Wednesday, 21 April 2010

One Day @Bandung -Part 2




Akhirnya jadi juga acara jalan-jalan ke Bandung, hari Rabu tanggal 7 April 2010. Sempet ditunda beberapa kali karena Finka ada acara dan terakhir doi sakit pinggang pula, tapi akhirnya semua ok pada tanggal yang ditetapkan. Henny sudah ambil cuti dan saya juga cuti dadakan. Sebenernya sudah ada tanda-tanda mau kena flu, tapi kalau ditunda lagi, bisa-bisa nggak jadi deh.
Pool keberangkatan di pondok indah, setelah mengantar Maura ke sekolahnya, kemudi beralih, karena Finka masih sakit pinggang kalo nyetir lama-lama. Penyesuaian mengemudi dengan menggunakan transmisi otomatik berjalan mulus dan mobil langsung diarahkan menuju Bandung melalui tol JORR. Karena hari biasa dan lewat tol JORR tidak terlalu macet dibandingkan lewat tol cawang, so mobil bisa dimaksimalkan sampai kecepatan 120, pokoknya minimal 80, sampe yang punya mobil stress berat di bangku belakang. Sempat hampir salah jalan, mau bablas ke arah Cirebon, untung masih bisa motong ke arah kiri walau bikin mobil lain BT, salah satunya travel Cipaganti. Hehe, Maap..maap…pak.. *sambil kasih senyum manis*
Ini pertama kalinya saya nyetir Jakarta - Bandung lewat tol, sebelumnya pernah juga ke Bandung sama Finka, tapi naik travel dan sesampainya di Bandung kita sewa mobil.
Total perjalanan Jakarta-Bandung kali ini hanya 1,5 jam saja, dan sekitar jam 10.00 sudah masuk tol Pasteur. Hore…akhirnya bisa istirahat karena kalau di dalam kota Bandung, Finka yang bertugas menyetir. Doi udah khatam jalan-jalan di Bandung secara udah beberapa tahun tinggal di sana.
Setelah berdiskusi mengenai tujuan awal tempat makan, akhirnya kita memutuskan makan di Lo Mie, Jl. Imam Bonjol . Selain Lo Mie, di sini ada beberapa gerobak makanan yang berjualan, seperti batagor dan es sekoteng Bungsu. Tapi yang kami pesan hanya Lo Mie dan es Sekoteng, satu porsi untuk rame-rame karena bakal masih banyak lagi tempat makan yang mau didatengin jadi harus atur isi perut supaya nggak kepenuhan.
Lo Mie ini memakai jenis mie yang besar dan kuahnya agak kental dan manis, topingnya daging ayam cincang, sawi yang generous, beserta pangsit rebus dan bakso. Hmm..yummy… Dengan dessert es sekoteng Bungsu, mantap banget sarapan kali ini.
Setelah Lo Mie, mampir ke RM Angkasa dengan menu yang terkenal di sini adalah Gado-gadonya, tetapi karena masih kenyang, kita hanya pesan asinannya saja. Lagi nggak selera makan asinan, jadi skip aja nggak nyobain.
Lanjuut… next stop berikutnya, kali ini request dariku, yaitu ke Roemah Kopi, di Jl Terusan Ranca Kendal. Di sepanjang jalan ini banyak terdapat kafe di mulai dari Wale alias Warung Lela yang ngetop dengan mie ayamnya di ujung dan masih ada beberapa kafe lain. Semuanya menjual view ke arah perbukitan dago pakar.
Interior Café Roemah Kopi bergaya rumahan yang penuh dengan pernak pernik jaman dulu. Terdapat teras-teras dengan kursi kayu atau kalau datang berombongan bisa memilih tempat lesehan yang nyaman dengan bantal-bantal. Pemandangan di belakang kafe adalah perbukitan Dago Pakar, sayang, terlihat juga pemandangan genting-genting rumah penduduk, jadi agak kurang menarik.
Menu yang ditawarkan, serba –serbi kopi sesuai nama cafenya, kalau nggak salah saya pesen minuman kopi bernama Havana, yang berupa campuran kopi dengan es krim vanilla dan caramel. Kalau Finka pesen ice chocholate. Untuk jenis makanannya nggak sempet memperhatikan, karena niatnya emang cuma ngupi-ngupi.
Di sini, mbak Janti salah satu teman dari milis Jalansutra yang bertempat tinggal di Bandung datang menyusul dengan membawa lemper Purnama yang sedang kondang itu. Lempernya dibungkus cantik di dalam wadah karton dan ada 3 rasa, original, ayam dan tuna. Satu bungkus isi 6 buah, masing-masing rasa 2 buah. Yang tuna rasanya pedas, tetapi isian yang lain –ayam, cenderung manis. Jadi memang tergantung selera, untuk yang nggak suka manis sepertinya bakal kurang cocok. Lempernya sendiri pulen dan empuk dan menurut info tidak cepat basi. Tempat jualannya adalah di Jl. Dipati Ukur No. 53, Citi Trans Pool.
