Thursday 25 January 2018

Beautiful Labuan Bajo : Hari Ke 4, P Padar, P Rinca and Back to Labuan Bajo



Semalam kapal membawa kami berlayar mendekati pulau Padar, dan ketika pagi menjelang, saat langit masih gelap, kami sudah bersiap naik ke kapal kecil yang membawa kami ke pantai Pulau Padar.










Kami kembali naik ke atas bukit melalui tanjakan yang cukup terjal di beberapa tempat dan akhirnya tiba di tempat pemberhentian pertama untuk foto-foto. Pemandangannya sangat menakjubkan. Kita bisa melihat tiga pantai dengan tiga warna pasir yang berbeda yaitu putih, hitam dan pink. Di perhentian pertama ini kami menemukan spot foto terbaik dan bergantian kami mengambil gambar. Sambil menunggu saya asyik menikmati pemandangan yang tiada duanya. Sangat bersyukur akhirnya bisa menginjakkan kaki ke tempat ini.

Setelah beres foto-foto di tempat ini, kami melanjutkan lagi perjalanan hingga sampai di lokasi perhentian ke dua. Karena lebih ke atas pemandangan 3 pantai semakin jelas.  Kami berhenti lagi untuk foto-foto dan melanjutkan lagi naik sampai perhentian ke 3 dimana pemandangan lebih jelas dan lebih memukau. Karena sudut pengambilan gambar menjadi lebih luas. Laut dan langit biru berpadu serasi dengan  bukit-bukit berwarna keemasan membuat betah berlama-lama disana. Kalau tidak diingatkan oleh tour guide kami rasanya sih malas pulang. Apalagi harus melalui turunan yang cukup terjal dan licin. Cuaca juga mulai panas.

Pulau Padar adalah pulau ketiga terbesar di kawasan Taman Nasional Komodo, setelah Pulau Komodo dan Pulau Rinca.Pulau Padar menurut kabar yang beredar pada jaman dahulu, merupakan pulau yang dihuni oleh Komodo sebelum mereka punah karena kekurangan hewan untuk dimangsa dan komodo tersebut tidak mati begitu saja, melainkan mereka berenang pindah ke Pulau Komodo dan Pulau Rinca. Letak Pulau Padar cenderung lebih dekat dengan Pulau Rinca dibandingkan dengan jarak ke Pulau Komodo dan dipisahkan oleh Selat Lintah. Pulau Padar juga diterima sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, karena berada dalam wilayah Taman Nasional Komodo, bersama dengan Pulau Komodo, Pulau Rinca dan Gili Motang.

Sampai di kapal kami sarapan dan setelah itu menikmati saat-saat terakhir berada di kapal dengan duduk-duduk menikmati pemandangan laut. Sambil menikmati secangkir kopi dan makan cemilan .. duh, serasa surga dunia dan malas rasanya kalau mengingat trip ini hampir berakhir.

Menjelang tengah hari kami merapat ke dermaga Pulau Rinca. Yes, kami akan menengok sang Komodo itu. Setelah proses administrasi selesai, ada salah satu anggota trip kami yang suaminya orang asing sehingga harus membayar lebih, kami diberi arahan oleh ranger mengenai do and dont't selama berada di pulau ini. Karena bulan Juli sedang musim kawin untuk para komodo, mereka lebih banyak beredar dan bersembunyi sehingga komodo akan jarang ditemui berkeliaran. Tetapi sudah ada seekor komodo yang berada di dekat tempat tinggal para ranger yang berupa rumah panggung terbuat dari kayu. Selain tempat tinggal para ranger ada pula rumah panggung yang digunakan sebagai warung untuk menjual makanan dan minuman serta souvenir patung komodo. 


















Sebelum memulai trekking pak ranger memberi pengarahan terlebih dahulu. Beliau juga menjelaskan karena sedang musim kawin kami tidak akan menemukan komodo berkeliaran tetapi tetap akan bisa foto bersama komodo yang berada di dekat rumah para ranger tersebut. Kami bergantian berfoto dengan  kamera HP masing-masing di titik yang sudah ditentukan oleh Ranger dan beliau yang akan mengambilkan fotonya dengan angel tertentu sehingga komodo yang aslinya berukuran sedang bisa tampak besar jika dilihat di foto. Ah, keren lah pokoknya.  Cukup puas walaupun tidak bisa bertemu dengan komodo ketika sedang trekking. Apalagi kami hanya mengambil short trekking saja yang membutuhkan waktu 1-1,5 jam perjalanan, melalui padang savana dan naik ke atas bukit, membuat kesempatan untuk melihat komodo lebih kecil.  Panas luarbiasa, sehingga kami ingin cepat-cepat mengakhiri acara trekking hari itu. Oh iya, kami juga melihat sarang tempat komodo bertelur selama trekking ini. Terdapat 3 model sarang komodo yaitu tipe gundukan, sarang bukit, dan sarang tanah.
Kedalaman lubang adalah  2-3 meter. Di situlah komodo betina menaruh telur mereka,
Musim kawin komodo terjadi sekitar bulan Juli-Agustus, sebulan setelah itu komodo betina meletakkan telurnya. Seekor komodo betina  dapat menghasilkan telur sampai lebih dari 30 butir dalam satu musim.
Telur-telur tersebut, akan menetas sekitar 6 bulan setelah dikubur dalam sarangnya, yaitu sekitar bulan Februari atau Maret tahun berikutnya. 
Yang patut diperhatikan sebelum mulai trekking bagi wanita yang sedang haid harap melapor kepada ranger karena penciuman komodo yang tajam membuat mereka sangat sensitif akan bau. 

