Sudah berkali-kali saya berkunjung ke Makassar untuk mudik Lebaran, saya tidak pernah mempunyai kesempatan untuk mencicipi Kapurung. Sewaktu saya protes ke adik ipar saya kenapa tidak pernah ditawari untuk mencicipi makanan tersebut, ternyata jawaban adik ipar adalah karena takut saya tidak suka. Maklum yang namanya Kapurung ini adalah makanan khas daerah Palopo, yang merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan. Makanan ini cukup unik karena bukan dimakan dengan nasi tetapi dengan sagu. Walaupun sudah pernah membaca ulasannya di salah satu majalah tapi lebih afdol kalo udah nyobain makanannya.
Akhirnya, di hari kedua setelah Lebaran, saya berkesempatan pergi berburu si Kapurung ini. Maklum hari pertama dan kedua Lebaran masih penuh dengan acara keluarga. Tujuan pertama adalah Rumah Makan Aroma Luwu di Jl. Cendrawasih. Wah, ternyata rumah makan ini masih tutup, dan baru buka besok. Walaupun sedikit kecewa, ternyata adik ipar saya masih punya pilihan rumah makan lain yang juga tak kalah terkenalnya dengan yang pertama, yaitu Rumah Makan Aroma Palopo, di Jl. Kasuari Nomor 9, Makassar.
Saya senang sekali sewaktu tiba di sana, ternyata rumah makan ini buka dan sewaktu kami masuk, wah…sudah penuh dengan pengunjung. Ada tempat makan di dalam ruangan yang ber AC, jumlahnya 8 meja dengan 4 buah kursi, sedangkan di luar ada sekitar 4 buah meja. Di dalam ruangan meja-meja sudah hampir penuh, dengan rata-rata pengunjung adalah keluarga, masih tersisa 2 buah meja untuk kami. Mungkin para pengunjung ini sudah rindu akan makanan daerahnya.
Kami segera memesan Kapurung – sang primadona, Barobbo, Ikan Parede, dan adik ipar saya memesan Es Pisang Ijo. Untuk minumnya saya pesan es teh manis. Ternyata kami menunggu lumayan lama sebelum bisa mencicipi Kapurung ini karena sagunya baru dimasak sewaktu ada pesanan. Kalau tidak sagu menjadi keras dan tidak enak lagi. Jadi Kapurung ini selalu fresh.
Menu pertama yang keluar adalah Barobbo, ini adalah bubur jagung dengan bayam. Rasanya mirip-mirip dengan bubur Menado, hanya nasinya diganti dengan jagung. Butiran-butiran jagung yang manis berpadu dengan bayam yang lembut dan gurih. Sedap. Menu berikutnya adalah Parede. Parede ini adalah ikan yang dimasak dengan kuah yang berwarna kuning yang rasanya asam dan ikan yang dipakai adalah ikan lemuru. Ikan ini dagingnya lembut dan tidak berduri. Mirip ikan tuna tapi dagingnya lebih lembut.
Primadona yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga, dihidangkan dalam mangkok besar, terlihat bulatan-bulatan sagu sebesar bakso berwarna putih bening, di dalam kuah kaldu berwarna kuning pucat. Selain bulatan-bulatan sagu ini, terdapat bayam dan potongan kacang panjang, butiran-butiran jagung dan ikan sebesar kelingking yang namanya ikan maero. Saya sangat suka dengan ikan ini karena rasanya yang gurih berpadu dengan kuah Kapurung yang asam segar, benar-benar nikmat sekali. Untuk bulatan-bulatan sagunya, saya mengalami sedikit kesulitan untuk mengunyahnya sehingga kadang langsung saya telan saja. Glek.
Ternyata enak juga loh, si kapurung ini….rasanya nggak se-aneh yang saya kira. O iya, di sini saya sempat salah pesan makanan. Karena di daftar makanan ada menu dange, saya juga memesannya. Saya berpikir itu dange palopo yang rasanya manis, makanan kecil khas palopo yang sudah lama saya cari. Ternyata ketika keluar, penampilannya jauh sekali dari yang dibayangkan dan ketika dicoba rasanya…hambar dan aneh banget. Ternyata itu dange sagu bukan danget Palopo. Kata mbak pelayannya sih, dimakan dengan kuah Parede, tapi setelah tau rasaya…males nyoba ah.
