Monday 28 April 2014

Surprise Tour at Book Launching "Do What You Love"



Hari Selasa, tanggal 22 April 2014 saya mendapat undangan launching buku Do What You Love, Love What You Do karangan teman saya, Ira Latief.  Pertama kali bertemu Ira adalah pada saat trip ke Baduy Dalam dan setelah ngobrol ternyata Ira mempunyai cafe D’Marco yang lokasinya dekat dengan kantor saya. Jadilah saya mulai akrab dan sering mampir untuk merasakan martabak manis dan asin kreasi D’Marco. 
Alamat launching yang tertera di undangan adalah : Museum Nasional, waktu :  jam 10 pagi sampai dengan jam 2 siang.  Untung kantor saya fleksibel sehingga saya bisa ijin keluar kantor dan nanti balik lagi setelah makan siang. Pada undangan tertera dress code yang harus dipakai yaitu merah putih. Disesuaikan dengan cover buku Do What You Love yang merah dan putih. Sebelum launching saya memang sudah membeli buku tersebut saat pre order karena diskon dan mendapat hadiah notes kecil serta voucher martabak di D'Marco.

Pada hari H saya sudah sampai di Museum Nasional sekitar jam 10 lewat sedikit dan sempat mencari sampai ke dalam Museum karena menyangka acara launchingnya diadakan di sana. Setelah mencari dan tidak bertemu Ira, akhirnya saya bertanya kepada penjaga museum dan menurut beliau acaranya berlangsung di pelataran museum. Ah, akhirnya saya bertemu juga dengan Ira dan teman-teman dari Love Our Heritage yang menjadi organizer acara launching ini. Saya juga pernah mengikuti salah satu acara Love Our Heritage yaitu acara membatik di Kampung Batik Palbatu. Sehingga sudah tidak asing lagi. 

Sambil menunggu dan ngobrol dengan Ira ternyata lokasi Museum Nasional ini hanya digunakan untuk meeting point saja. Acara launching sebenarnya akan dilaksanakan di Museum Taman Prasasti di Jl Tanah Abang I. Hmm, tetapi sepertinya akan ada kejutan lain sebelum kami menuju ke lokasi launching sebenarnya. Pertanyaan tersebut baru terjawab ketika semua peserta dikumpulkan untuk diberi pengarahan sebelum acara dimulai. Dari jauh tampak bis tingkat City Tour Jakarta bergerak mendekat dan parkir di tempat kami berdiri. Wah, benar-benar surprise dan sesuai dengan tulisan yang tertera pada banner yang dibawa ke lokasi, Surprise Tour dan Launching Buku Do What You Love, Love What You Do. Sebelumnya saya tidak terlalu memperhatikan kata-kata surprise tour tersebut, sehingga menyangka acara launchingnya hanya di museum.  Seperti kata pepatah, Pucuk Dicinta Ulam Tiba, sudah lama saya ingin merasakan naik bis City Tour Kota Jakarta ini dan ternyata tanpa diduga saya akhirnya bisa merasakannya. Ah, senangnya. 


Me and Ira

Selain berprofesi sebagai penulis buku dan motivator, teman saya, Ira memang seorang tour guide.  Sehingga sesuai dengan judul buku yang dia tulis yang berisi passion mengenai kecintaan terhadap sesuatu yang dikerjakan akhirnya dituangkan ke dalam acara launching bukunya. Sungguh ide yang menarik. 

Saya juga baru tahu kalau bis wisata ini bisa di sewa pada hari biasa.  Jadi misalnya ada perusahaan yang ingin membooking bis ini untuk acara-acara kantor atau yang lain mungkin bisa mendatangi lokasi bis ini berada. Halte bis tempat kami naik kemarin adalah halte bis di depan Museum Nasional. Dan untuk halte lain yang saya ketahui sebagai tempat pemberhentian bis ini adalah di depan lapangan parkir IRTI Monas dan depan Sarinah Thamrin. Pada halte khusus untuk menunggu bis city tour terdapat plang dengan logo dan tulisan khusus, bus city tour. 

Setelah acara kata sambutan dan launching buku di bis bagian bawah, saya segera naik keatas  agar bisa merasakan pemandangan lebih jelas. Terakhir saya naik bis tingkat sepertinya adalah sekitar tahun 1992 ketika saya kuliah semester 1, setelah itu bis tingkat sudah tidak beroperasi lagi. Jadi ketika  bisa merasakan lagi naik bis tingkat, rasanya asyik juga.







melewati Istana Negara


 
Rute bis City Tour keliling Jakarta yang bernama Mpok Siti ini adalah dari Museum Nasional – Harmoni  - Pasar Baru – Lapangan Banteng - Katedral – Monas – Thamrin – Bunderan HI – Museum Nasional. Bis ini memang berjalan sangat pelan agar para wisatawan dapat puas menikmati pemandangan kota Jakarta dan menyimak panduan dan informasi yang diberikan oleh Tour Guide ketika melewati bangunan dan tempat-tempat yang bersejarah.  Oiya, selain tour guide-nya seorang wanita, supir bis ini juga seorang wanita loh.  Selain tour guide, di dalam bis wisata ini juga terdapat polisi wisata yang bertugas menjaga ketertiban penumpang yang naik ke dalam bis. Karena di dalam bis ini tidak diperbolehkan ada penumpang yang berdiri jadi jika penumpangnya banyak ya tetap harus antri sampai ada bis yang kosong. Jika hari libur peminat bis ini cukup banyak karena jumlah bis masih terbatas hanya 5 kendaraan. 


