Saturday 27 March 2010

Suatu malam di mie Suradi, Apjay, Panglima Polim




Baru jadi teman tapi sudah diajak makan-makan ulang tahun. Itu terjadi sama aku, hari selasa yang lalu. Keberadaan mie Suradi alias mie jawa ini memang tidak terlalu jauh dari rumahku, tapi belum ada kesempatan untuk mampir. Lokasi tepatnya adalah di depan alfa mart, sebelah Apotik Jaya, Panglima Polim, di suatu jalan yang memang banyak tempat makan. Tapi mie jawa ini bukan resto, hanya berupa tenda di pinggir jalan dengan beberapa buah kursi. Konon kabarnya, mie jawanya enak, dan masih dimasak dengan cara tradisional alias memakai arang.
Tempat makan ini salah satu favorit teman-teman Bulunganku dan aku selalu tidak pernah bisa makan-makan bersama mereka karena jam makan yang berbeda. Mereka selalu makan ketika aku sudah bersiap untuk tidur. Yup, tepat sekali, waktu makan di mulai ketika jam menunjukkan waktu mendekati dini hari. Males banget nggak sih.. makan pas tengah malem gitu.. impossible banget untuk aku bisa ikut, apalagi kalau hari biasa.
Tapi hari selasa itu tekad sudah bulat, kan alasannya jelas, mau ditraktir makan sama salah seorang sesepuh di sana. Jadi kali ini, tidak ada yang tidak mungkin.
So, sekitar jam 21.30 an malem aku janjian sama Dea untuk ke Bulungan sebagai base camp sebelum menuju ke warung mie. Janjian sama Deanya juga sempet hampir gagal, karena ternyata si kecil itu nggak tau jalan dari kampusnya. ups.. gawat.. ngerjain anak orang nih judulnya.
Singkat cerita, karena salah satu dari teman ada yang sakit, jam 11an kita baru sampai di TKP. Kalau dilihat dari nama warung yang tertulis di spanduk sepertinya namanya bukan mie Suradi, tapi mie jawa Apjay cabang panglima polim. Pemiliknya, yang bernama Suradi, adalah seorang bapak, berpostur agak gemuk dengan muka ceria dan berkumis, sudah sangat akrab dengan sesepuh-sesepuh Bulungan, yang sudah biasa nongkrong di sini.
Kalau tidak salah rombongan kami sekitar 10 orang, dan pesanan di masak secara kolektif. Jadi, yang dimasak pertama kali adalah pesanan nasi goreng, ada dua jenis nasi goreng kampung sangit, pesenan yang empunya hajat, serta nasi goreng bumbu kebuli. Icip-icip dikit, hmmm... boleh juga rasanya, nasi gorengnya kering, bumbunya pas, begitu pula dengan nasi goreng kebulinya. Walau bumbunya tidak segarang nasi kebuli ala timur tengah tapi cukup enak.
Setelah nasi goreng selesai dimasak, berikutnya adalah pesanan mie goreng, yang ini aku nggak sempet nyicipin. padahal Tasya, yang duduk di sebelahku, pesan mie goreng, sepertinya, aku sedang sibuk menyimak cerita yang berulang tahun tentang nostalgia beliau sewaktu jadi pengantar gadis-gadis pulang malam. hehe....
Pesananku akhirnya datang juga, karena tidak terlalu menyukai mie goreng, aku akhirnya pesen mie rebus, padahal di sini yang jadi favoritnya yang serba goreng, mie goreng dan nasi gorengnya. Tapi namanya mie jawa ya.. harusnya yang dicoba mie rebus dong.. Dihidangkan dalam mangkuk sedang, porsinya lumayan banyak, mienya lebar dan tipis, sedikit lebih kecil dari kwetiaw. Campurannya seperti mie jawa umumnya, mienya di masak beserta kol dan diaduk dengan telur. Rasanya, hmmm..seger, kuahnya terasa ringan dengan racikan bumbu khas tanpa penambahan msg yang berlebihan. Karena asyik makan, jadi lupa mau ditambahkan irisan cabe rawit. Pasti jadi lebih mantap. Untuk makanan malam-malam sehabis hujan, nggak salah kok, pesen mie rebus. Pokoknya lain kali kudu dan harus pesen mie gorengnya...
Akhir malam itu ditutup dengan happy ending alias sampai di rumah dengan selamat tepat jam 00.30 malam. Diantar naik apa dan dengan siapa? rahasia ah... hehe...
Anyway, busway, terimakasih banyak buat traktirannya..kapan-kapan kalau ada makan-makan lagi, jangan segan-segan mengajak, siapa tau bisa gabung, walau tengah malam...

No comments:

Post a Comment