Monday 22 June 2020

My Solo Trip to South Korea, Just Before Pandemic 2020 (3) : Hari ke 2 : The Garden of Morning Calm, Nami Island & Petite French



Garden of Morning Calm


Sebelum hari H, tour guide ke Nami Island yang saya booking sudah memberikan instruksi melalui grup WA mengenai peraturan dan apa saja yang kami dapatkan selama perjalanan. Kami diharuskan memakai masker due to Virus dan mendapat paket breakfast roti dan air minum botol.
Pagi harinya saya sudah siap jam 7 di TKP Mc Donald Myeongdong. Sampai di sana Ihha teman saya sudah datang lebih dulu karena hotelnya terletak lebih dekat ke Mc Donald.
·        Untuk penginapan Philstay ternyata ada beberapa lokasi. Yang di Myeongdong ada di 3 lokasi. Philstay Myeongdong, Philstay Myeongdong Station dan Philstay Boutique. Makanya waktu awal ngobrol sama Ihha kirain kita menginap di Philstay yang sama eh nggak taunya beda. Tempat Ihha menginap khusus untuk wanita. Kalau tempat saya kemarin sih, untuk penginapannya ada di 2 lantai, yang wanita dan keluarga di lantai 4 dan untuk pria di lantai 5.

Tepat jam 7.30 bis kecil yang membawa peserta sudah berangkat. Di pemberitahuannya memang diberi tau kalau telat datang akan ditinggal. Beruntung teman saya 2 orang yang kenal di grup BI pas datangnya sehingga tidak jadi ditinggal.
Tour guide kami hari itu seorang wanita yang yang ramah. Memberi info kepada kami mengenai tempat yang akan kami datangi hari itu, berapa lama waktu yang akan kami habiskan di lokasi-lokasi tersebut dan ketika makan siang apa saja yang harus kami lakukan serta info lainnya yang berhubungan dengan tur pada hari itu.  Peserta tur kebanyakan adalah orang Indonesia, hanya 2 orang yang dari Korea. Jumlah peserta sekitar 15 orang.

Pemberhentian pertama kami adalah 

The Garden of Morning Calm.

Taman seluas 30.000 m2 ini dibuka pada tanggal 11 Mei 1996 dan mempunyai koleksi lebih dari 5000 jenis tanaman.  Namanya diambil dari kutipan Rabindranath Tagore seorang pujangga India  yang mejuluki Korea sebagai 'The Land Of Morning Calm.  Sebelum dibangun, konsep Garden of Morning Calm pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Han Sang-Kyung (Gardening Department, Sahmyook University). Misi awalnya adalah untuk membuat taman dengan konsep Korean beauty untuk diperkenalkan kepada wisatawan asing.





















Di taman ini terdapat beberapa tema seperti yang terdapat di dalam buklet panduannya. Karena saat itu musim dingin, daun-daun di pohon berguguran dan pemandangan taman menjadi bernuansa coklat dan muram. Air di danau kecil disana juga masih tertutup lapisan es tipis. Tetapi walaupun begitu taman tetap terlihat indah. Jika datang pada musim semi atau panas, pemandangan akan berganti dengan taman yang penuh dengan bunga berwarna warni.
Saat musim dingin seperti ini biasanya terdapat Festival Cahaya dimana di seluruh taman akan menjadi lautan cahaya yang berwarna warni.  Pada musim yang lain seperti musim semi, musim panas dan musim gugur, taman ini akan mengadakan festival yang berbeda.

Saya mulai berjalan memasuki taman dan menyusuri jalan serta melihat lokasi taman sesuai tema yang tercantum. Cloud Bridge, Eden Garden, Korean Theme Garden, J’s Cottage Garden, Morning Calm Walk, Road to Heaven, Heaven Garden, Moonlight Garden, Morning Plaza dan Conifer Garden.  Puas deh foto-foto di seluruh sudut taman ini.

·        Pastinya taman ini menjadi lokasi syuting drama korea. Diantaranya adalah Love in the Moonlight yang dibintangi Park Bo Gum dan Kim Yoo Jung, Perfume, Your House Helper, I'm Not a Robot dan Black.

Setelah semua peserta kembali ke dalam bis, perjalanan kembali dilanjutkan.
Kami makan siang di sebuah restoran yang berada 2 menit sebelum pelabuhan penyeberangan ke Nami Island. Nama restorannya memakai huruf Hangeul sehingga saya tidak tau artinya. Yang jelas disini menunya adalah Dakgalbi. Dakgalbi adalah ayam tumis pedas adalah hidangan populer Korea yang dibuat dengan menumis daging ayam yang dipotong berbentuk dadu yang telah diasinkan sebelumnya dalam rendaman saus gochujang, serta dicampur dengan ubi jalar, kol, daun perilla, daun bawang, tteok (kue beras), dan bahan-bahan lainnya. Setiap restoran dak-galbi biasanya menyediakan piring besi panas yang terpasang di tengah meja. Selada dan daun perilla juga disediakan untuk membungkus dak-galbi.







