Garden of Morning Calm |
Sebelum
hari H, tour guide ke Nami Island yang saya booking sudah memberikan instruksi
melalui grup WA mengenai peraturan dan apa saja yang kami dapatkan selama
perjalanan. Kami diharuskan memakai masker due to Virus dan mendapat paket
breakfast roti dan air minum botol.
Pagi
harinya saya sudah siap jam 7 di TKP Mc Donald Myeongdong. Sampai di sana Ihha
teman saya sudah datang lebih dulu karena hotelnya terletak lebih dekat ke Mc
Donald.
·
Untuk penginapan Philstay ternyata ada beberapa lokasi. Yang
di Myeongdong ada di 3 lokasi. Philstay Myeongdong, Philstay Myeongdong Station
dan Philstay Boutique. Makanya waktu awal ngobrol sama Ihha kirain kita
menginap di Philstay yang sama eh nggak taunya beda. Tempat Ihha menginap
khusus untuk wanita. Kalau tempat saya kemarin sih, untuk penginapannya ada di
2 lantai, yang wanita dan keluarga di lantai 4 dan untuk pria di lantai 5.
Tepat jam 7.30
bis kecil yang membawa peserta sudah berangkat. Di pemberitahuannya memang
diberi tau kalau telat datang akan ditinggal. Beruntung teman saya 2 orang yang
kenal di grup BI pas datangnya sehingga tidak jadi ditinggal.
Tour guide kami
hari itu seorang wanita yang yang ramah. Memberi info kepada kami mengenai
tempat yang akan kami datangi hari itu, berapa lama waktu yang akan kami
habiskan di lokasi-lokasi tersebut dan ketika makan siang apa saja yang harus
kami lakukan serta info lainnya yang berhubungan dengan tur pada hari itu. Peserta tur kebanyakan adalah orang Indonesia,
hanya 2 orang yang dari Korea. Jumlah peserta sekitar 15 orang.
Pemberhentian
pertama kami adalah
The Garden of Morning Calm.
Taman seluas
30.000 m2 ini dibuka pada tanggal 11 Mei 1996 dan mempunyai koleksi lebih dari
5000 jenis tanaman. Namanya diambil dari
kutipan Rabindranath Tagore seorang pujangga India yang mejuluki Korea sebagai 'The Land Of
Morning Calm. Sebelum dibangun, konsep
Garden of Morning Calm pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Han Sang-Kyung
(Gardening Department, Sahmyook University). Misi awalnya adalah untuk membuat
taman dengan konsep Korean beauty untuk diperkenalkan kepada wisatawan asing.
Di taman ini terdapat
beberapa tema seperti yang terdapat di dalam buklet panduannya. Karena saat itu
musim dingin, daun-daun di pohon berguguran dan pemandangan taman menjadi
bernuansa coklat dan muram. Air di danau kecil disana juga masih tertutup
lapisan es tipis. Tetapi walaupun begitu taman tetap terlihat indah. Jika
datang pada musim semi atau panas, pemandangan akan berganti dengan taman yang
penuh dengan bunga berwarna warni.
Saat musim
dingin seperti ini biasanya terdapat Festival Cahaya dimana di seluruh taman
akan menjadi lautan cahaya yang berwarna warni. Pada musim yang lain seperti musim semi, musim
panas dan musim gugur, taman ini akan mengadakan festival yang berbeda.
Saya mulai
berjalan memasuki taman dan menyusuri jalan serta melihat lokasi taman sesuai
tema yang tercantum. Cloud Bridge, Eden Garden, Korean Theme Garden, J’s
Cottage Garden, Morning Calm Walk, Road to Heaven, Heaven Garden, Moonlight Garden,
Morning Plaza dan Conifer Garden. Puas
deh foto-foto di seluruh sudut taman ini.
·
Pastinya taman ini menjadi lokasi syuting drama korea.
Diantaranya adalah Love in the Moonlight yang dibintangi Park Bo Gum dan Kim
Yoo Jung, Perfume, Your House Helper, I'm Not a Robot dan Black.
Setelah semua
peserta kembali ke dalam bis, perjalanan kembali dilanjutkan.
Kami makan
siang di sebuah restoran yang berada 2 menit sebelum pelabuhan penyeberangan ke
Nami Island. Nama restorannya memakai huruf Hangeul sehingga saya tidak tau
artinya. Yang jelas disini menunya adalah Dakgalbi. Dakgalbi adalah ayam tumis
pedas adalah hidangan populer Korea yang dibuat dengan menumis daging ayam yang
dipotong berbentuk dadu yang telah diasinkan sebelumnya dalam rendaman saus
gochujang, serta dicampur dengan ubi jalar, kol, daun perilla, daun bawang,
tteok (kue beras), dan bahan-bahan lainnya. Setiap restoran dak-galbi biasanya
menyediakan piring besi panas yang terpasang di tengah meja. Selada dan daun
perilla juga disediakan untuk membungkus dak-galbi.