Di Makassar penjual Coto sangat banyak bertebaran di penjuru kota, mirip-mirip warteg di Jakarta. Dari tempat jualan berbentuk tenda sampai rumah makan siap dipilih. Maklum, Coto adalah menu sarapan bagi warga Makassar. Salah satu tempat makan Coto Makassar yang saya datangi adalah Coto Paraikate, yang terletak di Jalan AP Petarrani, Makassar. Rumah makan ini bentuknya memanjang ke belakang dengan deretan meja dan kursi di bagian kiri dan kanan sehingga menyisakan lorong di tengah-tengah yang berujung di dapur tempat mereka menyediakan makanan. Sudah sejak pertama kali saya ke Makassar, apabila saya melewati Jalan Petarrani, rumah makan ini selalu tampak ramai. Seperti sewaktu saya datang kira-kira jam 11 pagi, seperti dapat diduga, rumah makan ini juga penuh. Strategi saya supaya cepat dilayani adalah mencari tempat duduk di ujung dekat tempat pemesanan makanan dan voila...tanpa menunggu lama semangkuk Coto panas segera tersaji di hadapan saya. Setelah diberi kucuran jeruk nipis dan sambal, saya segera menyendok coto. Kuahnya lumayan kental dengan potongan daging dan jeroan yang cukup berlimpah di dalam mangkok yang ukurannya tidak terlalu besar. Dimakan dengan buras, semacam lontong yang ukurannya persegi panjang dan teh botol, “brunch” saya hari itu hanya menghabiskan Rp. 10.000,-. Sebenarnya rasanya sih tidak terlalu istimewa, masih ada rumah makan coto yang lain yang rasanya lebih enak, menurut saudara saya, tapi kenapa ya kok rumah makan ini selalu penuh.
Rumah makan ke dua yang saya coba adalah Sop Saudara. Sop Saudara ini adalah makanan yang berasal dari Pangkep. Salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan. Asal muasal nama Sop Saudara ini, menurut cerita dari mulut ke mulut adalah karena resepnya ditemukan oleh dua orang bersaudara. Sehingga mereka mematenkan penemuan resep sop tersebut dengan menyebutnya Sop Saudara. Sop Saudara ini isinya mirip-mirip dengan Coto, ada dua pilihan, isi daging atau jeroan, otak dan babat tidak dipakai di Sop Saudara ini. Dan kuahnya tidak memakai kacang seperti di Coto, jadi lebih ringan dan segar.
Sop Saudara yang saya datangi adalah Rumah Makan Sop Saudara di Jalan Irian, terletak di ujung jalan sebelum menuju jalan tol Makassar yang ke arah Bandara. Selain Sop Saudara, rumah makan ini juga menyediakan Sop Konro yang rasanya tak kalah lezat. Dagingya empuk dan mrotoli, alias langsung lepas dari tulangnya. Harga yang harus dibayar untuk 1 porsi Sop Konro, 2 porsi Sop Saudara dan 4 porsi nasi serta 1 the botol dan 3 the tawar adalah Rp. 49.000,-
Terakhir, saya penasaran sekali untuk mencoba Pallu Kaloa. Kalau dua makanan sebelumnya ber kolesterol tinggi karena berisi daging, Pallu Kaloa ini bahan bakunya adalah ikan. Terbuat dari ikan Lemuru yang dagingnya lembut dan tanpa duri dimasak dengan kuah yang dicampur dengan keluak sehingga warnanya coklat. Tidak sekental kuah rawon, melainkan lebih ringan lagi dengan sedikit rasa asam. Lezat. Rumah Makan Pallu Kaloa I ini, beralamat di Jalan Tentara Pelajar 104, Makassar, harga satu porsinya hanya Rp. 10.000,- Ketika saya datang, lagi-lagi untuk “brunch”, rumah makan ini lumayan penuh. Selain Pallu Kaloa, ada pula menu Pallu Mara. Masakan ikan dengan kuah kuning.
Wah Mbak Evita, belum rasa kapurung istriku yang asli Palopo ya? Rasanya luar biasa. Saya yang asli Jawa Timur, sekarang memfaforitkan palopo lho.
ReplyDeletewah...saya baru 2 bulan di makassar karena mutasi kerja....kebetulan juga suka kuliner jadi semua alamat di atas bisa jadi prioritas....sementara coto yang saya suka di jl daeng sirua kalo konronya konro bawakaraeng....salam kenal
ReplyDeletewah...selamat makan enak di Makassar...masih banyak lagi makanan enak di sana. coba deh pisang ijo Bravo Jl Andalas.
