Setelah menunggu selama 6 bulan akhirnya tibalah saat yang ditunggu-tunggu, my first trip to Thailand dengan tujuan Phuket. Seiring dengan dibukanya jalur penerbangan langsung dar i Jakarta – Phuket dengan maskapai Air Asia, promosi harga murahpun diberlakukan, apalagi jika membeli dengan kartu kredit HSBC- Air Asia. So, kesempatan emas ini tidak dilewatkan oleh adik saya. Rencana awal pergi ber 4 tetapi karena jadwal beli dan terbang yang lumayan lama, akhirnya yang jadi berangkat hanya 3 orang. Awalnya, adik saya juga nyaris batal berangkat karena ada urusan kerjaan yang tidak bisa ditinggal tetapi akhirnya bisa diakali, pulang lebih awal dengan membeli tiket dengan harga normal. Rugi sih, tapi beginilah resikonya jika memesan tiket jauh lebih awal apalagi jaraknya sekitar 6 bulan, banyak hal bisa terjadi.
Sebulan sebelum keberangkatan, adik saya, Vany, mulai sibuk browsing untuk mencari informasi mengenai Phuket. Sesekali saya membantu mencarikan informasi tetapi yang menyusun itinerary semuanya adalah dia bersama temannya. Karena dari awal status saya hanya diajak. Katanya, saya nggak boleh protes. Apalagi ini trip saya pertama ke luar negeri. Jadi ya sutralah… hehe.
Untuk paspor saya membuatnya dengan menggunakan jasa travel agen. Kebetulan sekalian memperpanjang paspor suami yang sudah habis dan membuat paspor untuk anak saya. Travel agennya berada di Jakarta Barat sehingga pembuatan paspor dilakukan di kantor Imigrasi Jakarta Barat yang terletak di kompleks museum Fatahilah, Jakarta Kota. Pengurusannya cukup praktis, foto copy dokumen yang diperlukan cukup dikirimkan melalui pos, lalu diberikan jadwal untuk foto dan wawancara 4 hari setelah dokumen diterima dan sekitar 8 hari kerja kemudian paspor sudah bisa diambil. Harga yang diberikan adalah Rp. 500 ribu untuk paspor dewasa dan Rp. 700 ribu untuk paspor anak-anak. Kalau harga normal dengan melalui proses mengisi formulir dan lain-lain kalau tidak salah sekitar Rp. 275 ribu. Tetapi bagi saya yang harus kerja sepertinya cukup membuang waktu jadi terpaksa membayar lebih mahal untuk sedikit lebih praktis.
Setelah urusan paspor selesai, urusan penukaran uang jangan sampai dilupakan. Menurut rekomendasi teman, money changer yang ratenya bagus adalah di Blok M Plaza lantai 2 depan lift, maaf namanya lupa. Saya menelfon untuk menanyaka rate baht dan ternyata sebesar Rp 290 untuk 1 baht. Teman kantor mengusulkan untuk menanyakan ke Ayumas Gunung Agung yang lebih dekat dari kantor dan ternyata ratenya sama. Jadilah saya menukarkan ke sana, tetapi sayangnya mereka hanya memiliki pecahan besar 1000 baht, untuk pecahan kecil tidak ada. Tapi saya tetap menukar di sana, sedangkan Vany menukar ke money changer di blok M Plaza dan mendapatkan pecahan-pecahan kecil, 100 dan 200 serta 500 baht.
Untuk penginapan, sudah booking melalui online di SOM Guest House di daerah Patong beach dengan rate sebesar 700 baht semalam untuk kamar dengan 3 bed. Fasilitas ac, kamar mandi dengan shower air panas, kulkas dan TV layar lebar. Vany hanya memesan 2 malam dengan asumsi bisa dengan mudah perpanjang karena kami mempunyai rencana pindah hotel.
