. Yah, standardlah ceritanya seperti apa. Hehe…
Tetapi setelah film lanjutannya mulai tayang di bioskop dan ajakan untuk nonton film ini mulai berdatangan, tergeraklah saya untuk menonton.
Dan ternyata setelah menonton film ini saya salah sangka. Filmnya cukup bagus, mudah diikuti walau tidak membaca novelnya terlebih dahulu. Efek khususnya juga keren, didukung dengan adanya cerita tentang manusia serigala. Kejadian sewaktu manusia berubah menjadi serigala cukup rapi dan adegan pertarungan antara vampire dan serigala juga cukup menarik. Membuat film tidak membosankan.
Wah, agaknya penggemar novel Stephanie Meyer bakal bertambah nih.. mau baca novelnya dulu ah, karena kabarnya novel ketiganya paling bagus. Kalau filmnya sendiri masih lama, masih tahun depan. Hu..udah nggak sabar nih..

Monday 30 November 2009

Travelling To Solo - Day 3




Tidak ada waktu bermalas-malasan dan bangun siang… jam 7 sudah start dari Karanganyar dan menuju tempat sarapan di Tahu Kupat Solikhin. Seporsi tahu dan dan potongan ketupat dengan guyuran kuah kecap encer dengan tingkat manis yang pas. Punya saya pedas, jadi pedas dan manis yang nikmat.
Jangan melewatkan mencicipi dawet Pasar Gede yang kondang itu serta eksplore pasar untuk mencari makanan-makanan tradisional yang lain. Dengan bahasa jawa yang pas-pasan untuk bertanya kepada mbok-mbok penjual sayuran di pasar, akhirnya saya menemukan juga penjual brambang Asem yang dijual dengan harga 2000 1 porsi. Untuk gatot dan tiwul lengkap juga Cuma 2000 rupiah saja. Brambang asem adalah daun ubi jalar dengan lauk tempe gembus dan dimakan dengan sambal khas yang berwarna coklat encer dan rasanya agak manis.
Ada kejadian lucu di sini, ketika beli teh nyapu titipan teman, nanyanya sih bisa pake bahasa jawa halus, ketika di jawab dengan angka rupiah berbahasa jawa halus, mulai deh… kebingungan. Dodol banget pokoknya. Mana teman-teman tidak ada yang orang jawa kecuali saya… hehehe… gangsalwelas aja nggak tau nih… lain kali mesti ngafalin dulu ah..
Banyak sekali tukang jual dawet di pasar Gede ini, tetapi yang paling terkenal adalah Dawet Telasih Bu Dermi, lokasinya di dekat pintu belakang pasar. Tempatnya memang yang paling ramai diantara penjual dawet yang lain. Untung sewaktu saya datang, satu-satunya kursi kayu yang tersedia masih kosong, jadilah kami bisa menikmati dawet sambil agak santai.
Isi es Dawet ini terdiri dari bubur jenang, bubur sumsum, bubur ketan hitam, tape ketan, cendol dan biji telasih, dengan kuah santan kental dan encer serta gula merah yang pas manisnya.
Setelah puas ngubek-ngubek pasar Gede, perjalanan dilanjutkan dengan becak ke PGS alias Pusat Grosir Solo. Disini banyak dijual aneka macam batik dari berbagai corak dan harga, pastinya batik printing yang murah meriah.
Pada waktu malam di depan PGS terdapat pusat wisata kuliner atau terkenal dengan nama Gladak Langen Bogan yang merupakan kumpulan makanan-makanan tradisional khas Solo. Jadi kalau tidak sempat makan di lokasi aslinya bisa datang ke tempat ini, dijamin puas.
Setelah puas belanja-belanja di sini, kami menuju kraton solo dengan naik becak . Wah, ternyata alun-alun di depan keratin terlihat ramai sekali, karena ada acara sepeda gembira dan panggung.pertunjukkan.
Kami tidak terlalu lama di dalam Keraton, hanya memutari bangunan utama yang terdapat barang-barang koleksi keratin seperti kereta kerajaan, guci antik, koleksi senjata, dan lain-lain. Di halaman tengah keraton terdapat sumber air tempat lokasi bertapa yang airnya, konon disucikan. Bisa diminum atau dipakai cuci muka.
Puas berkeliling keraton, hari sudah siang dan cuaca kota Solo sedang terik-teriknya, saatnya makan siang, walau perut sepertinya tidak terlalu lapar tapi tetap harus diisi dan tujuan kuliner kami pada hari terakhir di Solo, ini adalah Pecel Solo.Dengan suasana interior yang bernuansa tempo dulu dengan susunan lauk-pauk di wadah yang terbuat dari tanah liat, mirip-mirip dengan resto Mbah Jingkrak di Jakarta. Pembeli tinggal memilih lauk-pauk yang tersedia. Pecelnya sendiri bisa memilih memakai nasi putih atau merah dengan pilihan sambel pecel atau sambel tumpang. Minumannya saya memilih es kelapa muda. Es puternya juga enak, lembut membelai lidah dengan campuran potongan agar-agar dan nangka.
Ternyata pecel solo belum menuntaskan wisata kuliner hari terakhir di solo, the must visit place to eat adalah mie toprak Yu Nani. Mie toprak ini bukan ketoprak seperti yang kita kenal di Jakarta dengan bumbu kacang, tetapi sejenis soto mie, dengan kuah daging yang bening dan isiannya adalah potongan daging, tempe, mie kuning, sosis solo dan irisan kol, ditaburi kacang dan remasan karak. Wih, kuahnya seger bangettttt…dengan rasa yang tiada duanya. Karena sudah kenyang terpaksa 1 mangkok berdua. Dilema antara pengen makan lagi tapi perut sudah kenyang, jadi hanya bisa berharap lain kali bisa ke sini lagi dengan keadaan lapar berat. Supaya puas makannya.
Abon Varia tutup pada hari Minggu dan tidak sempat ke toko Orion, sehingga kami hanya singgah membeli oleh-oleh di toko Pak Mesran, setelah itu mampir ke kompleks batik Laweyan, dan segera menuju bandara untuk meninggalkan kota Solo. Walaupun lagi-lagi terlambat tetapi pesawat yang dipakai jenis baru sehingga cukup nyaman, apalagi badan sudah capek karena jalan-jalan terus. Setidaknya perjalanan pulang bisa dipakai untuk sedikit beristirahat
Pasti akan kembali di lain waktu karena masih banyak tempat yang belum sempat didatangi dan rekomendasi tempat makan yang belum dicoba.
Tahu Kupat Solikhin – Jl. Gajah Mada 95, Solo
Pecel Solo – Tempp Doeloe, Jl Prof Supomo No 55, Mangkubumben, Solo, 0271-737379
Mie Toprak Yu Nani Jl Pandu Dewonoto, Kartopuran, Solo