berfoto bersama


Setelah sekitar 45 menit perjalanan, bis akhirnya sampai kembali di depan Museum Nasional dan usai sesi foto bersama, kami berjalan kaki menuju Museum Taman Prasasti dengan dipandu oleh mas Aji dari Love Our Heritage. Sambil berjalan beliau memberikan informasi seputar tempat yang dilewati. Ketika melalui sungai yang berada di sepanjang jalan Abdul Muis, mas Aji bercerita bahwa dahulu sungai tersebut digunakan sebagai jalur transportasi dan asal usul kata tanah abang, yang dahulu tanahnya berwarna merah sehingga disebut habang yang artinya merah.
 
Setelah berjalan kaki di tengah cuaca panas terik akhirnya sampailah kami di tujuan utama surprise tour hari ini yaitu Museum (Taman) Prasasti yang terletak di Jl Tanah Abang I.  Sebelum masuk ke dalam sekali lagi sang penulis kita, Ira Latief, memberikan kata sambutan dan pemutaran trailer buku Do What You Love, Love What You Do. 
Kebetulan saya juga menyumbangkan foto saya disana, jadi silahkan di buka saja linknya ya..



 
Usai pemutaran Video tersebut, akhirnya kami masuk ke dalam untuk memulai penjelajahan di area museum Taman Prasasti.  Ini untuk pertama kalinya saya mengunjungi Museum ini yang ternyata memang menarik sekali. Museum ini memang berbeda dari museum yang lain karena berisi nisan-nisan makam orang-orang penting di jaman Belanda yang dimakamkan di sini. Nisan-nisan di sini tidak seperti nisan di pemakaman biasa pada umumnya, tetapi nisan tersebut bisa berbeda-beda bentuknya. Ada nisan yang berbentuk harpa, menara, buku dan berbagai jenis patung karya pemahat Eropa yang bertebaran di area makam, membuat museum ini pantas untuk dikunjungi. Highly recommended.

Perlu waktu yang agak lama untuk menelusuri satu demi satu makam-makam dan nisan-nisan tersebut dan membaca nama-nama yang tertera dan melihat wujud nisannya yang menggambarkan passion dari orang tersebut semasa hidup. Hal inilah yang menjadi dasar dari sang penulis membuat acara launching di sini, passion yang masih melekat pada diri seseorang walaupun orang tersebut telah tiada. 
Diresmikan pada tahun 1977 oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, museum ini sebelumnya hanya sebuah makam bernama Kebon Jahe Kober. Museum Taman Prasasti merupakan salah satu taman pemakaman umum tertua di dunia. Kuburan peninggalan zaman VOC ini sudah berusia 213 tahun. Kompleks pemakaman  yang dibangun tahun 1795 ini, dahulu bernama Kerkhof Laan dan merupakan pemakaman Eropa terbesar di Asia. Pemakaman ini menjadi tempat pemindahan nisan-nisan dari tempat pemakanan lain yang sudah penuh.  Setelah dirapihkan oleh pemerintah total ada sekitar 1200 nisan yang berada di sini.  

Selain itu di bagian ujung dari area kompleks museum terdapat suatu bangunan yang berisi replika bentuk makam tradisional dari seluruh Indonesia.  Memang belum teratur karena masih dalam proses perbaikan sehingga ruangannya masih panas dan berdebu. Tetapi jika sudah teratur nanti informasi yang disajikan pasti sangat menarik. 

Di sini juga ada keterangan mengenai sejarah orang terkenal yang makamnya terdapat di sini seperti Pangeran Pecah Kulit dengan tengkorak kepalanya, 
Makam istri Gubernur Jenderal Inggris Thomas Stamford Raffles, Olivia Mariamne Raffles, yang meninggal tahun 1814; Dr HF Roll (1867-1935), penggagas dan pendiri sekolah kedokteran STOVIA; Miss Riboet alias Miss Tjitjih (1900-1965);  dan makam aktivis muda nasional Soe Hok Gie (1942-1969). Makam Soe Hok Gie ini konon hanya nisannya saja, karena jenasahnya sendiri sudah diperabukan. Ada pula makam dari pastur pertama dari gereja Katedral, yang patungnya terdapat di tengah area pemakaman.  Terdapat juga kereta kuda yang dipakai oleh presiden pertama Ir Soekarno. 
Setelah puas menjelajah museum, saatnya acara makan dan minum serta tanya jawab dengan sang penulis. 
Sayang, saya harus meninggalkan lokasi lebih awal sehingga tidak bisa mengikuti acara selanjutnya. Menurut Ira, ada acara pelepasan burung merpati serta membuat martabak kreasi sendiri dilanjutkan dengan makan siang.
































 

Terimakasih untuk Ira yang telah mengundang saya, surprise tournya benar-benar berkesan. Saya pasti akan berkunjung lagi ke Museum Taman Prasasti ini. Semoga bukunya laris manis dan bisa jadi next best seller.