Akhirnya hari H pun tiba, sebenarnya kondisi saya kurang fit, masih sering batuk, tetapi the show must go on. Jadwal keberangkatan pesawat adalah 11.20. Taxi ke Bandara berangkat pukul 9 supaya masih banyak waktu untuk makan dan tidak terburu-buru, tetapi ternyata semua bisa berubah.
Sekitar jam 9.30, perjalanan menuju bandara lancar dan taxi langsung ke terminal 3 dengan asumsi penerbangan ke luar negeri dengan Air Asia dari terminal 3 yang khusus Air Asia. Dan ternyata ketika kami akan masuk petugasnya memberi tahu kalau ternyata penerbangan Air Asia ke Phuket tetap dari terminal 2D khusus keberangkatan ke luar negeri. Walah, gimana sih infonya… dengan menumpang bis bandara kami bergegas ke terminal 2 D dan langsung check in, tanpa bagasi untuk menghemat waktu di bandara Phuket, tidak perlu antri lagi. Setelah itu kami makan di AW hingga sekitar pukul 10.30.
Kesalahan kedua terjadi, kami tidak memprediksi bahwa antrian di imigrasi akan panjang karena banyaknya orang yang akan umroh. Jadi, setelah mendapat bukti bebas fiskal, kamu segera antri imigrasi yang panjang banget penuh dengan orang-orang akan umroh dari berbagai macam tour. Yang membuat saya makin BT petugas imigrasinya terlihat lambat sekali, sehingga membuat saya bertambah cemas. Nggak lucu dong, gagal ke Phuket gara-gara ketinggalan pesawat dengan alasan konyol karena terhambat antrian imigrasi. Yang ada saya ngomel panjang lebar ke adik saya yang sudah sering bepergian ke luar negeri sebelumnya, tidak memprediksi antrian imigrasi yang lama. Mungkin sewaktu adik saya pergi sebelumnya, tidak bersamaan dengan waktu umroh sehingga antrian tidak sepanjang ini. Yang menyebalkan, sewaktu sedang cemas menunggu antrian, sempat-sempatnya ada petugas dari sebuah travel umroh yang menawarkan untuk mendapatkan fasilitas imigrasi cepat tetapi dengan membayar Rp. 300 ribu. Buset deh, mbak.. yang bener aja .. Beruntung, saat itu ada petugas dari Air Asia sehingga saya bisa pesan untuk ditunggu karena masih antri imigrasi.
Bayangkan, waktu keberangkatan sudah tinggal 15 menit lagi ketika akhirnya petugas imigrasi bertampang jutek, yang sepertinya sengaja berlama-lama, selesai mencap paspor saya. Itupun saya masih harus lari-lari karena jarak imigrasi dan terminal 4D jauh sekali ditambah masih ada pemeriksaan petugas terhadap barang bawaan. Di sini botol dengan cairan sebanyak lebih dari 100 ml sudah pasti tidak akan lolos, pengecualian, ternyata cairan softlens saya diperbolehkan.
Akhirnya, lega banget rasanya bisa duduk di kursi pesawat setelah harus dobel sport jantung karena stress takut ketinggalan pesawat dan lari-lari menuju terminal. Pesawat segera berangkat tidak lama setelah kami duduk, kondisi pesawat hanya terisi setengahnya memungkinkan penumpang untuk pindah menempati kursi-kursi kosong di deretan belakang. Lumayan bisa lebih leluasa selonjoran. Perjalanan Jakarta – Phuket ditempuh selama sekitar 3 jam dan tidak ada perbedaan waktu. Pengumuman diberikan dalam bahasa Thai dan bahasa Inggris logat Thai sehingga agak kurang jelas.