Sunday 29 November 2009

Travelling to Solo - Day 2




Bangun pagi di saat subuh dan menunggu terbitnya matahari , wah…pemandangan indah terhampar sejauh mata memandang. Rimbunnya hutan pinus dengan pemandangan gunung di kejauhan, rumah-rumah penduduk dan lembah yang hijau, membuat kami semua melupakan kejenuhan bekerja selama ini. Sambil menikmati sarapan nasi goreng dengan teh manis hangat, lengkap lah sudah kenikmatan liburan kali ini.
Sebenarnya terdapat fasilitas Flying Fox dan mobil ATV tetapi kami tidak dapat menikmati, harus buru-buru check out karena hari ini daftar tempat yang harus dikunjungi lumayan padat.
Obyek wisata yang di Tawangmangu yang terkenal adalah Air Terjun Grojogan Sewu. Saya terakhir kesini sekitar 15 tahun yang lalu ketika masih SD. Dan ternyata relative tidak banyak yang berubah. Masih asri dengan rimbunan pepohonan dan tangga turun ke area air terjun yang panjang dan melelahkan. Sempat mencoba naik kuda karena terlanjur parkir di area yang salah, sehingga masih agak jauh ke pintu masuk dan harus naik kuda. Padahal sih kalau mobil mau parkir di depan pintu masuk juga bisa. Harga tiket masuk 6000 per orang.
Banyak sekali monyet-monyet berkeliaran dan walau jinak, kalau tidak hati-hati bisa saja dikejar kalau kita deket-dekat ingin berfoto bareng, contohnya ya saya ini…. Dua kali dikejar monyet yang merasa terganggu karena yang ngajak foto gayanya heboh banget. Hehe… Sebelumnya saya juga pernah hampir disosor soang ketika hendak berfoto bersama.
Air terjunnya lumayan tinggi dan deras airnya… dan setelah berfoto-foto, kami menikmati sate kelinci sambil duduk lesehan di tengah rimbunnya pepohonan. Sambil tetap awas, karena monyet2 nakal itu mengincar sandal untuk dibawa kabur.
Sate kelinci 10 tusuk ditebus dengan harga hanya 7000 rupiah saja, rasanya seperti daging ayam tapi lebih lembut seratnya. Sambil makan sate ini jangan memikirkan kelinci yang lucu dan menggemaskan itu ya, bisa nggak enak makan.
Griyo Kulo adalah tujuan makan siang hari ini, tempat makan bernuansa alam, minimalis, dengan sungai deras yang mengalir di bawah pondokan yang kami pilih dan pemandangan hijaunya pepohonan. Makanan di sini dimasak dengan kayu bakar dan tanpa penambahan MSG. Hanya ada dua pilihan paket, untuk 2-4 orang dan 4-6 orang.
Menunya sudah dintentukan, minuman pembuka, pilihan antara beras kencur dan kunyit asam. Berikutnya teh sereh, jahe dan teh poci. Appetizernya ubi ungu, talas, singkong goreng dan pisang goreng. Selanjutnya berturut2 dihidangkan dalam 1 nampan besar lauk-pauk, berupa, ayam goreng, tempe goreng, tahu goreng, ikan wader goreng, serta tempe penyet. Sayurannya adalah trancam dan urap. Serta daun poh-pohan. Semuanya dalam porsi yang berlimpah sehingga masih banyak sisa untuk dibawa pulang.
Sayang tidak disediakan bantal-bantal besar sehingga kami bisa tiduran dengan lebih nyaman sambil menunggu masakan siap yang lumayan lama. Di sini tidak tersedia listrik sehingga kalau malam makan dengan ditemani sinar lampu. Griyo Kulo ini juga menerima paket outbound, wisata alam dan agro wisata serta sekolah alam.
Berikutnya, tujuan wisata sejarah, mengunjungi komples candi Sukuh dan Cetho yang terletak di lereng gunung Lawu.
Candi Sukuh merupakan candi Hindu dan terletak di lereng gunung Lawu dan terkenal sebagai candi kesuburan karena ada lambang lingga dan yoni yang melambangkan alat kelamin pria dan wanita. Ditemukan pada tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta, yang melakukan penelitian atas penugasan Thomas Stanford Raffles, untuk melengkapi data-data buku yang ditulisnya, History of Java.
Terdapat tiga bagian bangunan pada komples candi ini, bagian pertama yaitu gapura utama atau disebut gapura buta abara wong dimana di sinilah terletak lambang lingga yoni tersebut. Bagian kedua berupa teras dengan gapura yang sudah tidak utuh lagi dengan beberapa patung-patung. Sedangkan pada teras ketiga terdapat pelataran besar dengan candi induk yang dihiasi relief-relief. Untuk menuju ke atas pelataran candi harus melalui tangga yang lumayan tinggi dan curam. Menurut info dr mr google, bentuk candi ini sekilas menyerupai bangunan suku Maya di Meksiko atau Suku Inca di Peru.Karena pada saat candi tersebut dibuat masa kejayaan Hindu sudah mulai berakhir dan budaya asli Indonesia jaman megalitik mulai tampak lagi.
Sewaktu kami ke sini, kompleks candi sepi sekali, tidak tampak ada pengunjung lain, maklum hari sudah menjelang sore dan untuk menuju ke sini tampaknya memang harus memakai kendaraan pribadi.Sebenarnya terdapat jasa pemandu, tetapi kami tidak memakainya. Karena demi kepraktisan dan kami tidak lama di sini.
Candi Cetho terletak lebih tinggi lagi dari Candi Sukuh, dan perjalana ke sana memakan waktu sekitar 30 menit dengan melalui jalan yang berkelok-kelok dengan pemandangan pegunungan yang indah. Pada Candi ini, terdapat 13 teras yang semuanya harus dilalui dengan menanjak alias naik tangga. Kebayang bakal capek luar biasa tetapi karena udara pegunungan yang sejuk dan kompleks candi yang indah serta penuh misteri, kami tetap semangat mengeksplorenya. Bentuk bangunan candi ini mempunyai kesamaan dengan Candi Sukuh yang dibangun berteras sehingga mengingatkan akan bentuk punden berundak pada jaman prasejarah. Menurut keterangan yang terdapat di dalam candi, pernah dilakukan pemugaran atas candi ini tanpa memperhatikan konsep arkeologi sehingga hasilnya tidak dapat dipertanggunjawabkan secara ilmiah.Candi ini pertama kali ditemukan pada tahun 1842 oleh Van der Vils dan diteliti lebih lanjut oleh Dinas Purbakala pada tahun 1928. Di bagian timur candi terdapat Arca Dewi Saraswati yang merupakan sumbangan dari Kabupaten Gianyar di Bali, untuk upacara bagi penganut agama Hindu.O iya, sebenarnya ada candi lain yang bernama Candi Ketehk (kera dalam bahasa jawa) tetapi karena kami sudah lelah dan menurut pengunjung lain letaknya masih agak jauh kami tidak kesana.
Dibandingkan Candi Sukuh, masih terdapat beberapa pengunjung lain yang tampak di lokasi ini. Malah di pelataran candi terdapat beberpa orang sedang beristirahat setelah mengadakan upacara.
Setelah puas mengeksplore candi, tanpa diduga ada ide dari Ibu, untuk mampir ke Astana Giribangun, yap, makam mantan presiden RI yang paling lama berkuasa, Soeharto. Karena dilewati dalam perjalanan pulang ke Solo. Walau ada halangan dengan adanya jembatan penghubung yang rusak, ada jalan memutar yang bisa dilalui. Beruntung ibu mengetahui jalan-jalannya sehingga tidak perlu mengangkut penduduk sekitar yang menawarkan jasa sebagai penunjuk jalan.
Sampai Astana Giribangun hari sudah sore, sehingga kami tidak berlama-lama. Kompleks makam terletak di dalam bangunan yang luas. Untuk keturunan keluarga almarhum ibu Tien makam terletak di dalam bangunan, yaitu makan pak Harto, bu Tien serta orang tuanya, dan kakak dari Ibu Tien yang sudah lebih dulu meninggal (menikah dengan Andi Mapaodang dari Makassar). Di luar bangunan sudah di berikan tempat untuk anak-anak almarhum beserta pasangannya. Jadi seperti kata penjaganya, belum ketauan mbak, nanti pasangannya Mas Tommy atau Mas Bambang siapa… halah… bisa aja nih si bapak.
Sewaktu kami ke sana berbarengan dengan satu rombongan yang sedang mengadakan doa bersama di depan makam, sehingga tidak bisa berfoto-foto dengan leluasa.
Setelah puas foto2 kami pun melanjutkan perjalanan pulang. O iya, di halaman parkir ada bangunan khusus tempat penjualan souvenir khas Astana Giribangun, dan yang dijual pastilah segala sesuatu yang berbau Suharto. Seperti kaos bergambar pasangan Pak Harto dan Ibu Tien, serta poster-poster besar Pak Harto.
Sampai daerah Karanganyar hari sudah malam, untuk untuk menghemat, kami menginap di rumah ibu di sini. Karanganyar merupakan kota Kabupaten dengan jarak sekitar 30 menit dari pusat kota Solo. Tetapi jarak tidak menghalangi kami untuk ber wisata kuliner lagi, dan malam itu menu makan malam kami adalah Nasi Liwet Wongso Lemu yang kondang itu. Nasi Liwet bu Wongso yang kami kunjungi adalah yang ada sindennya di luar tempat makan. Kami memilih tempat duduk tepat di depan tempat mbak-mbaknya meracik nasi liwet, jadi aktivitas meracik nasi tampak jelas. Nasi Liwet adalah nasi gurih dengan lauk sayur labu, potongan telur pindang, suwiran ayam, ditambah areh dari santan kental. Malam minggu menjadikan tempat tersebut ramai dan mengundang pertanyaan teman saya, makannya pada lahap-lahap ya, mbak… hehe… Minumnya wedang dongo, air jahe dengan bulatan-bulatan ketan dengan isian kacang hijau yang legit.
Sebenernya masih banyak penjual nasi liwet lain yang tidak kalah enak dengan bu Wongso Lemu ini, tetapi memang beliau yang paling kondang, jadi banyak tamu luar kota yang di bawa ke sini so berdampaklah pada harga makanannya yang menjadi lebih mahal.
Pulangnya mampir beli susu murni Si Jack, rasa kopi dan coklat untuk dibungkus. Huhu…capek dan senang jadi satu… kaki pegal karena naik tangga ke candi Cetho tadi siang, tetapi masih ada satu hari lagi untuk menikmati kota solo dan untuk belanja pastinya.
Nasi Liwet Wongso Lemu – Jl Slamet Riyadi, Solo
Susu Murni Si Jack -
Griyo Kulo - Tawangmangu

Wednesday 25 November 2009

Travelling to Solo - Day 1




Awal perjalanan ke Solo kali ini berjalan kurang lancar. Setelah keberangkatan pesawat terlambat sekitar 15 menit, akhirnya para penumpang dipersilahkan naik. Tetapi setelah para penumpang sudah duduk manis di pesawat dan pilot sudah mengumumkan persiapan terbang, tiba-tiba tidak ada tanda-tanda pesawat akan terbang. Kami dibiarkan saja duduk di pesawat agak lama dengan sejuta pertanyaan, ditambah BT karena udara di kabin yang panas. Ini sih nggak ada bedanya pesawat dengan Metro Mini.
Kejadian selanjutnya lebih bikin BT lagi, para penumpang dipersilakan turun untuk ganti pesawat karena ada masalah administrasi. Walah, itu sih bahasa halus dari ada masalah di mesin pesawat kaliii…. Huh payah nih.. Tapi yah, apa boleh buat dari pada pesawat sudah terlanjur di atas dan tiba-tiba jatuh, lebih parah lagi..
Alhasil, kami menunggu lagi di ruang tunggu, yang menurut penjelasan bisa sekitar 1 jam lagi baru bisa terbang, nasib..nasib…Sebagai kompensasi diberikan sarapan berupa nasi kotak. Tetapi, lumayanlah, tidak sampai 1 jam, kami sudah bisa naik kembali ke pesawat. Karena peswat pengganti lebih kecil ada beberapa penumpang yang tempat duduknya terpaksa pindah dan ini mengundang omelan lagi, biasalah… kekecewaan penumpang…
Perjalanan ke solo kali ini memang mengecewakan, setelah kejadian ganti pesawat, saya kebagian duduk paling belakang, dengan pesawat DC 9 yang kecil dan bagian belakang itu dekat mesin, jadilah… sepanjang perjalanan ditemani keributan suara mesin dan tidak bisa melihat ke luar jendela pula karena jendelanya ketutupan. Mati gaya selama sekitar 55 menit perjalanan, dari baca buku, tidur, ngobrol dan bengong.
Finally, tepat jam 11 siang kami sampai dengan selamat di Bandara Adi Sumarmo Solo. Bandaranya ternyata baru direnovasi, jadi sudah lebih nyaman dari terakhir saya ke sini 3 tahun lalu.
Perjalanan yang lumayan mengecewakan, terlupakan setelah menelusuri jalan-jalan kota Solo, menuju pemberhentian pertama untuk makan di Timlo Sastro, Pasar Gede. Kuah Timlo yang segar dengan isiannya yag komplit, ada ati ampela, sosis ayam, kembang tahu, telur pindang dan daging ayam, membuat perut kenyang dan hati senang. Apalagi ditutup dengan minum es beras kencur. Yang unik, penghitungan pembayaran dilakukan pelayan dengan menggunakan papan tulis kecil dan kapur alias sabak.
Sebelum melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta, dan singgah ke Pantai Parangtritis, mampir dulu membeli sate kere Yu Rebi. Udah penasaran pengen coba sate yang terbuat dari tempe gembus ini, bumbu kacangnya agak manis, dengan wangi daun jeruk yang segar. Selain sate tempe, ada juga sate jerohan. 1 porsi 18 ribu rupiah isi 10 tusuk sate dengan potongan tempe yang besar-besar.
Dalam perjalanan ke Yogya, di jalan raya Yogya Solo, kami mampir ke warung yang menjual es dawet. Dawetnya memakai ketan putih dan rasanya pas, tidak terlalu manis. Seger banget. Penjualnya hanya berupa kedai seadanya saja, tetapi yang beli silih berganti, tidak pernah sepi. Satu gelas hanya 2000 rupiah sajah.
Akhirnya setelah kurang lebih 1 jam perjalanan, sampailah kami di Pantai Parangtritis. Sewa delman untuk menyurusuri pantai sampe ke dekat tebing di ujung pantai untuk foto-foto dan setelah itu balik lagi ke solo….
Sampai Solo, hari sudah malah, waktunya makan malam dan tujuannya adalah wedangan pak Wiryo. Di sini menunya banyak,selain nasi kucing yang imut-imut, ada jadah dengan berbagai lauk yang bisa dipilih sesuka hati. Ada uritan, burung dara goreng, tempe dan tahu goreng, pokoknya banyaaak. Minumnya saya memilih es jahe coklat.
Setelah perut kenyang, dari siang emang udah kenyang dan sekarang udah full banget … perjalanan dilanjutkan lagi ke Tawangmangu, untuk menginap di sana, di kompleks penginapan yang bernama Griya Gayatri. Pondok-pondok penginapannya terbuat dari bambu, karena memang penginapan ini didesain untuk outbound. Tetapi fasilitas lumayan lengkap. Ada TV dan air panasnya kok, serta minuman teh dan kopi serta sarapan pagi.

