Kereta Taksaka ke Yogya berangkat setelah tertunda 15 menit. Kereta sudah jauh lebih nyaman dibandingkan terakhir gw naik kereta ke Yogya bertahun-tahun yang lalu, tetapi makan siangnya.. menyedihkan… hampir nggak ada rasanya. Raiyan cukup menikmati pemandangan di sepanjang perjalanan yang menyejukkan mata, selang-seling antara perumahan, sawah menghijau dengan pegunungan di kejauhan.
Sampai di Yogya dijemput tante Ninik dan begitu sampai rumah di jl Bausasran, mandi dan beres-beres, trus pergi ke alun-alun kraton. Kata tante, selama liburan di sana ada gajah yang bisa dinaiki anak-anak dan ada taman bermainnya. Tapi karena udah kesorean, gajahnya udah masuk kandang dan akhirnya muter alun-alun naik delman kecil. 3 kali putaran bayar 12ribu. Setelah itu makan wedang ronde sambil duduk lesehan. Cocok banget deh di udara malam yogya, wedang rondenya mantap.
Hari ini makan malamnya di rumah aja, dengan gudeg Yu Djum yang sudah dibelikan tante tadi sore. Ternyata gudeg Yu Djum ini, walau termasuk gudeg kering tapi tidak terlalu manis rasanya, pas-lah.
Sempat kopdaran dengan temen milis Jalansutra dari Bandung, mbak Janti. JS Bandung dan JS Jakarta tapi kopdarnya di Yogya, karena rumah gw deket bebek Cak Koting akhirnya mampir makan di situ. Sayang nggak bisa lama ketemuannya, karena Raiyan udah rewel, capek dan ngantuk, so gw pulang duluan deh, setelah membungkus bebek goreng … dan mbak Janti cerita kalo malam itu, pelayanannya lama karena memang cak Koting penuuuh banget. Bebek gorengnya memang besar sekali potongannya dan lumayan empuk, kremesan dan sambelnya itu loh…enak banget.
Paginya, dijemput mobil sewaan dari kantor tante dan mampir dahulu untuk sarapan di SGPC Bu Wiryo. Bumbu pecelnya masih agak kasar disiram ke sayuran yang masih segar, benar-benar sarapan yang pas untuk memulai hari. Yang unik, sambil makan kami dihibur oleh band lokal dengan alunan lagu-lagu keroncong. Setelah kenyang, tujuan pertama hari ini adalah Ketep Pass, di daerah Muntilan arah ke Boyolali. Sempet singgah di Muntilan untuk beli tape ketan hijau dan di sini gw menemukan makanan kecil jadah manten, lemper dengan isian daging berbumbu yang dibungkus telur dadar dan dijepit dua buah bambu tipis.
Setelah kurang lebih 2 jam perjalanan, sampailah di Ketep Pass, dimana di sini kita bisa melihat pemandangan 4 gunung sekaligus. Yaitu gunung Merapi, Merbabu dan di kejauhan gunung Sindoro dan Sumbing. Di sini ada Volcano Theater yang memutar film mengenai gunung Merapi. Teaternya tidak terlalu besar dan filmnya juga masih sederhana dan berbentuk film documenter biasa, lama pemutaran sekitar 20 menit dengan biaya Rp. 5000. Tetapi ternyata film sederhana itu sangat membekas di ingatan Raiyan sehingga dia jadi takut gunung yang ada di depannya bakal meletus…
Walaupun di Ketep Pass ini ada restaurannya, tetapi kami memilih untuk makan di Sego Abang di Pakem, Sleman. Ini sego abang yang lain, yang lebih dahulu terkenal adalah yang di Gunung Kidul. Rumah tinggal sederhana yang dijadikan rumah makan dengan tempat duduk lesehan, menunya nasi merah dan sayur cabai hijau, oseng-oseng daun pepaya dan ayam goreng.