ReplyDeleteo iya, jangan lupa cobain Pallu Basa Jl Serigala yaa...it's a must try!
ReplyDeletesementara baru pallu basa yang di jalan onta lama mbak...itupun baru 1 minggu yang lalu nyobain...yang di jalan srigala dalam waiting list mbak hehehe
ReplyDeletesementara baru pallu basa yang di jalan onta lama mbak...itupun baru 1 minggu yang lalu nyobain...yang di jalan srigala dalam waiting list mbak hehehe
ReplyDeletesementara baru pallu basa yang di jalan onta lama mbak...itupun baru 1 minggu yang lalu nyobain...yang di jalan srigala dalam waiting list mbak hehehe
ReplyDeletesementara baru pallu basa yang di jalan onta lama mbak...itupun baru 1 minggu yang lalu nyobain...yang di jalan srigala dalam waiting list mbak hehehe
ReplyDeleteLebaran nanti saya akan ke makassar, udh gak sabar ni pengen wisata kuliner..
ReplyDeletewah kalo kita pulang ke jawa....mo wisata kuliner juga...tapi menunya ntar rawon nguling, bakso kota, bakso bakar, rujak cingur, pecel madiun....wahhhhh kangen ma malang nih....
ReplyDeleteMasih banyak mbak yang blm di coba makanan asal palopo, seperti pacco yg terbuat dari daging ikan segar mentah yang dipisahkan dengan tulangnya kemudian di campur dengan cuka/jeruk nipis, lombok, kadang jg dicampur dgn kacang yang telah dhaluskan, hmm rasa pedasnya menggugah :).
ReplyDeleteAda lagi makananan yg namanya Lawa' yg bahannya dari sayur paku biasa jg pakai sayur jantung pisang dicampur kelapa goreng yg sudah diparut jg rasanya enak, apalagi disertakan dgn dange. Ada lg masakan dari bugis yaitu ikan asin yang dibungkus dgn daun labu kmudian dimasak santan, rasanya sangat nikmat :).
Trus masih banyak lg dah.. Lam kenal mbak, saya asalnya dr Palopo, kota terbersih se sulsel (promosi dikit hehe)
salam kenal juga ya...terima kasih infonya tentang makanan khas daerah Palopo. Mudah-mudahan lain kali saya bisa mencobanya.
ReplyDeletesalam kenal mbak saya sudah 13 tahun di makassar dan hampir semua makanan enak di makassar udah ku kunjungi aku paling hobby makan ikan ...kalau mau sop kepala ikan di daeng sirua atau cabangnya di pettarani enak betul yg gulainya sulahkan coba
ReplyDeleteThanks ya, ini cerita wisata kuliner saya yang lain
ReplyDeletehttp://ervita.multiply.com/photos/album/194/Makanan_khas_Makassar
skg ada 1 wisata kuliner terbaru di makassar, PISANG KIPAS JL.MASJID RAYA MAKASSAR
ReplyDeleteoh iya? terima kasih infonya? seperti apakah bentuknya?
ReplyDeleteCobain juga dech makanan favorit Saya sejak kecil hingga kini di daerah Losari, nasi kuning Evaria & Nasi campur anugerah di jln. Somba Opu.
ReplyDeleteBaru-baru ini setelah 20an tahun lebih kembali Saya mengikuti rutinitas anak2 Losari, .... berenang ke P. Lae-lae, setelah sebelumnya mencoba memancing udang dengan sebilah sapu lidi yang ujungnya diikatkan pelepah pisang. Dahulu asyik banget nangkep udang dgn cara ini, sekarang udangnya udah pada kabur, namun ada yang sama disisi pantai Losari ... aroma menyengat sepotaker atau ssst ... sepotong tai kering. Ahhh ... Losari tak mudah melupakanmu.
Eh ya ... nich tambahin lagi dengan songkolo bagadang Desi (Daeng Singara'), bisa juga lamekayu di Bulogading, kopi & gogos disudut jln. Haji Borra - Penghibur, hmmm ... banyak sich lagi, gimana kalau nyobain konro, pallubasa, pallumara & coto ... kalau ini buatan mai waif ... he he he
ReplyDeletewaaahh.. kliatannya sedap.. nanti kalau lebaran tahun ini saya ke Makassar, akan saya coba. Terimakasih infonya.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletearus coba semua makanan makassar. makasih infonya kak
ReplyDeletesalam:
Rental Mobil