Timlo Sastro – Pojok Timur Pasar Gede, Solo telp 0271-654820, buka – 6.00 – 16.00
Sate Kere Yu Rebi, Jl Kebangkitan Nasional No. 1-2, Sriwedari, Belakang Stadion Sriwedari, Telp 0271-739839
Wedangan Pak Wiryo Jl. Perintis Kemerdekaan 25, Solo
Griya Gayatri - Sekipan, Kalisoro, Tawangmangu, Karanganyar. 0271-696006
www.griyagayatri.com

Saturday 14 November 2009

Mie Keriting Benhil

Rating:★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Other
Location:Depan BCA Benhil
Sudah sejak bulan puasa ada gerobak mie ayam baru, mangkal di depan BCA Benhil. Pagi-pagi sudah ada dan baru tutup setelah malam.
Walaupun hampir setiap hari lewat, akhirnya baru di suatu pagi sebelum berangkat ke kantor, mampir di gerobaknya yang menyediakan bangku panjang untuk pengunjung makan di tempat.
Mie ayam datang dengan porsi lumayan besar, dengan taburan daging ayam cincang yang cukup banyak, beserta bakso dan pangsit rebus. Sayang sekali, pangsit goreng tidak tersedia. Rasanya lumayanlah.
Setelah sedikit bertanya-tanya dengan penjualnya, ternyata ini adalah mie ayam pindahan dari depan ruko benhil dekat jl sudirman. Pantas aja tidak terlalu asing dengan bentuk mienya yang tipis dan lembut. Ini kan langganan waktu masih di kantor lama dulu, yang sekarang menjadi samporna strategic. hehe... oh iya, hari minggu sebelumnya sempet nyoba beli dan ternyata jam 3 sore sudah habis.
Harganya 11 ribu termasuk 2 butir bakso dan 2 pangsit rebus. Agak mahal ya?

Monday 2 November 2009

Canton Bay




Makan di Canton Bay, Plaza Senayan. Tempatnya di seberang supermarket Hero, satu lantai di bawah Metro. Kelihatannya setiap kali mau makan ke sini kok selalu penuh jadi penasaran juga pengen nyoba.
Yang dipesan : Tiga Kombinasi BBQ, Kailan Hongkong Saus Tiram, Nasi Goreng Ayam saus XO, Tahu Canton dan Scallop Tim Tausi.
Hmm, ternyata secara rasa tidak ada yang luar biasa kok, masih termasuk kategori std saja alias standard.

Sunday 1 November 2009

Film Astro Boy

Hari sabtu kemaren gw capek banget. Ada acara dari pagi, sampai rumah jam 13.30, tidur sampai jam 16.30 trus pergi lagi. Makan di resto Olive di Cikajang, lanjut ke acara GenFest di Plaza Selatan Senayan, dan akhirnya ke Plaza Senayan, janjian sama teman beserta keluarga yang anaknya sebaya Raiyan. Rencananya sehabis makan mau nonton.
Pagi tadi sempat melihat ada film Astro Boy di koran, dan ternyata memang sudah main di PS tetapi midnite, jam 23.30 malem, berhubung sudah janji sama anak-anak kalau mau nonton tiket tetap dibeli walaupun masih lama.
Heran juga, film semua umur tapi diputer midnite, film kartun pula. Mungkin memang semua film harus melalui prosedur diputer midnite dulu kali ya...
Setelah sempet pesimis bakal tidur sewaktu film diputar, ternyata dari awal sampai akhir film Astro Boy ini lumayan menghibur. Tentang seorang ilmuwan yang kehilangan anaknya sewaku percobaan pembuatan robot dan membuat replika anaknya itu ke dalam wujud sebuah robot dengan kekuatan super. Robot memang berbeda dengan manusia, ketika menyadari bahwa robot tersebut, yang dinamakan sama dengan nama anaknya, Toby, berbeda dengan anaknya, sang ilmuwan mengusirnya dan mulailah petualangan Toby yang berubah namanya menjadi Astro. Robot yang mempunyai naluri seperti manusia, tidak hanya sekedar mesin yang bisa diperintah tetapi juga mempunyai hati dan perasaan yang bahkan bisa melebihi manusia.
Banyak adegan seru di film ini seperti pertarungan antara para robot serta perlawanan Astro Boy ketika hendak ditangkap oleh presiden yang menginginkan energi yang ada di tubuhnya. Ada pula adegan yang lucu dan mengharukan. Film yang sangat recommended untuk ditonton.
Astro Boy ini adalah film kartun yang berasal dari Jepang, dan untuk film animasi layar lebar ini diperkuat oleh bintang-bintang terkenal sebagai pengisi suaranya, mulai dari Samuel L Jackson, Nicolas Cage dan Donald Sutherland.

Thursday 29 October 2009

Puding Kembang Tahu

Resep ini gw dapet dari teman sesama orang tua murid di sekolah Raiyan. Pertama nyoba waktu acara buka puasa bersama bulan puasa kemaren. Jadi penasaran pengen bikin, karena kalau masak puding kan gampang dan puding ini memakai saus fruit coctail jadi lebih segar....
Ada yang beruntung (?) jadi tester puding ini lho... :)) hehe..untung kata adek gw rasanya enak...

BAHAN :

10 gelas air (takarannya memakai gelas aqua sekitar 9-10 gelas)
1 bungkus agar-agar swallow globe warna putih
1 nutri jell rasa lecy
1 kaleng susu kental manis
1 kaleng susu evaporated (biasanya merk F&M) -kalau tidak ada susu evaporated bisa memakai susu kental manis
garam seujung sendok teh
gula pasir 2-3 sendok makan (sesuai selera)
1 kaleng coctail
Tambahan kalau mau bisa ditambah 1 kaleng lecy dan untuk hiasan bisa memakai buah cherry

CARA MEMBUAT :
Air, agar-agar, nutri jell, garam di aduk jadi satu, panaskan di atas api sedang sambil diaduk terus dimasukkan susu-susunya. Setelah mendidih matikan api. Diaduk-aduk sebentar, diamkan sampai uapnya hilang, lalu masukkan ke dalam cetakan. Diamkan sampai mengeras.
Setelah itu tuang buah kaleng di atasnya

Wednesday 28 October 2009

Iga Panggang Panglima

Rating:★★★★
Category:Restaurants
Cuisine: BBQ / Ribs
Location:Jl Gandaria Tengah II No. 30 Jakarta Selatan Telp 081905646268
Akhirnya kesampean juga nyobain iga bakar ini, setelah sekian lama. Sebelum nonton acara kesenian di wapres Bulungan, makan malam dulu di sini.
Lokasinya di jalan Gandaria, hmm..alamat lengkapnya nggak sempet nyatet, pokoknya di deket lampu merah jalan gandaria yang mau ke arteri pondok indah, di sebelah kiri jalan. Spanduknya terlihat jelas, kok.
Selain Iga bakar, di sini juga ada gerai makanan lainnya, seperti mie aceh dan bakso paun. Mungkin mereka sharing tempat dan supaya banyak pilihan juga pastinya.
Tetapi malam itu, kita cuma memesan iga bakar saja, itupun hanya satu porsi karena kita berdua kalo malam agak2 diet, dan porsinya memang besar, terdiri dari 3 potong iga dan kentang goreng yang potongannya juga lumayan gendut, bukan kentang goreng yang panjang2 itu.
Ada 3 pilihan bumbu untuk iga bakarnya, saus BBQ, lada hitam dan satu lagi apa ya... mushroom kalo nggak salah. Rekomedasi dari Finka yang udah pernah nyoba sih saus BBQ.
Hmmm.....ternyata, memang empuk banget iga bakar ini, dagingnya mrotoli alias dengan mudah terlepas dari tulang dan bumbunya juga lumayan enak. Kalau dibandingkan dengan iga bakar yang lain, juara deh empuknya. Recommended banget-lah.
O iya, harga 1 porsi Rp. 55.000. Yuuuk...

Saturday 24 October 2009

Makanan khas Makassar




Makanan-makanan khas Makassar dalam foto ini adalah yang gw coba sewaktu libur Lebaran kemarin. Ada yang baru pertama kali di coba tetapi ada juga yang sudah pernah tetapi lokasinya saja yang berbeda.

-Sore menjelang maghrib puasa hari terakhir, kami terdampar di pantai Losari (lagi). Dan pilihan yang cepat adalah suatu kedai nasi kuning tepat di depan pantai Losari sebelah RS Stella Maris. Kalau tidak salah namanya RM 999, menyediakan nasi kuning, nasi rames, es pallu butung, es pisang ijo, nyuknyang dll. Kebetulan masih ada meja kosong, jadilah kami berbuka puasa di sana. Nasi kuning, dengan ayam goreng, telur berbumbu dan kering kentang manis serta es pisang ijo.... hmm...