Sampai di Phuket , antrian imigrasi lancar, petugasnya dengan ramah sedikit bertanya mengenai lama tinggal dan kota tempat tempat tinggal saya di Indonesia. Beda banget dengan petugas imigrasi jutek di bandara sana. *keluh*
Di depan bandara kami diserbu oleh supir-supir taxi yang menawarkan jasa antar ke tempat tujuan turis. Rata-rata menawarkan harga sekitar 600 baht menuju hotel kami di Patong area. Entah bagaimana, akhirnya kami memilih supir taxi yang bernama Saichon dengan taxi vios matiknya yang berwarna abu-abu, penuh dengan bekas-bekas cat sisa acara Songkran Festival hari sebelumnya. Pak sopirnya tidak terlalu lancar berbahasa Inggris, membuat agak sulit berkomunikasi dan bikin frustasi karena banyak yang hendak ditanyakan tetapi yang bersangkutan tidak mengerti.
Sayang sekali ketika kami datang acara Songkran Festival sudah selesai dan tanggal 14 April, ketika kami datang, adalah hari Libur di sana. Festival Songkran merupakan hari perayaan nasional untuk menyambut Tahun Baru Thai. Dan acara saling siram menyiram air merupakan tradisi di masyarakat, sehingga bisa dibayangkan suasana meriah yang terjadi akibat perayaan tersebut. Sayang sekali we missed that moment. Karena justru setelah tanggal tersebut tiketnya berharga murah.
Perjalanan ke daerah patong area melalui jalan raya beraspal mulus. Udara panas sekali siang itu, sepertinya lebih kering dari pada Jakarta. Semua billboard dan tanda penunjuk memakai aksara Thai sehingga sulit dimengerti. Suasana kota, deretan rumah penduduk dan ruko-ruko di sepanjang jalan tidak terlalu jauh berbeda dengan Jakarta dan kota-kota lain di Pulau Jawa.
Tiba-tiba, di tengah jalan, supir taxi berhenti di suatu tempat yang ternyata adalah sebuah travel. Hmm..saya mulai mencium gelagat tidak beres. Saya pernah membaca, sudah hal yang biasa di Thai apabila supir taxi bekerja sama dengan travel atau toko tertentu untuk mendapat komisi .
Ketika kami masuk ke dalam ruangan kantor travel tersebut, disambut oleh seorang wanita, yang setelah basa-basi menanyakan asal kami, langsung menawarkan beberapa paket tour, diantaranya ke Phiphi Island dan James Bond Island. Harga yang ditawarkan lumayan mahal, kata adik saya sebesar 3000 baht, dimana harga normal sekitar 1100 – 1500 tergantung fasilitas yang diberikan. Akhirnya setelah pembicaraan yang lumayan lama, kami berhasil menghindar dari paksaan untuk mengikuti paket tour yang ditawarkan. Bayangkan saja, bagaimana tidak mencurigakan kalau kami harus membayar paket tour pada saat itu juga, tidak diberi kesempatan untuk berpikir dan mereka tidak bersedia memberikan nomor telepon yang bisa dihubungi. Untungnya pak supir taxinya baik, masih bersedia melanjutkan perjalanan mengantar kami ke hotel walau kami tidak jadi mengambil paket tour di travel tersebut.
SOM Guest House terletak dekat Patong Beach, pemiliknya adalah orang Korea. Mirip-mirip daerah kuta di Bali, jadi hampir semuanya berisi penginapan untuk turis mancanegara. Tidak terlalu jauh pula dari Bangla Road, tempat hiburan malam yang paling terkenal di Phuket. Semuanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki dari hotel. Jadi lumayan irit kalau hendak berjalan-jalan. Tempat makan juga tidak susah, banyak supermarket Seven Eleven dan Family Mart. Dekat situ juga ada tenda yang menjual seafood, yang baru buka menjelang malam, persis di Benhil deket rumah.
Sayang pemesanan kamar untuk 3 orang melalui online hanya untuk dua malam, dan malam setelahnya ternyata sudah ada yang booking, so, we have move ke guest house sebelahnya dengan ukuran kamar yang lebih kecil dan harus membayar 200 baht lebih mahal karena tidak melalui pemesanan online.Jadi lebih baik pesan langsung sekaligus melalui online supaya mendapat harga lebih murah.