Karena kami ikut paket tur yang sudah diarrange oleh travel lokal di Labuan Bajo, mereka telah memilih untuk mengunjungi pulau Rinca untuk melihat komodo. Selain di pulau Rinca, kita bisa melihat komodo di Pulau Komodo. Komodo di Pulau Komodo lebih besar ukurannya dari pada di Pulau Rinca karena Pulau Rinca lebih kering menyebabkan makanan lebih sulit sehingga ukuran komodo lebih kecil. Perbedaan yang lain adalah komodo di pulau Rinca lebih ganas dan agresif. Hmm, kalau misalnya bisa memilih sih saya lebih suka melihat komodo yang ukurannya lebih besar. 

Usai berpanas-panas di Pulau Rinca kami disambut dengan hidangan makan siang terakhir di kapal yang rasanya lebih banyak macamnya dari sebelumnya. Mungkin menghabiskan stok makanan yang ada di kapal. Puas dan kenyang membuat saya dan teman saya Virna menghabiskan waktu di kapal dan menikmati saat-saat terakhir perjalanan sedangkan yang lain turun untuk snorkling dan menikmati pulau Kelor yang cantik. Pulau Kelor ini merupakan pulau yang lokasinya paling dekat dengan Labuan Bajo, sehingga sering dijadikan persinggahan terakhir sebelum kapal kembali ke Labuan Bajo. 





Kami berdua menghabiskan waktu dengan ngobrol dengan bapak salah satu ABK yang bertugas untuk menjemput mereka yang turun ke Pulau. Menurut beliau, banyak awak kapal wisata yang berasal dari Bima. Bahkan kapal yang kami tumpangi ini pun pemiliknya orang Bima. Beliau juga bercerita mengenai tragedi kapal terbalik yang tadi kita temui dalam perjalanan ke Pulau Kelor. Perairan di Taman Nasional Komodo, juga terkenal memiliki arus laut yang berbahaya dan tidak dapat diprediksi karena merupakan pertemuan arus Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik. Jika nahkoda kurang mahir kapal bisa tenggelam dihantam ombak. 

Sekitar pukul 3 sore kami semua sudah dalam perjalanan pulang kembali ke Labuan Bajo. Detik-detik trip yang menyenangkan akan berakhir. Walaupun masih ada satu malam lagi di Labuan Bajo dimana kami akan beristirahat dan leyeh-leyeh di hotel La Prima Labuan Bajo. 


Hotel ber bintang 4 ini  terletak di Pantai Pede di Labuan Bajo. Dikelilingi oleh perbukitan yang indah, hotel ini juga memiliki pantai pribadi yang cantik berpasir putih. Laprima Hotel Flores berjarak 10 menit berkendara dari Pelabuhan Labuan Bajo dan Terminal Bus Labuan. Sungguh tempat beristirahat yang sempurna bagi kita yang sudah 3 hari berada di lautan. 


Saat yang lain beristirahat, saya sudah dijemput oleh teman kuliah saya untuk berjalan-jalan keliling Labuan Bajo untuk melihat guest house milik teman yang baru dibangun di sana. Bangunannya unik dengan mural keren menghiasi dinding luar guest house dan letaknya juga cukup strategis karena hanya 3 menit dari Bandara dan bisa ditempuh dengan jalan kaki. Cocok untuk turis ala backpacker yang banyak menghabiskan waktu di luar. 








Setelah itu kami melihat hotel yang satu lagi yang baru dibangun dan letaknya agak diluar kota Labuan Bajo. Hotel ini berada di atas bukit dengan pemandangan lautan lepas dan mempunyai open bar dimana wisatawan dapat duduk-duduk di bar sambil menikmati sunset dan sunrise. 





Setelah itu saya makan di RM Padang di Jl Sukarno Hatta, mencicipi Gelato di Scooperific La Creperie, mampir membeli oleh-oleh kopi Flores dan akhirnya kembali ke hotel untuk beristirahat. 











No comments:

Post a Comment