-Di hari lain setelah seharian berjalan-jalan mengunjungi obyek wisata khas Makassar, perjalanan kembali di akhiri di Pantai Losari. Karena hari sudah agak malam, penjual pisang epe sudah berjajar di tepi pantai. Jadilah, pisang epe durian, coklat dan keju jadi pilihan. Walaupun esens duriannya hanya samar-samar, tetapi lumayanlah setelah lelah seharian berjalan-jalan.

-RM Pelangi di sini mempunyai cabang juga di Jakarta yang kebetulan dekat dengan kantor, di Jl Wahid hasyim. Kalau di sana, lokasinya tepat di depan Mall Ratu Indah. Masih ada hubungan saudara, kalau tidak salah adik iparnya yang mengelola RM tersebut di Jakarta. Menu-menu yang disajikan tidak jauh berbeda dengan yang di Jakarta, ada Nasi Goreng Merah (memakai saos), Nasi Goreng Jakarta (memakai kecap), mie goreng, mie siram, mie kuah dan mie panggang (seperti mie kuah tapi dipanggang dulu tapi sepertinya tidak terlalu jauh berbeda dari mie kuah, hanya kuahnya lebih sedikit). Yang menurut gw paling khas adalah mie gorengnya.. mie nya kenyal dan gurih, beda dari mie goreng yang lain, sepertinya ini adalah mie homemade. Harus mencoba mie goreng ini di RM Pelangi yang di Jakarta, kalau kangen jadi ada yang dekat.

-Sewaktu hari pertama di Makassar, gw diajak makan di sini. Bayangkan, habis buka puasa sekitar jam 6 dan langsung ke sini, ternyata belum buka. Mie Awak ini baru buka jam 7 malam. Mungkin memberi kesempatan untuk berbuka puasa dulu, karena ternyata pemiliknya adalah chinese muslim.
Mie Awak ini cukup unik karena tidak ada nama rumah makannya, lokasinya di jalan Bali dan tempatnya tidak terlalu luas. Menu yang ditawarkan sudah pasti beraneka ragam jenis mie. Ada mie siram, mie rebus, mie panggang. Mirip-miriplah dengan di RM Pelangi. Rasanya juga enak, porsinya besar. Sepertinya bisa pilih porsi 1 atau 1/2. O iya, konon, rumah makan mie Awak ini tidak buka kalau pemiliknya masih merasa punya banyak uang, hehe... kata temen gw loh..

-Kepala ikan kakap Ulu Juku adalah tujuan kuliner gw di hari menjelang pulang ke Jakarta. Hmm...gw nggak tau deh, ini kepala ikan kakap Ulu Juku yang terkenal itu atau bukan. Karena lokasinya di warung tenda pinggir jalan. Secara menu kepala kakap mungkin bukan hanya Ulu Juku saja yang menyajikan. Kalau yang gw baca di kompas sih, ada yang di jalan AP Petarani. Ah, yang pasti kepala kakap ini enak banget... kuahnya gurih dan spicy...dagingnya lumayan banyak.

-Sewaktu perjalanan ke Pantai Bira, tepat jam 12 siang setelah perjalanan selama 3 jam, mobil kami merapat ke sebuah resto rekomendasi kakak ipar gw, yaitu RM Bawakaraeng yang menyajikan menu sop saudara dan konro, di daerah Kabupaten Bantaeng. Restoran yang enak pasti pengunjungnya banyak, terbukti dengan penuhnya resto ini, mungkin karena jam makan siang juga sih...Untuk menu konro paling cepat habis dan setelah kami selesai makan, dua buah bis besar berhenti untuk makan siang di sana. Tapi pasti mereka tidak bisa makan konro karena konronya sudah habis....

- Putu cangkir adalah makanan tradisional khas makasar. Bentuknya bukan seperti putu yang biasa ada di Jakarta, yang berwarna hijau tetapi putu cangkir ini berbentuk seperti mangkuk, terbuat dari tepung beras dan gula dan di dalamnya berisi parutan kelapa dengan rasa manis yang samar-samar. Enak dimakan panas-panas. Kenyal, legit dan gurih bercampur jadi satu...

Sunday 11 October 2009

Weekend @Solo

Start:     Nov 6, '09 07:30a
End:     Nov 8, '09 5:30p
Location:     Solo, Jawa Tengah
Akhirnya ada trip juga di bulan November. Hiburan setelah bekerja keras menyelesaikan berbagai project selama ini. Asyik asyik, rencananya menginap di Tawangmangu, belanja batik dan so pasti Wisata Kuliner...

Wednesday 7 October 2009

Ikutan Kemping acara : Kemah Keluarga Pramuka Unhas, PTP Perhutani, Bendungan Bili-Bili, Makassar




Tepat 1 hari sebelum pulang kembali ke Jakarta, tiba-tiba ada tawaran dari kakak ipar untuk ikutan kemping alumni Pramuka Unhas. Alumni UKM Pramuka Universitas Hasanudin Makassar memang kompak, hampir setiap tahun mereka mengadakan kegiatan kemping yang diikuti oleh seluruh angkatan. Kesan kompak sangat terasa, terlebih karena mereka selalu mengajak keluarga dalam kegiatan ini. Ini kempingku yang kedua kali dengan para alumni Unhas, karena biasa dilakukan setiap libur Lebaran dan bertepatan dengan liburanku ke Makassar. Jadi beruntung sekali, tahun ini bisa ikutan lagi.. sekalian mengenalkan cinta alam kepada anak. Raiyan juga selalu excited kalau tidur di tenda, tidak rewel sama sekali.
Soal makanan, jangan takut kekurangan, karena terjamin 100%. Kalau kemping yang dulu saat jaman masih mahasiswa acara makan malamnya dengan kambing guling, di Makassar kemping tidak lengkap tanpa ikan bandeng bakar! Daging bandengnya kenyal tetapi empuk saat digigit pertanda ikan bandeng masih segar. Hmm....nikmat pisan, dimakan malam-malam di alam terbuka di tengah hutan yang lumayan lebat, di depan api unggun.
Lokasi kemping tahun ini terletak di areal Perhutani, daerah Bendungan Bili-bili, kabupaten Gowa. Sekitar 1,5 jam dari Makassar. Jalan masuknya lumayan sulit, karena menanjak dan melewati jalan tanah kecil dan berbatu-batu di tengah hutan Harus memakai kendaraan jip yang double gardan. Udaranya juga lumayan dingin, dan yang paling penting, tidak terlalu jauh dari lokasi kemping, ada sungai dengan air terjun dengan pemandangan ke arah lembah yang menghijau.
Sebenarnya ingin sekali main-main ke air terjun yang lebih besar, sayang...Raiyan tidak bisa ditinggal, jadilah cukup puas dengan main air dan mandi di air terjun yang kecil. Itu aja udah seru banget kok!
Kapan ya bisa kemping di gunung Gede...

Pantai Bira (revisited), 2009




Mengunjungi kembali Pantai Bira yang cantik, tidak bosan-bosan rasanya kembali lagi ke pantai ini. Kali ini pantai sudah lebih bersih dari pada 4 tahun yang lalu, jelas, pemerintah daerah kabupaten Bulukumba sudah sadar akan potensi wisata daerahnya dan berhasil memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada untuk meningkatkan pendapatan daerah.
Walaupun masih dalam suasana libur lebaran, suasana pantai tidak terlalu ramai. Check in di Bira Beach Hotel, hotel terdekat dengan pantai dengan kamar berbentuk cottage, lengkap dengan AC dan air bersih. Tidak ada air panas, tetapi karena cuaca terik air menjadi hangat.
Pantai yang dangkal dan air yang jernih dan pasir yang putih halus membuat betah berenang berlama-lama. Untuk berkeliling pantai tersedia sewa perahu, baik perahu biasa atau boat tarifnya sama Rp. 30 ribu saja untuk 15 menit. Jadi, keduanya harus dicoba. Sewa ban tersedia dengan ongkos 10 ribu sepuasnya.
Untuk makan cukup di restoran hotel saja, dengan menu masakan standar tetapi rasa cukup enak. Apapun yang dimakan dengan kondisi lapar dan lelah setelah seharian bermain di pantai dengan ditemani deburan air laut dan hembusan angin pantai pasti terasa lebih enak.
Kondisi pantai yang tenang, karena ombak tertahan oleh dua pulau di depan pantai, yaitu pulau Liukan dan pulau Kambing membuat jalan-jalan di pantai sampai malam tidak menakutkan.
Esok paginya acara main air di pantai dilanjutkan, karena kondisi air yang surut kami menyewa perahu boat dan snorkling agak ke tengah laut. Untuk ke pulau Liukan yang paling dekat tarifnya 250 ribu pulang pergi sampai puas, tetapi karena hanya ingin snorkling selama sekitar 30 menit harga ditawar menjadi 100 ribu, sekaligus dengan pelampung dan alat snorkling. Dan oh my God, hanya di kedalaman tidak sampai 1,5 meter bisa melihat pemandangan laut yang cantik. Maklum deh baru pertama kali ini berani snorkling...hehe..
So, Pantai Bira, I'll be back!!

Info Umum tentang Pantai Bira : http://liburan.info/content/view/977/43/lang,indonesian/
Tanjung Bira terletak sekitar 40 km dari Kota Bulu Kumba, atau 200 km dari Kota Makassar. Perjalanan dari Kota Makassar ke Kota Bulukumba dapat ditempuh dengan menggunakan angkutan umum berupa mobil Kijang, Panther atau Innova dengan tarif sebesar Rp. 35.000,-. Selanjutnya, dari Kota Bulukumba ke Tanjung Bira dapat ditempuh dengan menggunakan mobil pete-pete (mikrolet) dengan tarif berkisar antara Rp. 8.000,- sampai – Rp. 10.000,-. Total waktu perjalanan dari Kota Makassar ke Tanjung Bira sekitar 3 – 3,5 jam.