Karena kelompok saya ada 4 orang kami berada di 1 meja dengan 1 piring besi panas di tengah meja. Yang bertugas memasak adalah Ihha dan saya bertugas di bagian dokumentasi. Merekam proses memasak daging ayam dan mencampurkan bahan-bahannya dengan nasi. Yang setelah tercampur semuanya dapat dinikmati langsung atau dibungkus dengan daun dan ditambah dengan kimchi. Kimchi di sini lebih enak, tidak terlalu asam seperti yang pernah saya coba di Indonesia. Saya tidak terlalu favorit dengan makanan Korea sehingga mencoba Dakgalbi juga baru ini. Rasanya enak dan sesuai selera karena di luar dingin dan saat itu saya juga sudah lapar. Sebelum masuk semua coat harus dilepas karena di dalam tempatnya hangat tetapi pas kita menunggu di luar malah jadi kedinginan karena saya hanya memakai longjohn saja.
Di restoran tersebut juga menjual aneka snack sehingga peserta lainnya ada yang membeli untuk oleh-oleh. Kami juga persiapan ke toilet dan setelah semua peserta kembali ke dalam bis, perjalanan dilanjutkan.

Dan benar setelah 2 menit perjalanan bis kami memasuki pelabuhan penyeberangan ke Nami Island yang bernama Gapyeong Wharf.

Nami Island



Oleh pemerintahan Korea, Nami Island dianggap sebagai negara sendiri yang bernama Naminara Republic sehingga ketika kami datang tampak tulisan Immigration di papan kedatangan tempat karcis (yang disini disebut visa karena akan masuk ke Republik Nami Island) kami diperiksa. Praktisnya ikut tur adalah semua tiket di obyek wisata sudah dibelikan oleh pemandu. Sehingga kita tidak perlu repot-repot lagi.
Ketika kami sampai di depan pelabuhan, tampak tulisan di kapal We’re Naminarians. Oh, ternyata itu sebutan bagi pengunjung Nami Island. Hehe... lucu juga ya.. Karena berbentuk Republik, di sini juga ada mata uangnya dan dijual di Naminara Republic Central Bank.

Bagi yang menyukai tantangan menyeberang ke Nami Island bisa juga dengan menggunakan Zipwire atau Flying Fox, tetapi lebih baik tidak usah karena biayanya sangat mahal, sekitar 38000 won. Kata pemandu kami itu hanya untuk anak muda.  😊







Dalam waktu sekejap kami sudah sampai di Nami Island, tidak terasa karena sambil foto-foto dengan berbagai gaya. Sesampai disana saya segera mengeksplore pulau bersama Ihha. Saat itu cuaca cerah dan panas, salju sudah tidak banyak lagi disana, hanya tampak di sebagian tempat, yang langsung menjadi lokasi foto-foto. Ternyata jalan kaki di atas tumpukan salju itu licin, walau sudah pakai sepatu boot tetap licin.








Nami Island terletak 63 km dari Seoul. Pulau ini terbentuk alami akibat pembangunan bendungan pada tahun 1944. Luas areanya sekitar 460,000 meter persegi. Nami diambil dari nama seorang Jenderal yang meninggal muda setelah menang melawan perompak pada masa pemerintahan Raja Sejong, zaman dinasti Joseon. Nami menyandang status UNICEF Child Friendly Park.

·        Nami Island menjadi terkenal setelah Drama Winter Sonata yang sukses tahun 2002, dibintangi oleh Bae Yong Joon dan Choi Ji Woo. Setelah itu menyusul drama lain yaitu  Winterreise dan Riverside song Festival.

Sambil berjalan saya dan Ihha mencari patung Bae Yong Jun yang ternyata terlewat karena kami sibuk foto-foto di spot foto sejuta umat, yaitu jalan diantara deretan pohon-pohon besar. Setelah menyusuri pulau dan tidak menemukan patung tersebut kami menanyakan kepada seorang guide yang ternyata dari Indonesia. Karena patungnya terletak di sebelah kanan dari area pepohonan jadi terlewat karena kami sibuk foto.

Setelah puas menikmati Nami Island, kami segera kembali ke pelabuhan dengan kapal yang telah menanti, tepat sekali dengan waktu yang telah ditentukan oleh tur guide.

Tidak menunggu lama, bus kembali melucur menuju tujuan berikutnya yaitu :

Petite French.


Petite French ini adalah miniature desa di kawasan Gapyeong County, Provinsi Gyeonggi, terletak tidak terlalu jauh dari Nami Island, di tepi danau Cheongpyeong Dam. Petite France ini merupakan hasil karya dari Hong Sob Han atau yang lebih dikenal dengan Mr. Han, penggemar berat novel 'Little Prince', dan mengagumi negara Prancis.