Karena kelompok
saya ada 4 orang kami berada di 1 meja dengan 1 piring besi panas di tengah
meja. Yang bertugas memasak adalah Ihha dan saya bertugas di bagian
dokumentasi. Merekam proses memasak daging ayam dan mencampurkan bahan-bahannya
dengan nasi. Yang setelah tercampur semuanya dapat dinikmati langsung atau
dibungkus dengan daun dan ditambah dengan kimchi. Kimchi di sini lebih enak,
tidak terlalu asam seperti yang pernah saya coba di Indonesia. Saya tidak
terlalu favorit dengan makanan Korea sehingga mencoba Dakgalbi juga baru ini.
Rasanya enak dan sesuai selera karena di luar dingin dan saat itu saya juga
sudah lapar. Sebelum masuk semua coat harus dilepas karena di dalam tempatnya
hangat tetapi pas kita menunggu di luar malah jadi kedinginan karena saya hanya
memakai longjohn saja.
Di restoran
tersebut juga menjual aneka snack sehingga peserta lainnya ada yang membeli
untuk oleh-oleh. Kami juga persiapan ke toilet dan setelah semua peserta
kembali ke dalam bis, perjalanan dilanjutkan.
Dan benar setelah
2 menit perjalanan bis kami memasuki pelabuhan penyeberangan ke Nami Island
yang bernama Gapyeong Wharf.
Nami Island
Oleh
pemerintahan Korea, Nami Island dianggap sebagai negara sendiri yang bernama
Naminara Republic sehingga ketika kami datang tampak tulisan Immigration di
papan kedatangan tempat karcis (yang disini disebut visa karena akan masuk ke
Republik Nami Island) kami diperiksa. Praktisnya ikut tur adalah semua tiket di
obyek wisata sudah dibelikan oleh pemandu. Sehingga kita tidak perlu
repot-repot lagi.
Ketika kami
sampai di depan pelabuhan, tampak tulisan di kapal We’re Naminarians. Oh,
ternyata itu sebutan bagi pengunjung Nami Island. Hehe... lucu juga ya.. Karena
berbentuk Republik, di sini juga ada mata uangnya dan dijual di Naminara
Republic Central Bank.
Bagi yang
menyukai tantangan menyeberang ke Nami Island bisa juga dengan menggunakan
Zipwire atau Flying Fox, tetapi lebih baik tidak usah karena biayanya sangat
mahal, sekitar 38000 won. Kata pemandu kami itu hanya untuk anak muda. 😊
Dalam waktu
sekejap kami sudah sampai di Nami Island, tidak terasa karena sambil foto-foto
dengan berbagai gaya. Sesampai disana saya segera mengeksplore pulau bersama
Ihha. Saat itu cuaca cerah dan panas, salju sudah tidak banyak lagi disana,
hanya tampak di sebagian tempat, yang langsung menjadi lokasi foto-foto.
Ternyata jalan kaki di atas tumpukan salju itu licin, walau sudah pakai sepatu
boot tetap licin.
Nami Island
terletak 63 km dari Seoul. Pulau ini terbentuk alami akibat pembangunan
bendungan pada tahun 1944. Luas areanya sekitar 460,000 meter persegi. Nami
diambil dari nama seorang Jenderal yang meninggal muda setelah menang melawan
perompak pada masa pemerintahan Raja Sejong, zaman dinasti Joseon. Nami
menyandang status UNICEF Child Friendly Park.
·
Nami Island menjadi terkenal setelah Drama Winter Sonata yang sukses tahun 2002, dibintangi oleh Bae Yong Joon dan Choi Ji Woo. Setelah itu menyusul drama lain yaitu
Winterreise dan Riverside song Festival.
Sambil berjalan
saya dan Ihha mencari patung Bae Yong Jun yang ternyata terlewat karena kami
sibuk foto-foto di spot foto sejuta umat, yaitu jalan diantara deretan
pohon-pohon besar. Setelah menyusuri pulau dan tidak menemukan patung tersebut
kami menanyakan kepada seorang guide yang ternyata dari Indonesia. Karena
patungnya terletak di sebelah kanan dari area pepohonan jadi terlewat karena
kami sibuk foto.
Setelah puas
menikmati Nami Island, kami segera kembali ke pelabuhan dengan kapal yang telah
menanti, tepat sekali dengan waktu yang telah ditentukan oleh tur guide.
Tidak menunggu
lama, bus kembali melucur menuju tujuan berikutnya yaitu :
Petite French.
Petite French
ini adalah miniature desa di kawasan Gapyeong County, Provinsi Gyeonggi,
terletak tidak terlalu jauh dari Nami Island, di tepi danau Cheongpyeong Dam.
Petite France ini merupakan hasil karya dari Hong Sob Han atau yang lebih
dikenal dengan Mr. Han, penggemar berat novel 'Little Prince', dan mengagumi
negara Prancis.