Tuesday 6 October 2009

Melihat Pembuatan Kapal di Tana Beru, kab. Bulukumba, Sulawesi Selatan




Di tengah perjalanan menuju Pantai Bira, singgah sejenak di daerah Tana Beru, di kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Daerah ini dikenal sebagai tempat pembuatan kapal / perahu tradisional dengan konstruksi kayu dan peralatan tradisional. Daerah ini juga dikenal dengan sebutan "Bumi Panrita Lopi", yang artinya Tempat bermukimnya ahli pembuat perahu.
Tidak sulit menemukan tempat pembuatan kapal ini karena langsung terlihat dari jalan raya yang bersisian dengan tepi pantai.
Setelah meminta ijin akhirnya kami bisa naik ke atas perahu dan melihat kesibukan mereka. Wah, benar-benar kami dibuat kagum dengan keahlian dan ketrampilan mereka dalam membuat kapal yang ukurannya termasuk lumayan besar. Supaya tidak panas, dipasang atap yang terbuat dari daun-daun.
Kami tidak lama singgah di sini, setelah puas berfoto ria, kami segera melanjutkan perjalanan ke pantai Bira. Tidak terlalu jauh dari tempat pembuatan kapal yang baru saja disinggahi, ada tempat pembuatan kapal lain yang ternyata kapalnya baru selesai dan sedang diuji coba berlayar untuk pertama kali. Sayang, kami tidak sempat mampir lagi karena hari sudah sore.

Berkunjung ke desa adat, Suku Kajang, Bulukumba, Sulawesi Selatan




Dalam perjalanan pulang setelah dari Pantai Bira, kami menyempatkan singgah ke kawasan adat Amatoa yang terletak di Kecamatan Kajang, sekitar 56 Km dari kota Bulukumba.
Ciri masyarakat kajang yang ada di Desa Tana Toa adalah pakaian dengan warna serba hitam, sedangkan ciri bangunan rumahnya ialah seragam menghadap ke Utara. Masyarakatnya dipimpin oleh seorang yang bergelar Amma Toa dengan masa kepemimpinan seumur hidup. Mungkin sedikit banyak mirip dengan masyarakat Baduy, Jawa Barat.

Kami sedikit beruntung karena ternyata mantan mahasiswa dari kakak ipar dosen, masih mempunyai hubungan saudara dengan pemimpin adat Amatoa sehingga ada kesempatan untuk bertemu langsung dengan beliau. Konon, tidak sembarang orang bisa bertemu, apabila bisa pun ternyata hanya diterima di bangunan penerima tamu dan tidak dapat bertemu dengan sang Amatoa.
Dari daerah Bulukumba, perjalanan ke desa suku Kajang ini masih harus ditempuh selama kurang lebih 2 jam, menelusuri jalan yang berkelok-kelok. Setelah beberapa kali bertanya, sampailah kami ke rumah mantan mahasiswa kakak yang bapaknya adalah saudara sepupu dari Amatoa. Di sini kami memakai pakaian sarung hitam yang dipinjami oleh keluarga mereka sebagai syarat untuk berkunjung ke desa adat, dan kebetulan saya juga mempunyai kaos hitam jadi paslah hitam-hitam. Dengan memakai mobil kami menuju kawasan desa adat yang ternyata masih 15 menit perjalanan.
Setelah sampai di pintu masuk desa, perjalanan masih harus disambung dengan jalan kaki melewati jalanan berbatu, tetapi dengan kawasan hutan yang masih rimbun perjalanan sekitar 1 kilometer tidak terasa jauh. Selama perjalanan kami bertemu dengan penduduk setempat yang semuanya mayoritas memakai baju hitam dan sebagai tamu kami bersalam-salaman dengan mereka. Kelestarian kawasan hutan merupakan ciri dari kawasan adat ini, serta budaya hidup masyarakatnya yang jauh dari pola hidup modern, sehingga listrikpun tidak ada.
Akhirnya sampailah kami di rumah kepala adat sang Amatoa dan ternyata beliau juga sedang menerima beberapa tamu desa yang semuanya berpakaian hitam-hitam. Setelah bersalam-salaman dengan memakai bahasa daerah setempat sang mahasiswa pengantar (lupa namanya nih) menjadi penterjemah kami, dan memperkenalkan asal kami dan maksud kedatangan. Bahasa yang digunakan oleh penduduk suku Kajang adalah bahasa Bugis dialek Konjo.
Sang Amatoa sendiri masih tampak gagah dan kuat di usianya yang sudah 70 tahun tapi terlihat seperti 50 tahun dan orang tua disebelahnya yang awalnya kami sangka sang amatoa ternyata hanya tamu, terlihat seperti berumur 70 tahun tetapi ternyata berumur 100 tahun. Luar biasa, dengan pola hidup yang sederhana dan mendekatkan diri dengan alam bisa membuat orang menjadi awet muda. Tetapi ketika ditanya, mengenai resep awet muda, beliau tidak mau memberitahukannya, rahasia katanya. wah!
Pertanyaan lain adalah mengenai bagaimana pandangan kepala adat Amatoa tentang hidup selaras dengan alam. Alam itu diibaratkan seperti tubuh manusia, apabila tidak dijaga dan dirawat maka akan sakit. Alam yang rusak pasti akan mendatangkan kesengsaraan seperti timbulnya bencana alam.
Rumah adat Amatoa sendiri berupa rumah panggung dengan dapur serta tempat cuci berada di depan, satu ruangan dengan tempat menerima tamu dan ruang tidur di bagian belakang. Berbeda dengan suku Baduy Dalam yang melarang pemakaian sabun, suku Kajang dalam masih bisa memakai sabun untuk mencuci.
Larangan lain adalah mengambil gambar sang Amatoa beserta istrinya. Karena apabila dilanggar akan ditanggung oleh yang mengambil gambar beliau, mungkin sakit atau hal gaib lainnya. Tetapi untuk anak-anaknya masih dapat diambil gambarnya, jadilah kami hanya berfoto dengan anak-anaknya, yang ternyata juga tidak berbeda dengan remaja lainnya, sedang kuliah di Makassar.
Kabar terakhir dari suku Kajang, mereka semakin sulit mempertahankan kelestarian hutan-hutan di kawasan adat, karena desakan dari pemerintah yang akan memakai hutan mereka untuk kepentingan swasta. Sungguh sayang apabila hutan yang telah dipelihara secara turun temurun semakin berkurang akibat keserakahan masyarakat yang tidak bertanggung jawab.

Info mengenai suku Kajang dapat dilihat pada link berikut :
http://melayuonline.com/ensiclopedy/?a=aXF1L2EveVRteDdaM2dl=&l=suku-kajang



Monday 5 October 2009

Museum Balla Lompoa




Hari terakhir adikku di Makassar, disempatkan untuk mampir ke museum Balla Lompoa. Lokasinya memang lumayan dekat dari rumah kami di Makassar. Di daerah Sungguminasa, kabupaten Gowa.
Karena waktu yang sempit, sorenya saya dan kakak ipar akan kemping dan adik saya akan pulang ke Jakarta, tidak sempat menyewa guide untuk menjelaskan mengenai keseluruhan isi museum. Sehingga informasi mengenai museum ini saya ambil dari website http://portalbugis.wordpress.com/travel/sejarah/balla-lompoa/

Museum Balla Lompoa merupakan rekonstruksi dari istana Kerajaan Gowa yang didirikan pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-31, I Mangngi-mangngi Daeng Matutu, pada tahun 1936. Dalam bahasa Makassar, Balla Lompoa berarti rumah besar atau rumah kebesaran. Arsitektur bangunan museum ini berbentuk rumah khas orang Bugis, yaitu rumah panggung, dengan sebuah tangga setinggi lebih dari dua meter untuk masuk ke ruang teras. Seluruh bangunan terbuat dari kayu ulin atau kayu besi. Bangunan ini berada dalam sebuah komplek seluas satu hektar yang dibatasi oleh pagar tembok yang tinggi.

Bangunan museum ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu ruang utama seluas 60 x 40 meter dan ruang teras (ruang penerima tamu) seluas 40 x 4,5 meter. Di dalam ruang utama terdapat tiga bilik, yaitu: bilik sebagai kamar pribadi raja, bilik tempat penyimpanan benda-benda bersejarah, dan bilik kerajaan. Ketiga bilik tersebut masing-masing berukuran 6 x 5 meter. Bangunan museum ini juga dilengkapi dengan banyak jendela (yang merupakan ciri khas rumah Bugis) yang masing-masing berukuran 0,5 x 0,5 meter.

Museum ini berfungsi sebagai tempat menyimpan koleksi benda-benda Kerajaan Gowa. Benda-benda bersejarah tersebut dipajang berdasarkan fungsi umum setiap ruangan pada bangunan museum. Di bagian depan ruang utama bangunan, sebuah peta Indonesia terpajang di sisi kanan dinding. Di ruang utama dipajang silsilah keluarga Kerajaan Gowa mulai dari Raja Gowa I, Tomanurunga pada abad ke-13, hingga Raja Gowa terakhir Sultan Moch Abdulkadir Aididdin A. Idjo Karaeng Lalongan (1947-1957). Di ruangan utama ini, terdapat sebuah singgasana yang di letakkan pada area khusus di tengah-tengah ruangan. Beberapa alat perang, seperti tombak dan meriam kuno, serta sebuah payung lalong sipue (payung yang dipakai raja ketika pelantikan) juga terpajang di ruangan ini.

Museum ini pernah direstorasi pada tahun 1978-1980. Hingga saat ini, pemerintah daerah setempat telah mengalokasikan dana sebesar 25 juta rupiah per tahun untuk biaya pemeliharaan secara keseluruhan.
Museum Balla Lompoa menyimpan koleksi benda-benda berharga yang tidak hanya bernilai tinggi karena nilai sejarahnya, tetapi juga karena bahan pembuatannya dari emas atau batu mulia lainnya. Di museum ini terdapat sekitar 140 koleksi benda-benda kerajaan yang bernilai tinggi, seperti mahkota, gelang, kancing, kalung, keris dan benda-benda lain yang umumnya terbuat dari emas murni dan dihiasi berlian, batu ruby, dan permata. Di antara koleksi tersebut, rata-rata memiliki bobot 700 gram, bahkan ada yang sampai atau lebih dari 1 kilogram. Di ruang pribadi raja, terdapat sebuah mahkota raja yang berbentuk kerucut bunga teratai (lima helai kelopak daun) memiliki bobot 1.768 gram yang bertabur 250 permata berlian. Di museum ini juga terdapat sebuah tatarapang, yaitu keris emas seberat 986,5 gram, dengan pajang 51 cm dan lebar 13 cm, yang merupakan hadiah dari Kerajaan Demak. Selain perhiasan-perhiasan berharga tersebut, masih ada koleksi benda-benda bersejarah lainnya, seperti: 10 buah tombak, 7 buah naskah lontara, dan 2 buah kitab Al Quran yang ditulis tangan pada tahun 1848.