Ketika rombongan kami memasuki kawasan Petite French langsung disambut oleh pertunjukan boneka khas Prancis, Marionette. Pertunjukkan dilakukan di sebuah amphitheater berbentuk lingkaran tepat disebelah pintu masuk. Cukup menarik pertunjukkan bonekanya dengan 3 buah boneka kayu dan yang terakhir adalah boneka kayu Michael Jackson.
Setelah menonton kami foto-foto di miniatur menara Eiffel,  menikmati kopi sambil duduk melihat pemandangan alam dan berkeliling area Petite French sambil foto-foto lagi karena tempatnya yang sangat  eye catching, berwarna warni dan banyak tempat yang Instagramable.
Menurut web  Visit Korea  berikut tempat yang bisa dinikmati disini :
1. Saint-Exupery Memorial Hall: Memperlihatkan kehidupan Saing-Exupery, yang dikenal sebagai sastrawan Prancis dan membukukan novel terkenal berjudul The Little Prince.
2. Orgel House: Berbagai kotak musik (orgel) dari berbagai negara eropa yang bisa Anda nikmati melodi lembutnya.
3. France Traditional House Exhibition Hall: Sebuah pengalaman untuk mencari tahu kehidupan Prancis abad 19 bisa ditemukan di dalam France Traditional House ini.
4. Antique Exhibit Hall: Nikmati dan bisa dibeli juga berbagai barang antik, boneka-boneka, dan porselen dari negara-negara Eropa, termasuk Prancis.
5. Marionette Dance Performance: Pertunjukan boneka tali (marionette) dari Republik Chechnya.
6. Permainan boneka: Permainan Eropa untuk anak-anak, gabungan dari guignol dan marionette, boneka tradisional Prancis dan Chechnya.
7. Penjelasan tentang orgel: Penawaran jasa untuk menjelaskan sejarah dari berbagai orgel.
8. Plaster art exhibition: Para pengunjung bisa melakukan seni lukis plester, melukis sendiri dengan menggambar the Little Prince atau menara Eiffel.
Kalau saya lebih banyak menghabiskan waktu dengan duduk-duduk menikmati suasana menjelang sore dan foto-foto. Hanya sebentar saja masuk ke dalam lokasi no 4 dan melihat koleksi boneka di sana.
·        Bagi penggemar Drama Korea tampaknya lokasi ini menjadi favorit, Beethoven Virus, Personal Taste, My Love from the Star, Secret Garden, Great Friend Note – Girls Generation Episode and Running Man pernah syuting di sini.

 Myeongdong at Night 

Sekitar pukul 5 sore, bus kami akhirnya merapat kembali di lokasi keberangkatan, yaitu Myeongdong. Saya dan Ihha akan melanjutkan kegiatan kami selanjutnya yaitu : Shopping. Saya bukan type orang yang senang shopping dan melihat-lihat toko, jadi memutuskan untuk berbelanja semua oleh-oleh di satu tempat yang sudah pasti murah, La La Mart, Myeongdong. Saya membeli berbagai macam oleh-oleh disana, mulai dari masker, aneka coklat, kripik, susu pisang, tshirt, kopi dan lain-lain. Lengkap deh pokoknya. Dan... ketika harus membayar saya melakukan kesalahan dengan membayar memakai uang tunai yang mengakibatkan uang tunai saya nyaris habis.
Panik dong.. karena saya merasa masih mempunyai simpanan uang tunai tetapi kok gak ada. Untung saja ada Ihha yang membantu saya menemani mencari mesin ATM untuk mengambil uang. Ini adalah pengalaman pertama saya mengambil uang di ATM ketika di luar negeri. Saya merasa atm di sini agak membingungkan karena pilihan bahasa inggrisnya hampir tidak terlihat. Ketika akhirnya kami bisa bertanya kepada seorang mbak cantik yang lewat, akhirnya dengan sukses uang berhasil keluar dari ATM. Mbak cantik itu ternyata orang Jepang yang mau masuk ke bilik ATM untuk membantu.
Saya menggunakan ATM Jenius dan mengambil 50.000 won. (setelah saya cek di Indonesia, saya dikenakan kurs 12 won dan biaya 3600 won untuk sekali penarikan.






Lega karena sudah ada uang tunai lagi, kami melanjutkan perjalanan malam itu dengan melihat-lihat deretan street food yang banyak terdapat di area Myeongdong. Saya tertarik dengan outlet eggbun dan membelinya. Di rumah masih ada roti jadi sepertinya makan eggbun ini cukup kenyang.
Setelah itu saya dan Ihha berpisah di sini dan saya kembali ke hotel untuk beristirahat.



No comments:

Post a Comment