Karena sudah dekat daerah Kaliurang, sekalian saja mampir ke museumUllen Sentalu dan beruntung sekali, masih bisa ikut rombongan terakhir karena museum tutup jam 4 sore. Kesan mistis sangat terasa di museum ini yang isinya adalah segala hal yang berhubungan dengan kesultanan di Solo dan Yogyakarta, walaupun koleksi yang ditampilkan memang lebih banyak mengenai kesultanan Surakarta dengan sultan yang bergelar Paku Buwono. Berisi foto-foto dan lukisan para Sultan dengan permaisuri beserta anak-anaknya. Ternyata, ada Sultan yang mempunyai selir sampai 32 orang. Ada pula koleksi bermacam-macam batik dengan berbagai macam corak yang masing-masing memiliki arti. Ada corak batik yang khusus untuk menyelimuti jenasah, ada yang khusus untuk pernikahan, untuk anak raja, selir. Ada pula ruangan khusus untuk menghormati gusti Nurul, putri raja yang tidak mau dipoligami. Dan ternyata kedudukan anak selir itu malah lebih tinggi dari ibunya.
Terakhir para pengunjung diberi minuman wedang secang dan dipersilakan melihat-lihat gallery yang menjual batik.
Sayang, dilarang memotret selama di dalam museum jadi gw hanya bisa foto-foto di halaman belakang museum yang keren banget dan Raiyan lah yang akhirnya memotret gw, karena tante gw gak ikut masuk. Harga tiket masuknya 25 ribu, memang mahal kalau dibandingkan museum lain di Indonesia, tetapi setelah masuk dan menikmati isi museum nggak bakal rugi deh..
Setelah dari Kaliurang, mampir makan es krim jadulnya Yogya, ini seperti Ragusa di Jakarta, namanya es krim Tip Top. Teksturnya tidak sehalus es Ragusa atau es krim jadul kesukaan gw, Baltic, tapi memang lebih padat dan disajikan dalam bentuk slice yang aga besar. Cukup enak rasanya walau agak maharani harganya. O iya, toko es krim ini masih menganut kebiasaan toko tutup sewaktu jam makan siang, jadi jam 13.30 toko tutup dan baru buka lagi jam 17.00.
Malamnya tidak ada acara, istirahat di rumah untuk persiapan perjalanan esok hari.
ReplyDeletejadi ini toh yg hasil nya :p
owh liburan kesini yahhhhhhhhhhhhhhh, mantabsssss jalan2 molo ;p
ReplyDeleteyoi..masih ada bagian ke dua, ju... hehe...
ReplyDeleteiya, Wen.... soalnya udah lama nggak ke Yogya...
ReplyDeleteEnaknya bisa bawa si kecil jalan2 ..
ReplyDeletewah pastinya akan senang sekali.
dulu rambutnya sebahu ya si tante ninik ?
ReplyDeleteVit, masih sempet2nya motret hahahaha...aku dah bete duluan jadinya gak di potret deh
ReplyDeleteenak gak Vit ? aku tuh belom pernah ke sini loh...pengen ah kapan2
ReplyDeleteice creamnya mantapss ?? belom pernah juga kesini hehehe
ReplyDeleteEh udah disalamin blum ke tante ninik... dari gw. Kira2 inget gak ya tonk, pas gw kesitu sama ungke dan lo.
ReplyDeleteTrus kita berantem wuaaallaaah jadulnya.
iya udah disalamin. kan emang rumah ini jadi basecamp sodara2 gw yg laen kalo ke yogya, ti.
ReplyDeleteiya, senang sekali, juga rewellll sekali :)
ReplyDeleteiya sekarang dipotong....gw lupa foto di depan jendela kamar, ke. sekarang rumahnya udah direnovasi jadi lebih luas.
ReplyDeletekan ini motretnya di rumah... ;)
ReplyDeleteiya, mbak, cobain aja.... enak, ada hiburannya pula..
ReplyDeletees krim jadul, pasti menarik untuk dicoba... tapi harganya lumayan, termasuk mahal untuk ukuran Yogya
ReplyDeleteVit, rencana ke Jogja pertengahan Januari ini gak jadi, ternyata acaranya dipindah ke Bogor...harus bersabar lagi:-)
ReplyDeletesgpc itu apa Vit...sego pecel?
ReplyDeleteiya, sego pecel....
ReplyDeletewah, belum beruntung, pak... dari yogya ganti ke bogor - penghematan judulnya. hehe...
kirain patungnya yg didepan hehehe
ReplyDeletewaaaah...pak dokter bisa aja nii... :)
ReplyDeleteglk..
ReplyDeleteHaihai, apa kbrnya..
ReplyDelete