Benteng Somba Opu




Ada satu obyek wisata sejarah di kota Makassar yang selama ini selalu terlewat apabila. gw ke Makassar. Obyek wisata itu adalah Benteng Somba Opu. Lokasinya memang di pinggiran kota , di daerah Gowa. Sebenernya nggak terlalu jauh dari rumah keluarga di Makassar, tapi tampaknya objek wisata ini kurang menarik bahkan bagi masyarakat Makassar itu sendiri, sehingga tidak pernah direkomendasikan.
Akhirnya setelah hari itu usai berkunjung ke Benteng Fort Rotterdam, kami sepakat untuk ke Benteng Somba Opu atas petunjuk guide di Fort Rotterdam. Ada benteng lain selain Fort Rotterdam yang dahulu juga sangat terkenal menjadi basis pertahanan rakyat Sulsel.
Dari pantai Tanjung Bunga, perjalanan masih harus ditempuh kira2 1 jam, melewati jalan yang agak kecil tetapi masih lumayan mulus. Sempat beberapa kali bertanya karena petunjuk yang ada sangat minim.
Tetapi akhirnya sampai juga kami di sana. Kompleks benteng Somba Opu terdiri dari beberapa bagian, selain bekas reruntuhan benteng di sini terdapat rumah-rumah adat yang mewakili semua kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan, sepert Gowa, Luwu, Mamuju, Majene, Toraja, Bulukumba, dan lain-lain. Sayang, keadaan rumah-rumah tersebut tidak terawat, terlihat kotor dan beberapa rumah pagarnya dikunci sehingga kami tidak bisa melihat dari dekat. Tetapi walau bisa masukpun kami tidak tertarik karena kondisinya memang menyedihkan. Untuk rumah adat Toraja bahkan atapnya ada yang rusak. Selain rumah-rumah adat, ada pula Museum Karaeng Pattingalloang, dengan meriam di halamannya. Museumnya tutup, jadi kami hanya foto-foto saja. Ada papan yang bertuliskan nama-nama bulan yang digunakan di Sulawesi Selatan sebelum tahun 1520.
Bentengnya sendiri hanya ada sebagian saja yang sudah ditemukan, karena sudah hancur sejak pertempuran antara Belanda dengan Sultan Hasanuddin. Dan menurut informasi sampai sekarang masih dalam proses penggalian dan penelitian.
Menurut kabar lokasi rumah adat ini bisa digunakan untuk pertemuan atau kemping anak sekolah. Karena selain rumah adat ada juga rumah yang khusus untuk tempat pertemuan. Tetapi…. Lokasi ini terkenal angker dan banyak penunggunya. Tidak heran mengingat lokasinya yang jauh dari keramaian dan masih rimbun pepohonan. So, sebelum maghrib, kami langsung cabut meninggalkan lokasi ini.

Benteng Somba Opu terletak di sebuah delta sungai Jeneberang, berada di dusun Sarombe, Kecamatan Palangga, Kabupaten Gowa. Benteng ini dibangun atas perintah Raja Gowa IX Daeng Matanre Karaeng Manungrungi Tumapa’risi Kallona. Pada masa itu benteng Somba Opu masih terbuat dari tanah liat. Pada masa pemerintahan Raja Gowa X , Tunipallangga Ulaweng, Benteng Somba Opu diperkuat dengan mendirikan bastion dari batu bata dan dipersenjatai dengan meriam.
Setelah Sultan Hasanuddin memegang pemerintahan Kerajaan Gowa, perkembangan Somba Opu semakin pesat dan menjadi pusat kekuasaan sekaligus kota niaga yang sangat terkenal. Benteng Somba Opu dihancurkan oleh kompeni Belanda pada tahun 1669 setelah terjadi pertempuran sengit antara Sultan Hasanuddin dan Belanda dalam perang Makassar. Kejatuhan Benteng Somba Opu sekaligus merupakan kehancuran kerajaan Gowa.
Benteng Somba Opu berbentuk empat persegi, sebuah sisinya berukuran panjang kira-kira 2 km dengan tinggi tembok antara 7-8 m, Ketebalan dinding rata-rata 12 kaki atau 360 m.

Sunday 4 October 2009

Benteng Fort Rotterdam, Makassar




Pada Hari Kedua setelah Lebaran, karena adikku akhirnya menyusul ke Makassar untuk liburan, sudah kewajiban membawanya keliling Makassar menikmati obyek wisata di sana.
Salah satu obyek wisata yang harus dikunjungi adalah Benteng Fort Rotterdam, yang letaknya tidak terlalu jauh dari pantai Losari, jadi masih termasuk di pusat kota. Di depan benteng ini terdapat pelabuhan penyeberangan kapal untuk menuju ke pulau-pulau yang tidak terlalu jauh dari pantai, seperti Khayangan, Lae-lae atau Samalona. Di depan benteng ini juga banyak terdapat penjual kelapa muda kaki lima, sehingga setelah puas berjalan-jalan memutari benteng di tengah cuaca Makassar yang terik diakhiri dengan minum es kelapa muda.

Untuk masuk ke dalam benteng tidak dikenakan tiket masuk, alias gratis, tetapi disarankan untuk memberi sumbangan sekadarnya. Di sini kita akan ditawarkan memakai jasa pemandu yang akan menemani kita berkeliling benteng. Ini adalah kunjungan ke dua bagiku, kunjungan pertama adalah tahun 2001, jadi sudah 8 tahun yang lalu.
Yang paling menarik dari tempat ini adalah ruang tahanan pangeran Diponegoro, yang konon menurut cerita dari pemandu, bisa sewaktu-waktu meninggalkan ruang tahanan secara gaib sehingga istri dan anak beliau dijadikan jaminan oleh Belanda, supaya pangeran Diponegoro kembali lagi.
Benteng ini juga dikenal angker, sehingga sempat menjadi salah satu tempat syuting Dunia Lain sewaktu acara tersebut sedang merajalela di televisi. Ternyata, tempat yang dipilih bukan yang terseram sehingga harus dibantu oleh sound effect sehingga terlihat lebih seram. Konon kabarnya lho, menurut cerita pemandunya.
Sayang, karena juru kunci museum sedang tidak di tempat, kami tidak bisa masuk ke dalam museum La Galigo, diambil dari nama I La Galigo yang merupakan karya sastra kebanggaan suku Bugis.

Di bagian depan dari benteng terdapat toko souvenir yang menjual segala pernak pernik dari kerang seperti gantungan kunci, asbak, kalung dan bros yang lucu.

Benteng Rotterdam ini dibangun tahun 1545 oleh raja Gowa ke X yakni Tunipallangga Ulaweng. Bahan baku awal benteng adalah tembok batu yang dicampur dengan tanah liat yang dibakar hingga kering. Bangunan didalamnya diisi oleh rumah panggung khas Gowa dimana raja dan keluarga menetap didalamnya. Ketika berpidnah pada masa raja Gowa ke XIV, tembok benteng lantas diganti dengan batu padas yang berwarna hitam keras.

Kehadiran Belanda yang menguasai area seputar banda dan maluku, lantas menjadikan Belanda memutuskan utk menaklukan Gowa agar armada dagang VOC dapat dengan mudah masuk dan merapat disini. Sejak tahun 1666 pecahlah perang pertama antara raja Gowa yang berkuasa didalam benteng tersebut dengan penguasa belanda Speelman. Setahun lebih benteng digempur oleh Belanda dibantu oleh pasukan sewaan dari Maluku, hingga akhirnya kekuasaan raja Gowa disana berakhir. Seisi benteng porak poranda, rumah raja didalamnya hancur dibakar oleh tentara musuh. Kekalahan ini membuat Belanda memaksa raja menandatangani "perjanjian Bongaya" pada 18 Nov 1667.

Dikemudian hari Speelman memutuskan utk menetap disana dengan membangun kembali dan menata bangunan disitu agar disesuaikan dengan kebutuhan dalam selera arsitektur Belanda. Bentuk awal yg mirip persegi panjang kotak dikelilingi oleh lima bastion, berubah mendapat tambahan satu bastion lagi di sisi barat. Nama benteng diubah pula menjadi Fort Rotterdam, tempat kelahiran Gub Jend Belanda Cornelis Speelman.Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor Penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. dari segi Bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa Penyu dapat hidup di darat maupun dilaut, Begitupun dengan kerajaan Gowa yang Berjaya di daratan maupun dilautan. (sumber : navigasi.net dan wikipedia)

Pelabuhan Paotere




Hari terakhir puasa, ngabuburit ke pelabuhan Paotere. Pelabuhannya masih ramai dengan aktivitas padahal besoknya sudah lebaran. Mungkin untuk melayani aktivitas penduduk ke pulau-pulau yang dekat.

Paotere adalah suatu pelabuhan perahu yang terletak di Kecamatan Ujung Tanah, Makassar, Sulawesi Selatan. Pelabuhan yang berjarak ± 5 km (± 30 menit) dari pusat Kota Makassar ini merupakan salah satu pelabuhan rakyat warisan tempo doeloe yang masih bertahan dan merupakan bukti peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo sejak abad ke-14 sewaktu memberangkatkan sekitar 200 armada Perahu Phinisi ke Malaka.

Pelabuhan Paotere sekarang ini masih dipakai sebagai pelabuhan perahu-perahu rakyat seperti Phinisi dan Lambo dan juga menjadi pusat niaga nelayan, dimana dapat dilihat disepanjang jalan di pelabuhan berjejer toko-toko yang menjual berbagai macam jenis ikan kering, perlengkapan nelayan, serta beberapa restoran seafood. (wikipedia).
Untuk restoran seafoodnya yang terkenal adalah RM Ikan bakar Paotere, banyak jadi langganan tidak hanya dari penduduk Makassar tapi juga dari luar kota termasuk Jakarta.