Kamarnya cukup bagus untuk harga 700 baht (sekitar Rp. 210 ribu, 1 baht sekitar Rp. 300,-). Bed ukuran single 3 buah dengan ac, shower air panas, dan kulkas serta lemari dan TV layar datar 17 inchi. Sayang acnya agak panas, mungkin karena suhu udara di luar yang memang panas banget dan kering. Sambil beristirahat kami membicarakan rencana trip selanjutnya.
Sore hari, mulai mencari informasi mengenai paket tour ke Phiphi Island, di SOM Guest House juga ada paket tour yang ditawarkan, tetapi harganya lumayan sebesar 1500 baht. Menurut info ada paket yang seharga 1100 baht. Mungkin yang 1500 baht itu paket yang lebih eksklusif. Kami memutuskan hendak mencari paket lain yang lebih murah dimana di sepanjang jalan ke pantai Patong, banyak sekali booth kecil di pinggir jalan yang menawarkan paket-paket tour. Selain ke Phiphi Island, ada paket tour ke Pha Nga Island alias James Bond Island. Paket city tour dengan kunjungan city tour sekitar Phuket, seperti air terjun, rafting, elephant trekking, agrowisata, semuanya hampir sama dengan yang ada di Indonesia. Serta pantai-pantai lain selain Patong, seperti Pantai Kamala, Kata, Karon dan lain-lain.
Hampir jam 18.30 malam ketika matahari tenggelan di pantai Patong. Pantainya mirip dengan pantai Kuta tetapi relative lebih bersih. Yang menyebalkan, banyak anjing yang berkeliaran menyebabkan adik saya dan temannya ketakutan. Sebenarnya saya juga takut anjing, tapi masih bisa-lah jaim sedikit. Sambil menikmati makanan kecil yang dijual di gerobak pedagang yang mangkal di area sekitar pantai, kami menikmati suasana pantai sore hari. Makanan yang dijual adalah bermacam-macam satai, ada daging ayam, hati ayam, daging sapi, sosis, dan lain-lain yang semuanya sudah berbumbu, kita hanya tinggal memilih jenis yang disuka dan setelah dipanggang tinggal disantap. Harga per tusuk 20 baht.
Ada juga abang yang membawa pikulan berisi cumi kering yang digantung serta telur ayam. Sampai sekarang masih penasaran makanan apa yang dijual bapak itu, tapi untuk bertanya sepertinya percuma karena pasti dia tidak bisa menjelaskannya dalam bahasa Inggris, so dari pada frustasi lebih baik nggak usah nanya deh. Waktu ada orang yang beli, cumi dan telur itu digabung jadi satu di kantung plastik. Masih penasaran nih, apa ya jualan orang itu. Mau beli takut rasanya aneh, nanti malah sakit perut.
Dari pantai kami berjalan kaki dengan sambil mencari makan dengan tujuan akhir Junceylon Mall. Dan di jalan inilah kami mendapatkan paket dengan harga lumayan murah untuk besoknya ke Phiphi Island. Sebesar 1100 baht dengan fasilitas antar jemput ke hotel, tour guide, alat snorkeling dan makan siang. Siplah. Untuk paket ke Phanga Island ditawarkan 1200 baht. Penjaga booth ini seorang anak muda bernama Byu, yang ramah dan sangat informatif. Dia memberikan informasi, bahwa hampir semua travel yang mengelola paket ke Phiphi Island memberi harga 1000 baht, jadi setelah sampai di agen kecil seperti yang dikelola Byu ini harga bisa berubah tergantung margin keuntungan yang ingin didapat.
