Ternyata kami semua bisa bangun pagi sesuai rencana, padahal badan sudah pegal-pegal setelah seharian kemarin jalan-jalan non stop. Mungkin berkat mandi berendam air panas dari sumber air panas alami, jadi otot-otot yang tegang bisa kembali lemas dan siap dipakai untuk bertualang lagi hari ini. Ditambah dengan udara yang cerah, menambah semangat kami hari itu, untuk memulai petualangan, dengan tujuan awal :
Kawah Papandayan
Setelah melalui jalan menanjak selama sekitar 30 menit sampailah kami di lokasi parkir untuk menuju ke kawasan gunung Papandayan. Dari tempat parkir ini kami masih harus berjalan kaki lagi melalui jalan yang berbatu-batu untuk menuju ke lokasi kawah papandayan. Gunung aktif yang terakhir meletus pada tanggal 12 November 2002 ini, mempunyai beberapa kawah yang bisa dinikmati pengunjung penyuka traveling. Kami tidak mendaki sampai ke salah satu kawah, hanya sampai ke salah satu aliran air panas tempat kami bisa berendam sambil berfoto-foto ria. Perjalanan menuju ke kawah gunung memang lumayan sulit, harus berhati-hati karena jalanan berbatu-batu dan cukup curam. Kalau mempunyai waktu banyak, disarankan untuk trekking sampai ke padang edelweiss atau malah lanjut saja sampai ke puncak. Untuk info tour guide bisa menanyakan di lokasi parkir. Karena sewaktu kami sedang menuju kawah ada 2 orang turis asing diantar seorang guide, mungkin akan mendaki sampai ke puncak.
Berkat informasi dari salah satu pengunjung kami menuju lokasi wisata selanjutnya yaitu
Curug Orog
Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam dan melewati jalan masuk yang agak berbatu akhirnya kami sampai juga di air terjun Curug Orok, terletak di desa Cikandang kecamatan Cikajang Kabupaten Garut. Saya kira lokasi air terjun ini tidak terlalu jauh dari gunung papandayan, ternyata lumayan jauh juga. Air terjun ini dinamakan curug orok karena menurut cerita masyarakat setempat pada tahun 1968 ada seorang ibu yang membuang bayinya dari atas air terjun. Wah, tragis sekali ya …
Kami tidak terlalu lama di lokasi air terjun ini karena untuk menuju ke sana harus menuruni undakan lumayan jauh ke bawah. Sehingga kami hanya foto-foto dari jauh saja. Terdapat 3 air terjun, yang paling besar tingginya sekitar 30 meter dan 2 yang lain lebih kecil. Kalau bisa bermain air pasti lebih seru lagi. Sayang kami terburu-buru karena sudah jam 1 siang dan belum makan siang.
Late lunch kami siang itu sudah di rencanakan di :
Resto Mulih Ka Desa, alamatnya di Jl. Samarang, Garut.
Selain resto, mereka juga menyediakan penginapan berbentuk bungalow yang dindingnya terbuat dari bambu. Model restonya adalah khas sunda, dengan saung-saung di tengah empang dan selama makan kita ditemani iringan kecapi sunda. Wiih, mantap, apalagi kami sudah kelaparan karena jam makan yang telat. Makanannya juga enak-enak kok, tanda diolah dengan benar dan tidak sekedar menjual suasana saja.
Karena ditujukan untuk keluarga, permainan anak-anak cukup lengkap, malah anak-anak bisa merasakan naik kerbau. Sayang, toiletnya kurang bersih.
Setelah kenyang, tujuan selanjutnya adalah mencari oleh-oleh apalagi kalau bukan dodol Garut. Di pusat kota kami mampir di salah satu toko oleh-oleh, dimana saya menenukan makanan bernama Chocodot alias Coklat dodol garut. Untuk rasanya? Hmm.. sok atuh ke Garut … biar ngerasain, soalnya sepertinya di Jakarta belum ada yang jual. Hehe…
Mampir ke sentra penjualan barang-barang dari kulit, lanjut ke hotel untuk mengambil baju ganti trus berendam lagi di Kampung Sumber Alam. Rasa capek langsung hilang dan tidur jadi nyenyak.
Esok pagi, setelah sarapan roti panggang, kami check out dari hotel dan pulang ke Jakarta. Kami tidak langsung pulang ke Jakara dan tidak mampir ke kota Bandung tetapi sepakat untuk mampir ke Pengalengan, sekaligus menghindari jalur Nagrek supaya tidak terjebak macet. Jalur yang kami tempuh ini melewati deretan pegunungan hijau yang cantik sehingga sayang kalau sampai tertidur. Dipuas-puasin melihat pemandangan hijau karena ini hari terakhir liburan.
Di Pengalengan, kami bingung makan di mana dan akhirnya memutuskan untuk mampir ke :
Situ Cileunca
Setelah beberapa kali menanyakan arah, akhirnya kami sampai juga ke Situ Cileunca, Desa Warnasari, Kecamatan Pangalengan, Jawa Barat.
Danau ini merupakan danau buatan yang dibangun pada jaman Belanda pada tahun 1918. Di dekat Situ Cileunca terdapat sungai Palayangan yang bisa digunakan untuk kegiatan rafting.
Sayang sekali, keindahan danau tidak ditunjang dengan fasilitas tempat makan yang memadai. Hanya ada rumah makan dengan kondisi yang seadanya dengan menu makanan yang seadanya pula. Dan sambil browsing di internet kami mendapat info bahwa rumah makan tersebut sangat tidak direkomendasikan karena memasang harga yang selangit dengan rasa yang menyedihkan.
Sungguh kontras dengan situasi saat itu dimana sedang diadakan kejuaraan pekan olah raga dan pertandingan olah raga mendayung tingkat daerah.
Melihat potensi yang ada, seharusnya pemerintah daerah bisa menata kawasan itu menjadi lebih baik lagi. Halo pak Dede Yusuf? Atau siapapun pemerintah daerah yang bertanggung jawab ..
Menurut info yang saya dapat (ini saya cari kemudian), memetik strawberry bisa dilakukan di seberang danau dengan menumpang perahu selain bisa berkunjung ke kebun arbei yang terletak di dekatnya.
Kami juga agak kesulitan mencari rumah makan di seputar Pengalengan, ternyata di sana tidak ada rumah makan keluarga yang cukup besar. Memang kesalahan kami juga, tidak mencari info lengkap terlebih dulu mengenai rumah makan di daerah ini. Karena berharap akan menemukan rumah makan di pinggir situ Cileunca.
Akhirnya kami singgah di rumah makan Asti yang tepat berada di ujung kelokan jalan, sebelum meninggalkan area Pengalengan. Tulisan di depannya, rumah makan ini menyediakan sop buntut.
Ah, akhirnya, ada juga rumah makan yang cukup baik. Dan setelah melihat menunya, selain sop buntut ada menu lain seperti ayam goreng dan gepuk. Gepuknya enak, gurih dan empuk. Sop Buntutnya juga lumayan.
Di sini juga menjual aneka ragam olahan dari susu untuk oleh-oleh, seperti kerupuk susu, permen susu, nougat susu dan dodol susu.
Setelah itu perjalanan ke Jakarta relatif lancar, dari Pengalengan kembali ke Banjaran dan lanjut menuju Bandung. Hanya sedikit macet di pasar sebelum masuk ke tol Cipularang melalui pintu tol Moch Toha dan sampai di Jakarta sekitar jam 7 malam.
No comments:
Post a Comment