Pantai Tanjung Bunga - Makassar




Rencana ke Trans Studio sewaktu hari ke dua Lebaran gatot alias gagal total karena sewaktu sudah masuk ke area parkir melihat antrian yang membludak dan luar biasa penuh. Males banget deh, cuma membuang-buang waktu dan uang, mengingat harga tiket yang tidak murah dan semuanya memakai sistem kartu yang di top up, termasuk apabila hendak membeli makanan.
Jadi tujuan dialihkan ke pantai Tanjung Bunga yang tidak jauh dari lokasi Trans Studio, makan siang dibawah pohon kelapa sembari merasakan semilir angin, dan kebetulan hari itu agak mendung jadi tidak terlalu panas.
Trans Studio cuma dapet foto lampunya aja sama foto tulisan di gerbang masuk parkiran. hehehe...

Oriental Sirkus




Walaupun bukan yang pertama nonton Oriental Sirkus, tetep aja masih pengen nonton lagi. Kalo yang pertama di Bintaro kali ini Oriental Sirkus main di BSD. Sekarang Raiyan udah lebih besar jadi lebih bisa menikmati pertunjukkannya, tapi dia lebih suka nonton pertunjukkan hewan dari pada akrobat.
Ada sedikit perbedaan dengan pertunjukan yang pertama, mungkin untuk penyegaran supaya penonton tidak bosan. Pada pertunjukkan gajah dibuat sedikit cerita antara pemburu dengan gajah dan terakhir ada pesan Stop Eksploitasi Gajah. Itu sih setuju banget. Kalau yang lainnya relatif tidak berbeda sampai ke adegan lawakan badut yang masih "garing" hehehe...
Sayang pertunjukan harimaunya sebentar sekali. Keseluruhan ada 10 jenis pertunjukkan, Selang seling antara pertunjukkan akrobat dan hewan.

Acara masih berlangsung sampai dengan tanggal 15 Oktober 2009
Petunjuk Lokasi : Dekat Sekolah Sinar Mas. Tenda sirkus ada di
lapangan dekat gugusan Green Cove/Foresta. Ada banyak spanduk Oriental Sirkus. Patokan utama adalah lampu merah German Centre. Kalau dari arah tol Bintaro belok ke kiri.
Jam Pertunjukkan :
Hari biasa mereka main jam 18:30 dan 20:45, hari Sabtu ada tambahan jam 14.00. Hari Minggu mereka main jam 10:00, 14:00, 18:30 dan 20:45
Harga Tiket :
VVIP 150.000, VIP 100.000, Utama 75.000, Kelas I 50.000, Kelas II 40.000, Kelas III 25.000

Saturday 3 October 2009

Phobia 2

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Horror
Menjelang libur Lebaran, ternyata ada film horror Phobia 2, yang merupakan lanjutan dari Film sebelumnya 4bia, film horror Thailand yang di sutradarai oleh 4 orang sutradara. Film pertamanya keren banget, kesan horornya ditampilkan dengan cara yang berbeda tetapi tetap menimbulkan rasa takut dan tegang dengan akhir yang mengejutkan.
Sayang, gw mesti mudik ke Makassar dan film ini hanya tayang di Bioskop Blitzmegaplex, so harus bersabar dulu menunggu sampai gw balik lagi ke Jakarta.
Beruntung ada 2 teman gw yang juga seneng film horror dan akhirnya, weekend di awal bulan Oktober diisi dengan nonton film horror. Hiiiiiiiiiiiii…………..
Kalau film sebelumnya hanya terdiri dari 4 cerita, kali ini ada 5 cerita berbeda. Semuanya dikemas dengan ide cerita yang lain dari cerita horror biasa. Gw udah sempat membaca resensinya, jadi sudah ada sedikit gambaran walau tetap saja hasil akhirnya membuat gw tegang dan takut. Tetapi di situlah seninya nonton film horror. Hehe…
Film pertama mengenai seorang anak laki-laki nakal yang melakukan kesalahan sehingga harus menebus kesalahannya dengan menjadi seorang biksu. Akhir kisahnya seperti biasa, lumayan mengejutkan. Cerita ke dua tentang seorang anak laki-laki (lagi) yang harus dirawat dirumah sakit dan mengalami kejadian menakutkan dengan teman sekamarnya. Cerita ke tiga mengenai perjalanan dua orang backpacker sewaktu mendapat tumpangan sebuah truk trailer misterius. Cerita ke empat mengenai seorang ibu pemilik show room mobil bekas yang mencari anaknya yang hilang. Dan cerita ke lima, buat penonton film sebelumnya, 4bia pasti tidak asing lagi dengan para pemain dan cerita horror komedinya yang membuat takut tapi sekaligus lucu.
Untuk yang nggak suka film horror jangan sekali-kali nonton film ini, bisa stress berat, karena walaupun tidak ada hantu standard yang muncul, hantu putih dengan rambut panjang ala kuntilanak, efek tegang dan menyeramkan dihadirkan dengan sudut pengambilan gambar yang berbeda dan efek suara yang mencekam.
Yang jelas, ini tontonan wajib untuk pencinta film horror.



Bandara Sultan Hasanuddin di waktu malam




Jemput adikku yang mau ikut liburan di Makassar, dapet penerbangan malam pas hari pertama Lebaran, pesawat baru landing jam 1 dini hari. Yang ada foto-foto aja dulu, mumpung sepi.

Waktu berangkat ke Makassar menggunakan pesawat Garuda Boeing A330-200 yang ada TVnya, wah jadi excited banget, perjalanan 2 jam terasa kurang karena bisa sambil nonton film, denger musik atau main game. Untuk anak-anak ada pilihan film kartun juga, jadi Raiyan seneng banget, nggak bosan.
Sewaktu perjalanan pulang, karena check in-nya di detik-detik terakhir seperti biasa, kita dipindahkan ke kelas bisnis. Masih memakai pesawat yang sama dan di kelas bisnis ini tempat duduknya bisa diubah menjadi tempat tidur dan bisa diatur sesuai keinginan secara otomatis. Wiiih, kumat deh noraknya...jadi main-mainin kursi, hehe...Ah biarin aja lah...kapan lagi.
Sepertinya sih pesawat ini untuk rute internasional tetapi mungkin karena Makassar termasuk rute yang jauh, maka Garuda memakai pesawat ini.

Pantai Losari, Makassar 2009




Kalau ke Makassar tidak lengkap jika tidak ke Pantai Losari. Menunggu detik-detik matahari terbenam, duduk-duduk menikmati semilir angin pantai sambil makan pisang epe atau sewaktu bulan puasa kemaren banyak juga yang berjualan jalangkote (pastel khas makassar).
Pilihan lainnya, naik perahu untuk berputar-putar di seitar pantai, cukup dengan membayar Rp. 5000,- per orang.
Jika hari sudah mulai malam, banyak juga yang menyalakan kembang api dan pemandangan pantai dikala malam bertambah dengan kelap-kelip lampu di kejauhan, yang paling gres lampu dari Trans Studio dan jika perut sudah lapar tinggal menyebrang jalan, banyak pilihan makanan berjajar mulai dari seafood, nasi kuning sampai nyuknyang (baso).

Monday 7 September 2009

Ke Makassar lagi....

Start:     Sep 17, '09 8:00p
End:     Sep 27, '09
Seperti biasa, libur Lebaran kali ini, gw ke Makassar lagi.
Bingung nih... mau kemana lagi ya.. secara hampir tiap tahun gw ke sini.
Tapi yang pasti sih... ke pantai itu harus.

Thursday 27 August 2009

Soto Ceker

Rating:★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Other
Location:Jl Gandaria, Jakarta Selatan
Setelah buka puasa di bulungan bersama teman-teman, kita memutuskan untuk makan malam di soto ceker jl gandaria. Udah lama banget pengen makan di sini akhirnya kesampean juga.
Warung sotonya sih biasa aja, terletak di pinggir jalan dengan meja dan bangku kayu. Yang unik penerangan di tiap meja menggunakan lilin, jadi kesannya romantis, ditambah alunan lagu dari pengamen yang menyanyi dengan iringan harmonika menambah nikmatnya makan soto.
Sotonya jenis soto bening dengan campuran suwiran ayam, bihun, toge, daun bawang dan bawang goreng, seperti soto ayam pada umumnya, yang special adalah tambahan sepasang ceker ayam yang empuk. Pilihan jenis sotonya ada dua, dengan nasi dipisah atau dicampur. Porsi soto lumayan besar jadi cukup mengeyangkan. Untuk lauk tambahannya ada sate hati dan uritan.
Rasa sotonya sendiri segar dan gurih ditambah kucuran jeruk nipis hmm.....

Puding Coklat

Puding Coklat ini adalah masakan andalan gw karena paling gampang. Tinggal campur bahan-bahan, aduk-aduk, didinginkan, trus jadi deh.... Btw, pernah juga sih pudingnya lembek, eh ternyata karena kurang mendidih. hehe... maklum, waktu itu masih pemula.
Buat yang mau bikin untuk buka puasa sok atuh...Kalo nggak salah resepnya hasil bertanya ke mbah google.
 
Bahan :
-  1 bungkus agar-agar bubuk
-  20 gram coklat bubuk
-  1 kaleng susu kental manis
-  750 ml air
-  1/2 sendok teh garam

Saus :
-  250 ml susu cair
-  1 1/2 sendok makan tepung maizena
-  1 kuning telur
-  50 gram gula pasir
-  1 sendok makan rhum

Cara Membuat :
1.  Aduk susu kental manis dan air
2.  Tambahkan agar-agar, coklat bubuk, dan garam. Aduk sampai coklat larut, rebus sambil diaduk sampai mendidih.
3.  Angkat, tuang ke dalam cetakan

Saus :

1.  Aduk semua bahan saus kecuali kuning telur
2. Masak sambil diaduk sampai meletup-letup
3. Ambil satu sendok sayur adonan saus, tuang ke kuning telur sambil diaduk
4. Campurkan kembali ke adonan saus
5. Aduk-aduk sampai tercampur rata, angkat.