Makan malam akhirnya di pilih di resto di pinggir pantai dengan makanan ala thai. Pemiliknya anak muda keturunan china-thai dengan ramah mengajak kami ngobrol. Makanan yang dipesan sup tom yam gung (udah pasti), thai fried rice dan pad thai. Yang paling enak tom yum-nya, rasa pedas dan asamnya benar-benar menggigit, rempah-rempahnya terasa sekali. Padahal kami sudah memilih tingkat kepedasan yang medium. Pad Thai nya memakai mie seperti soun tetapi rasanya standard.
Sempet mampir di mini market Seven Eleven yang banyak sekali di sana, menurut informasi ada sekitar 5000 minimarket Seven Eleven di seluruh Thailand. Mungkin seperti Indomaret di Indonesia. Tetapi di sana memang Seven Eleven yang mendominasi dan buka 24 jam. Kalau sedang ingin makan murah meriah kami makan burger di sini hanya 20 baht, sandwich isi tuna 10 baht, roti isi coklat hanya 6 baht. Pilihan minumannya, self service, tinggal masukkan es batu tinggal pilih cappuccino, thai ice tea atau yang lain. Selama di sini saya keranjingan thai ice tea, hampir setiap hari saya mampir di seven eleven atau Family Mart (minimarket yang lain) untuk membelinya. Harganya 14 baht ukuran kecil, bahkan terakhir ada harga khusus 15 baht ukuran medium. Sedapppp!!
Catatan : saat ini sudah ada beberapa Seven Eleven yang membuka gerainya di Jakarta, menyediakan makanan self service seperti hot dog serta disediakan tempat buat duduk-duduk, menyasar segmen anak muda Jakarta yang suka ngumpul.
Jalan kaki menuju mall Junceylon melewati kawasan Bangla Road yang terkenal dengan bar-bar dan kehidupan malam Thai. Dimana banyak turis asing bersama dengan gadis-gadis Thai yang nggak jelas, apakah itu perempuan asli atau lady boy. Tetapi kami merasa aman-aman saja jalan di sana. Seseruan foto-foto dan menikmati suasana malam. Jalan kaki di sana sampai malampun tidak terasa khawatir.
JUNGCEYLON MALL, mall dekat Pantai Patong, lumayan besar bertingkat 3. Di sini terdapat resto-resto cepat saji seperti Mc Donald dan Burger King serta Swensens dan hypermart Careffour. Di lantai dasar terdapat tempat jualan cindera mata khas Thailand dengan harga yang bisa ditawar dengan kualitas yang lumayan baik. Menjelang jam 10 malam, ada booth DJ di halaman mall dan banyak anak muda yang ber break dance ria di sini.
Pulangnya, karena capek, kami memutuskan mencarter tuk-tuk seharga 200 baht. Tuk-tuk ini mirip angkot di indo. Besok-besoknya karena persediaan uang yang makin menipis kami akhirnya berjalan kaki saja apabila pulang dari mall yang ternyata tidak terlalu jauh
Bersambung yaa... ke Day 2.
tar balik lagi ke album ini deh.. soalnya bulan depan juga mo ke sini ;)
ReplyDeletemasih ada hari 2, 3 dan 4 yen....masih di upload foto2nya..
ReplyDeleteketoprak ala thailand yah vit :)
ReplyDeleteseruu dan informatif mba :)
ReplyDeletekalo nuker uang, kayaknya deketan ke VIP,
ReplyDeletesebelah gedung juang
juga lebih banyak jennis pecahan, mata uangnya.
ga pake acara mandi2, berenang2 to
pake doong, om...kan masih bersambung... ke hari-hari selanjutnya... :)
ReplyDeletehehe..thanks, dimanapun tempatnya, kalau namanya liburan pasti seru ya..
ReplyDeleteini pad thai, mie goreng ala thai.
ReplyDeletehalo mba ervita
ReplyDeletemau tanya, som guesthouse nya itu booking online websitenya apa ya?
takut salah booking online nih :)
tengkyu...
Ini websitenya : www.somguesthouse.hostel.com, have a nice trip ya...
ReplyDeletekeren-keren
ReplyDeletepaket umroh januari 2014