Kami mengobrol akrab dan saling bertukar cerita. Mbak Janti bercerita tentang Villanya yang baru selesai dibangun di daerah Dago atas dengan nama Villa Putih jadi dalam rangka sekalian meninjau villa jadi bisa mampir. Terima kasih banyak mbak, atas lempernya. Jadi kesampean deh mencicipi lemper Purnama.
Setelah puas ngopi-ngopi, lanjut lagi untuk makan siang ke RM Ibu Haji Ciganea, Jl. Merak, belakang Telkom. Kalo di sini mah kesenangannya Finka, karena sekalian mau beli untuk di bawa pulang. Makan siang dengan menu ayam goreng yang gurih serta lalapan dan sambal khasnya yang pedas, olala.. enak bener deh. Di dinding resto banyak sekalin komen dari para selebriti yang pernah makan di sini, jadi sambil makan bisa sambil baca-komen-komennya. Oh iya, sekarang namanya sudah berubah dari RM Ibu Haji Ciganea menjadi RM Ibu Haji Cijantung Purwakarta. Dari info yang didapat di Detikfood, info dari karyawannya juga, perubahan ini karena ada pertikaian antara anak-anak bu Haji. Walah..kok jadi gitu ya. Tapi mudah-mudahan rumah makan ini tetap eksis karena memang sudah ada cabangnya di mana-mana.
Selesai makan siang, masih sekitar jam 2, tujuan berikutnya adalah Hansen, café kecil yang nyaman di Jl Cibeunying. Mau nyobain cinnamon rollsnya, selain itu ada carrot cake dan beberapa cake lainnya. Cafenya kecil tapi nyaman, asyik buat ngobrol-ngobrol sama temen. Tetapi Cinnamon Rollnya kurang memenuhi selera, masih lebih enak yang di Plaza Senayan, Sint Cinnamon. Kalau Carrot Cakenya lumayan enak. Lembut.
Oh iya, sebelumnya mampir dulu di tukang jual awug di pinggir jalan Cisangkuy. Awug adalah makanan tradisional khas Sunda, yang terbuat dari tepung beras, gula merah dengan taburan kelapa parut. Dibuat bentuk kerucut besar yang diletakkan di atas daun pisang, penjualnya seorang ibu setengah baya tinggal memotong-motongnya sesuai pesanan. Untuk kotak ukuran kecil harganya Rp. 6000,- yang sedang Rp. 10.000. Karena manisnya gula merah awugnya sampai dikelilingi lebah. Ini karena ibu penjualnya yang bilang, itu bukan lalat ya, neng, itu lebah karena gula merahnya. Iya deh, bu. Di sini sempet-sempetnya foto-foto, membuat orang-orang di mobil yang lewat melihat kita, berasa artis deh… hehe..
Setelah kenyang makan roti dan cake di Hansen, lanjut lagi dengan tujuan selanjutnya, membeli oleh-oleh di batagor Kingsley dan Kartika Sari, Jalan Dago yang segala aya jadi tinggal pilih, mau brownies, mollen, cheese stick, kue basah dan aneka camilan kering. Tempatnya juga udah lebih besar, dua lantai, dilengkapi dengan beberapa gerai makanan. Biarpun hari biasa, tempat ini selalu penuh. Sekalian juga mampir ke Evieta Klappertart di salah satu FO.
Karena hari sudah sore dan hujan rintik-rintik mulai turun kami memutuskan untuk mengakhiri one day trip ke Bandung , karena masih akan singgah di Somay Tulen di peristirahatan tol Cipularang. Kali ini request dari Henny yang penasaran sama Somay Tulen setelah dibawakan temannya. Seperti apa sih penampakannya? Hmm.. ternyata ya hanya somay biasa sepertinya, tetapi kuah kacangnya lebih kental dan sudah pedas karena lansung diberi sambal. Kalau tidak salah harganya per satuan Rp. 3500,-
Tugas nyupir beralih lagi dan tetep biarpun menjelang malam, kalau udah di tol bawaannya mau ngebut aja biar cepat sampai. Pepatahnya berubah, biar cepat asal selamat dan sekitar 1,5 jam, sudah sampai di tol dalam kota. Berhenti di Bulungan untuk mengantar oleh-oleh dan setelah itu aku pulang ke benhil naik taxi.
Total tempat makan yang didatangi adalah 9, masih kalah dari kunjungan ke bandung sebelumnya yang sampai 11 tempat.
Rencana berikutnya sih pengen nginep di Bandung trus ke obyek-obyek wisata, biar tambah seru.



3 comments:

  1. Apa sih rahasianya... Jago makan tapi kok teteeeep aja langsing2?

    ReplyDelete
  2. Apa iya? Aku kalo olah raga makannya makin kenceng... Bukannya langsing malah lanjut... hahahha...

    ReplyDelete