Wednesday 19 August 2009

Dinner @Umaku




Awalnya mau membuat suprise untuk my dearest uncle yang baru sembuh dari sakit, untuk bertemu dengan teman SMP dan SMA yang kebetulan pemilik rumah makan ini, tapi ternyata rencana sedikit berubah karena akhirnya my uncle harus diberi tahu terlebih dahulu mau diajak ke mana, kalau tidak beliau tidak mau pergi. So, namanya sudah bukan surprise lagi dong.
Umaku adalah resto sushi di daerah Cibubur, tepatnya di kompleks City Walk #26, Citra Grand Estate, Cibubur.
Ruangannya tidak besar dan hanya satu lantai, tapi makanan yang disajikan semuanya enak-enak, karena kokinya adalah mantan koki di resto jepang ternama yang ahli dalam meracik sushi. Selain sushi, banyak pilihan menu lainnya yang semuanya terlihat enak.
Menu selain sushi yang menjadi favorit dan gw coba malam itu adalah salmon teriyaki dan ebi tempura. Daging salmon yang segar dengan kuah teriyaki yang manis gurih dimakan dengan nasi putih, pas banget untuk perut lapar sehabis nyetir dari bendungan hilir-bintaro-cibubur. Ebi tempura yang crunchy sampai dipesan dua porsi. Poor my uncle, cuma boleh nyobain satu ekor udang karena harus diet.
Kalau Raiyan, dengan lahap menyantap nasi goreng sampai licin tandas dan makan sendiri pula. Hebat euy.
Untuk dessert, yang harus dicoba adalah ice cream green teanya, rasa pahit green tea dan segarnya es krim sangat pas. Memang tidak diragukan lagi kualitasnya, karena distributor es krimnya termasuk kelas premium.
Umaku adalah kata dalam bahasa Jepang yang berarti adalah skillfully atau secara trampil, bisa juga omahku dalam bahasa Jawa yang berarti rumah.
Sedangkan lambangnya adalah 2 ikan yang berarti lambang keseimbangan mutu makanan dan service yang baik.

Umaku
City Walk #26, Citra Grand Estate
Cibubur, Indonesia
Telp : 8430 3733 / 2
Buka Selasa – Jumat, Senin libur
12:00 - 3:00
6:00 - 11:00

The Kiosk, Jl Dago




Pagi di kota Bandung, sarapan yang paling asyik di satu tempat dengan bermacam-macam makanan tradisional.
Pilihan yang paling tepat adalah The Kiosk, berada di lt 2 resto Pizza Hut, Jl Dago, yang ternyata sudah buka sejak pukul 8.30 pagi.
Di ruangan yang berukuran tidak terlalu luas berjajar gerobak-gerobk makanan dan kios penjual makanan tradisional khas Bandung, seperti Lontong Kari Kebon Karet, Mie Kocok Kebun Jukut, Bubur Ayam Capitol, Bakso Malang Cipaganti, Batagor Mahmud, Pempek Rama, Baksotahu Tegalega, Mie Yogya Pak Karso, Gudeg Banda, Sate Hadori dan Iga Bakar Si Jangkung dan Tongseng Cipaganti (belum buka), Kedai Penyet Khas Jawa Timur serta nasi kuning dan nasi uduk. Pokoknya lengkap, tinggal pilih sampai puas, sesuai dengan kapasitas perut.

Tuesday 18 August 2009

Night @Jl Braga - Sumber Hidangan




Menginap di Hotel Aston, membuatku bisa jalan-jalan sore sekaligus mengeksplore Jl Braga, yang merupakan kawasan kota tua Bandung. Hotel Aston letaknya bersebelahan dengan Braga Citi Walk dengan tempat makan yang banyak berada di lantai dasar. Ada pula The Kiosk, tempat berkumpulnya makanan-makanan tradisional khas Bandung.
Berjalan menyusuri Jl Braga, menikmati arsitektur khas bangunan tempo dulu sangat menyenangkan. Bagi penyuka lukisan, banyak gallery lukisan terdapat di sini
Jangan sampai terlewat untuk mampir di toko roti jaman dulu Sumber Hidangan. Berdiri sejak tahun 1929 dengan nama Het Snoephuis, masih menyajikan roti dan kue dengan resep jaman dulu yang masih dipertahankan lengkap dengan nama-nama dalam bahasa Belanda. Suasana toko dan restonya juga tidak berubah dengan meja display roti dan kue plus timbangan jaman dulu yang besar, kasir tempat pembayaran plus hiasan radio jaman dahulu dan meja kursi yang masih sama seperti aslinya.
Es krimnya juga masih memakai resep es krim tradisional, pesanan saya es krim special sumber hidangan yang terdiri dari 5 macam jenis es krim yang ditaburi dengan kismis dan buah peach.
Selain Sumber Hidangan ada satu lagi resto jaman dulu yang berada di jl Braga ini yaitu Braga Permai, sayang tidak sempat mampir.

Sumber Hidangan
Jl. Braga No 20-22
Bandung

Tuesday 11 August 2009

Diskon 30% Gramedia Pluit Mall

Start:     Aug 11, '09
End:     Aug 17, '09
Location:     Emporium Pluit Mall, Lt 2, Jl Pluit Selatan Raya No. 10, Jakarta Utara
Tadi pagi lihat iklan di koran Kompas, diskon 30% Gramedia ada lagi...asyiiik..
tapi melihat tempatnya di Pluit langsung kecewa, yaaaa.............kok jauh banget siih...di Pluit.
Kalau ada yang tau tempatnya, minta informasinya dong, kalau lewat tol keluar dipintu tol mana ya? Soalnya long weekend belum ada acara, lumayan kan berburu buku diskonan. :)

Festival Layang-Layang @ Monas




Hari sabtu dan minggu tanggal 8 dan 9 Agustus kemaren banyak sekali acara di Jakarta. Dari acara music JavaRockinland di Ancol, festival kopi di jl Wijaya, pameran pangan nusa di jcc dan festiv al-layang-layang di ancol.
Gw kira festival laying-layang hanya ada di Ancol, ternyata hari Minggu diadakan juga di Monas. Taunya juga karena adik gw tiba-tiba diminta jadi MC di acara tersebut.
Kalau ada di monas yang dekat kenapa harus ke Ancol? Jadilah sehabis acara arisan di Ciledug pulangnya mampir ke monas dulu untuk melihat-lihat. Sewaktu datang sekitar jam 4-an, layang-layang besar yang terbang tinggal sedikit, kata adik gw sewaktu pembukaan lebih banyak lagi.
Tapi lumayanlah… masih ada beberapa layangan lucu yg masih terbang, selain layangan lain yang kecil2.

Thursday 6 August 2009

One Day Trip to Pulau Edam




Weekend di awal bulan Agustus dimulai dengan one day trip ke Pulau Edam bersama dengan Sahabat Museum. Ini PTD gw yang ke 3 setelah sekian lama nggak pernah ikutan PTD lagi, mungkin hampir 2 tahun.

Dari senayan menggunakan 2 bis menuju pelabuhan muara kamal. Bis tidak bisa sampai ke tempat kapal berlabuh sehingga harus jalan kaki terlebih dahulu melewati pasar ikan yang becek dan pasti bau amis.

Setelah pembagian life jaket sesuai dengan ukuran yang telah dipesan, naiklah kami semua ke dalam kapal yang telah ditentukan, semuanya ada 6 kapal ditambah 1 kapal untuk mengangkut konsumsi dan panitia.

Perjalanan ditempuh selama lebih kurang 2 jam. Ombak tidak terlalu besar dan tukang perahu kami membelokkan perahu sehingga melewati pulau bidadari, onrust, kelor dan ayer dari dekat dan sekitar jam 11 siang sampailah kami di pulau Edam. Dari kejauhan mercu suar yang berdiri kokoh telah terlihat.

Pulau Edam (awalnya berasal dari kata A. Dam – Amsterdam, lalu lama-kelamaan menjadi Edam atau Pulau Damar Besar (disebut Pulau Damar Besar karena banyak pohon damar tumbuh di sini); merupakan salah satu pulau yang terletak digugusan kepulauan Seribu. Di pulau ini berdiri tegak sebuah mercusuar yang disebut Vast Licht, setinggi 65 meter. Mercusuar ini, menurut catatan sejarah, dibangun pada tahun 1879 atas izin Raja ZM Willem III. Mercusuar ini seluruhnya dibuat dari besi pelat. Dan terdiri dari 272 anak tangga dengan 16 tingkat. Mercusuar ini berfungsi membantu navigasi kapal yang akan memasuki Pelabuhan Tanjung Priok. Mercu suar ini masih berdiri tegak walaupun ada gempa hebat yang diakibatkan Kratau meletus pada tahun 1883. dan konon ada kembarannya juga di Belanda sana.

Setelah seluruh kapal sampai di pulau, kami semua langsung menuju ke mercu suar dan mengagumi bangunannya yang kokoh serta semuanya langsung beraksi, apa lagi kalau bukan foto-foto. Foto mercu suar dan foto narsis. Dilanjutkan dengan presentasi dari pak Andy mengenai Abel Tasman dan Pak Lilie Suratmanto mengenai asal muasal Pulau Edam dan sejarahnya.

Acara dilanjutkan dengan taraa…..inilah yang ditunggu-tumggu, makan siang dengan lauk ikan bakar dari rm serba nikmat dan rendang buatan ibu Wisda plus lalapan segar. Hmmmmm…nikmat banget di makan bersama-sama di bawah pohon rindang yang teduh.

Setelah makan, peserta dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok yang termasuk bis 1 keliling pulau dan kelompok yang termasuk di bis 2 naik mercu suar.

Hutan di pulau ini cukup lebat sehingga resiko tersesat bisa terjadi, karena itu panitia mewanti2 kami semua supaya jangan sampai terpisah dari rombongan.

Di pulau Edam ini terdapat Makam Ratu Syarifah Fatimah, Wali Sultan Banten yang diasingkan ke sini setelah kejadian pemberontakan Banten. Ia adalah keturunan Arab yang meninggal pada tahun 1751.

Di sini juga terdapat bunker yang berfungsi sebagai baterij yaitu tanggul meriam. Benteng yang terletak di sebelah timur laut pulau yang sudah tak terlalu utuh dan tembok benteng juga sudah penuh dengan akar pohon raksasa dan tanaman menjalar serta ada pula sisa-sisa bangunan rumah Dinas Gubernur Jendral VOC (Johannes Champhuis yang dibangun tahun 1685).

Setelah hampir satu jam berkeliling pulau, berikutnya naik ke mercu suar. Capek tapi senang akhirnya bisa menikmati pemandangan dari atas mercu suar yang luar biasa indah dengan laut lepas membentang sejauh mata memandang. Tapi jangan melihat ke bawah....

Foto bersama, pembagian snack roti dan minuman mengakhiri perjalanan ke pulau Edam. Pulangnya melewati lagi pulau onrust dengan bentengnya yang cantik ditimpa cahaya matahari sore.