Sunday 12 February 2017

My 1st Solo Traveling to Bangkok (Day 3)



Jam 5 pagi alarm di HP saya berbunyi. Di tengah gelapnya kamar saya ganti baju lari dan ke kamar mandi untuk sikat gigi dan cuci muka serta akhirnya berjalan keluar hostel. Di depan hostel saya bertemu dengan cowok yang jaga di resepsionis dan sempat ngobrol. Saya memberitahukan bahwa nanti siang saya akan check out dan menuju bandara Don Muang untuk kembali ke Jakarta dengan pesawat Air Asia. 

Sayang sekali, cowok tersebut tidak bisa membantu memberikan alternatif bus untuk menuju ke Bandara Don Muang dan hanya menyarankan untuk naik Taxi.
Padahal sewaktu browsing di internet tadi malam saya menemukan alternatif bus yang menuju ke sana dan harganya tentu saja jauh lebih murah.
Saya mulai berlari kecil menuju ke dermaga Phra Atit lagi, melalui jalanan Khao San yang mulai menggeliat dengan aktivitas usai keramaian malam sebelumnya. Jalanan tempak masih basah oleh air hujan tadi malam. Beberapa orang melihat saya sekilas tetapi mereka tampak tidak peduli. Saya juga tidak merasa takut berlari sendirian di tengah orang-orang yang berada di sana. Cuaca pagi itu masih agak gelap karena mendung sisa hujan tadi malam.
Karena hanya berjarak sekitar 2 km, dalam sekejap saya sudah sampai di dermaga yang masih sepi. Tidak ada seorangpun berada di sana. Informasi yang saya dapat kapal pertama yang berjalan pada pagi hari adalah pukul 5.30 pagi.
Saya berdiri di pinggir sungai sambil melihat dengan cemas ke arah sungai yang penuh dengan tanaman enceng gondok. Jangan-jangan karena hujan semalam, sungai dipenuhi dengan tamanan tersebut dan kapal tidak jalan.

Ternyata rasa cemas saya tidak beralasan, lamat-lamat terdengar bunyi peluit yang nyaring di tengah udara pagi itu yang dingin dan mendung. Ah, lega rasanya, kapal akhirnya datang juga. Ternyata walaupun sungai penuh dengan tanaman enceng gondok, kapal masih bisa berlayar. Mungkin memang tanaman itu tidak mengganggu kapal.
Saya segera naik ke atas kapal yang sudah penuh dengan anak sekolah dan para pekerja kantoran. Saya mengikuti jalur seperti pada hari pertama, saya turun di dermaga yang terdapat stasiun BTS dan ketika bertanya ke petugas bahwa saya akan ke Lumpini Park saya diberi tahu untuk turun di Stasiun Silom.
Dan benar saja, dari stasiun saya tinggal turun di pintu keluar yang mengarah ke Lumpini park dan akhirnya saya sudah tiba di Taman terluas di Bangkok tersebut. Dari atas jembatan saya bisa melihat ke bagian depan taman dimana terdapat patung dengan ukiran khas Thailand.
Ah senangnya akhirnya bisa berlari di taman ini. Sejak senang olahraga lari saya memang selalu menyempatkan diri untuk berlari di setiap kota yang saya datangi. Dan sudah jadi impian saya kalau ke Bangkok saya akan berlari di sini.









Lumpini park ini mempunyai luas 0,57 km persegi dan terletak  di Distrik Sarthorn, di pusat Kota Bangkok yang dikelilingi gedung-gedung pusat bisnis dan perkantoran. Tepatnya di persimpangan Jalan Ratchadamri dan Rama IV. Taman ini dibangun pada tahun 1920an mengambil nama tempat Buddha dilahirkan di Nepal. Buka mulai pukul 4.30 pagi sampai 11 malam dan gratis.
Setelah puas berfoto ria saya segera mulai aktivitas lari pagi keliling taman. Saya banyak berhenti untuk foto-foto karena taman yang cantik ini penuh dengan sudut yang bagus untuk foto-foto. Di tengah taman terdapat danau luas yang indah.
Oh iya, ketika saya ke sana pagi itu sepertinya ada kebakaran di suatu tempat karena asap tebalnya terlihat dari tamani. Ketika saya berhenti untuk melihat ke arah asap itu, saya sempat diajak ngobrol memakai bahasa Thai dengan seorang bapak yang berdiri di sebelah saya. Saya hanya mengangguk sambil tersenyum saja. Hahaha, pasti saya dikira gadis Thai. Karena masih berasal dari Asia Tenggara penampilan saya memang tidak terlalu berbeda dengan cewek-cewek di Bangkok. Malah sewaktu saya ke Phuket beberapa tahun lalu saya sering dikira cewek Filipina. Malah ketika saya sedang berjalan sendirian di pantai Kuta pun saya dikira cewek Filipin. Itu sih asal banget yang bilang. hehehe
Saya berlari sejauh 5km dan mengakhiri acara lari hari itu dengan makan bekal untuk sarapan yang saya beli tadi malam. Saya sarapan sambil menikmati pagi yang tenang di tepi danau. Bangku-bangku yang nyaman memang disediakan di seputar taman dan di tepi danau. 

Tak terasa hari sudah semakin siang, saya harus bergegas kembali ke hostel untuk check out dan ke bandara. Sengaja lebih cepat karena akan memakai transportasi bus supaya lebih murah. 

Saya memggunakan rute yang sama dengan rute berangkat tadi pagi. Sewaktu menunggu kapal ternyata lebih lama dari biasanya. Dan saya sempat bingung karena ada dua dermaga dimana dermaga yang satu lagi khusus untuk kapal wisata. 