Ketika
rombongan kami memasuki kawasan Petite French langsung disambut oleh
pertunjukan boneka khas Prancis, Marionette. Pertunjukkan dilakukan di sebuah amphitheater
berbentuk lingkaran tepat disebelah pintu masuk. Cukup menarik pertunjukkan
bonekanya dengan 3 buah boneka kayu dan yang terakhir adalah boneka kayu
Michael Jackson.
Setelah
menonton kami foto-foto di miniatur menara Eiffel, menikmati kopi sambil duduk melihat
pemandangan alam dan berkeliling area Petite French sambil foto-foto lagi
karena tempatnya yang sangat eye catching, berwarna warni dan banyak tempat yang
Instagramable.
Menurut
web Visit Korea berikut tempat
yang bisa dinikmati disini :
1.
Saint-Exupery Memorial Hall: Memperlihatkan kehidupan Saing-Exupery, yang
dikenal sebagai sastrawan Prancis dan membukukan novel terkenal berjudul The
Little Prince.
2.
Orgel House: Berbagai kotak musik (orgel) dari berbagai negara eropa yang bisa
Anda nikmati melodi lembutnya.
3.
France Traditional House Exhibition Hall: Sebuah pengalaman untuk mencari tahu
kehidupan Prancis abad 19 bisa ditemukan di dalam France Traditional House ini.
4.
Antique Exhibit Hall: Nikmati dan bisa dibeli juga berbagai barang antik,
boneka-boneka, dan porselen dari negara-negara Eropa, termasuk Prancis.
5.
Marionette Dance Performance: Pertunjukan boneka tali (marionette) dari
Republik Chechnya.
6.
Permainan boneka: Permainan Eropa untuk anak-anak, gabungan dari guignol dan
marionette, boneka tradisional Prancis dan Chechnya.
7.
Penjelasan tentang orgel: Penawaran jasa untuk menjelaskan sejarah dari
berbagai orgel.
8.
Plaster art exhibition: Para pengunjung bisa melakukan seni lukis plester,
melukis sendiri dengan menggambar the Little Prince atau menara Eiffel.
Kalau
saya lebih banyak menghabiskan waktu dengan duduk-duduk menikmati suasana
menjelang sore dan foto-foto. Hanya sebentar saja masuk ke dalam lokasi no 4
dan melihat koleksi boneka di sana.
·
Bagi penggemar Drama Korea tampaknya lokasi ini menjadi
favorit, Beethoven Virus, Personal Taste, My Love from the Star, Secret Garden,
Great Friend Note – Girls Generation Episode and Running Man pernah syuting di
sini.
Sekitar
pukul 5 sore, bus kami akhirnya merapat kembali di lokasi keberangkatan, yaitu
Myeongdong. Saya dan Ihha akan melanjutkan kegiatan kami selanjutnya yaitu :
Shopping. Saya bukan type orang yang senang shopping dan melihat-lihat toko,
jadi memutuskan untuk berbelanja semua oleh-oleh di satu tempat yang sudah
pasti murah, La La Mart, Myeongdong. Saya membeli berbagai macam oleh-oleh
disana, mulai dari masker, aneka coklat, kripik, susu pisang, tshirt, kopi dan
lain-lain. Lengkap deh pokoknya. Dan... ketika harus membayar saya melakukan
kesalahan dengan membayar memakai uang tunai yang mengakibatkan uang tunai saya
nyaris habis.
Panik
dong.. karena saya merasa masih mempunyai simpanan uang tunai tetapi kok gak
ada. Untung saja ada Ihha yang membantu saya menemani mencari mesin ATM untuk
mengambil uang. Ini adalah pengalaman pertama saya mengambil uang di ATM ketika
di luar negeri. Saya merasa atm di sini agak membingungkan karena pilihan
bahasa inggrisnya hampir tidak terlihat. Ketika akhirnya kami bisa bertanya
kepada seorang mbak cantik yang lewat, akhirnya dengan sukses uang berhasil
keluar dari ATM. Mbak cantik itu ternyata orang Jepang yang mau masuk ke bilik
ATM untuk membantu.
Saya
menggunakan ATM Jenius dan mengambil 50.000 won. (setelah saya cek di
Indonesia, saya dikenakan kurs 12 won dan biaya 3600 won untuk sekali
penarikan.
Lega
karena sudah ada uang tunai lagi, kami melanjutkan perjalanan malam itu dengan
melihat-lihat deretan street food yang banyak terdapat di area Myeongdong. Saya
tertarik dengan outlet eggbun dan membelinya. Di rumah masih ada roti jadi
sepertinya makan eggbun ini cukup kenyang.
Setelah
itu saya dan Ihha berpisah di sini dan saya kembali ke hotel untuk
beristirahat.
No comments:
Post a Comment