Akhirnya saya sampai juga di hostel setelah sebelumnya mampir dulu makan coconut ice cream di Khao San. Ini adalah makanan yang harus dicoba jika berada di Bangkok. Es krim kelapa yang lembut di letakkan di dalam batok kelapa yang sudah dibentuk kotak. Enak banget. Kalau tidak.bisa menahan diri pengennya sih makan 2 porsi. 


Setelah selesai packing dan menukarkan kunci dengan deposit sebesar 100 Baht saya segera berjalan menuju halte bus dekat Democracy Monument. 

Disini saya melakukan kesalahan fatal yaitu lupa nomor bus untuk menuju ke bandara Don Muang. Dan saya lupa mencatatnya di HP saya, alhasil saya naik bis yang salah dan terbawa ke arah Istana Royal Palace.  Saya agak panik karena waktu berjalan terus dan bandara Don Muang entah berada dimana. Saya sempat bertanya ke cewek yang duduk disebelah saya yang karena tidak terlalu lancar bahasa Inggris akhirnya menelpon seseorang dan memberikannya kepada saya. Saya harus naik bis dengan arah sebaliknya. Jadi saya harus turun dari bis dan menyeberang. Tetapi karena sudah telat saya terbawa sampai Royal Palace dan ikut sampai bis memutar dan baru turun di halte berikut. Kondektur bis sudah menuliskan nomor bus yang seharusnya saya naiki. 

Untunglah tanpa menunggu terlalu lama bis saya akhirnya datang juga. Saya segera naik dan duduk manis di pinggir jendela. 
Rasa cemas kembali datang ketika bis tidak kunjung sampai ke tujuan. Saya takut sekali ketinggalan pesawat karena jika hal itu terjadi saya harus mengeluarkan biaya tambahan yang cukup besar untuk membeli tiket baru. 

Akhirnya bis berhenti di terminal Mo Chit, terminal akhir dari rute bis yang menuju bandara dan saya langsung melompat keluar untuk bertanya kepada seseorang.  Panik to the max rasanya karena seperti berada in the middle of nowhere. Saya tidak mengira kalau Mo Chit ini adalah terminal besar dengan bermacam-macam rute bis ke seluruh Bangkok.
Saya bertanya kepada orang yang berada di terminal dan diberi tau bahwa saya harus naik bis lagi yang menuju ke halte tempat bis A1 menuju bandara. 
Saya sempat mengatakan bahwa akan naik taksi saja karena bis tampaknya masih lama berjalan. Tetapi karena melihat muka saya panik, wanita tadi yang ternyata adalah kondektur bus yang harus saya naiki langsung menyuruh saya naik ke bus tersebut dan bus langsung berangkat. Saya lupa bus ini nomer berapa. Jadi lain kali mesti check lebih jelas ke kondektur atau orang di terminal yang mengetahui mengenai bus ini.

Dengan bantuan penumpang lain yang bisa bahasa Inggris, mbak kondektur membantu menjelaskan ke saya bahwa jarak halte yang dimaksud sudah dekat dan saya tidak perlu panik karena tidak akan ketinggalan pesawat. Justru jika naik taxi akan lebih lama karena susah mendapat taxi susah di daerah itu. 

Dan benar saja akhirnya saya diturunkan di halte dimana saya akan naik bis A1 menuju Bandara Don Muang. Selama saya menunggu ada beberapa orang yang datang sambil membawa koper. Saya juga sudah bertanya kepada penjaga di halte tersebut dan diberi tau kalau tidak lama lagi bus akan datang. 

Akhirnya bis A1 datang juga, aah .. lega rasanya karena waktu masih mencukupi. Bus ini rutenya tinggal masuk high way menuju bandara dan dalam sekejap saya sudah sampai di terminal kedatangan. Alhamdulilah.  Karena sudah check in saya tinggal menunjukkan boarding pass, melewati imigrasi dan akhirnya duduk manis di ruang tunggu.  Lega dan puas rasanya. Belum pernah saya merasa sepuas saat itu karena berhasil naik bis ke bandara Don Muang yang berarti bisa menghemat uang ratusan ribu untuk ongkos taxi. Tapi kalau mengingat rasa deg-degan dan panik tadi sih rasanya kapok juga. Lain kali mesti lebih teliti lagi sebelum memutuskan naik angkutan umum ke Bandara. 
Tapi untuk saya sih justru kejadian-kejadian unik seperti ini yang bikin traveling menjadi seru dan mengasyikkan. Kejadian yang tidak akan kita dapatkan jika kita berjalan-jalan dengan mengikuti paket tur. 

Sekedar catatan, untuk yang maniak foto-foto jika ingin ber solo traveling kudu dan harus siap tongsis jika ingin hasil foto selfienya lebih bagus. Jika nggak suka pake tongsis kayak saya harus siap-siap menerima hasil selfie yang apa adanya. 
Waktu foto-foto sendirian di Lumpini Park saya sampe diliatin orang-orang yang lari-larian karena saya sibuk foto selfie berulang-ulang. Malu siih, tapi gimana dong.. masak nggak punya foto. Udah gitu saya kadang sibuk menikmati pemandangan jadi lupa untuk foto. Nggak apa-apa deh kan memory last forever. Biarpun nggak ada fotonya tapi kenangan tetap terus ada. Cie..


Berikut link yang berguna untuk info jalan-jalan di Bangkok :




No comments:

Post a Comment