Friday 25 April 2008

Bajaj BBG




Transportasi utama untuk pulang dari kantor, selain ojek adalah bajaj. Kalau sedang pulang sendiri gue naik ojek, atau terkadang kalau lagi pengen sedikit olah raga ya jalan kaki, tetapi kalau ada barengan temen kantor, naik Bajaj lebih irit. Rutenya dari Wahid Hasyim, depan Ikan Bakar Babe Lili sampai Sarinah Thamrin, dari sana lanjut naik bis yang ke Sudirman.
Udah beberapa waktu lamanya, ada Bajaj model baru, yaitu Bajaj BBG. Udah jelas, dari namanya, kalau Bajaj ini memakai bahan bakar gas, sehingga lebih ramah lingkungan, tidak menimbulkan polusi udara dan polusi suara.
Kemarin sore, sepulang kantor, gue dan temen kantor nunggu Bajaj. Setiap kali nunggu bajaj sepulang kantor, kami selalu harap-harap cemas, berharap bisa naik Bajaj BBG, tapi ternyata yang lewat dalam keadaan kosong selalu bajaj lama, yang berwarna orange dan berisik itu.
Tetapi sore itu, kami sedang beruntung, ada bajaj BBG lewat, asyiiikkk....dengan semangat kami langsung melambai-lambaikan tangan. Soalnya di belakang bajaj BBG itu ada bajaj orange, nanti bajajnya salah berhenti kan gak asyik.
Begitu kami masuk, langsung disambut dengan suara musik, wah...bajajnya ada musiknya. Seru nih... Tempat duduknya lebih lega, trus setirnya hampir sama dengan setir bajaj pada umumnya, seperti setang sepeda motor, tapi ada spedometer dan ada tapenya di kanan bawah. Speakernya di belakang. Lebih bersih dan nyaman-lah. Dan yang penting nggak berisik, jadi bisa ngobrol tanpa harus tarik urat alias teriak-teriak.
Warna bajaj BBG ini juga bukan warna orange tapi ada warna biru, biru-merah, hijau bahkan ada yang warna pink. Tetapi tampaknya jumlah Bajaj BBG ini masih terbatas. Jadi benar-benar kalau lagi beruntung aja, bisa naik Bajaj ini kecuali yang emang niat banget trus nunggu sampai dapet. Mungkin juga karena peminatnya banyak. Menurut abangnya, stasiun BBG ini ada di jalan Sumenep, dan 1 liternya hanya Rp. 2600,-. Jauh lebih murah dari bahan bakar bajaj biasa.
Andaikan semua Bajaj yang lama bisa diganti dengan Bajaj BBG pasti bisa mengurangi polusi udara lebih banyak.

Kebetulan ada Berita tentang Bajaj BBG di Koran Kompas Tanggal 8 Mei 2008

DKI Musnahkan 250 Bajaj
Kamis, 8 Mei 2008 | 01:41 WIB

Jakarta, Kompas - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memusnahkan 250 bajaj lama dan meluncurkan 250 bajaj berbahan bakar gas atau BBG, Rabu (7/5), di Terminal Mobil Barang, Pulo Gebang, Jakarta timur.
Sampai akhir 2009, Pemprov menargetkan peremajaan 5.000 bajaj lama dengan bajaj BBG. Pemusnahan itu dilakukan dengan cara memotong badan bajaj, mencacahnya, dan memadatkan logamnya.
Penghancuran bajaj lama dan peluncuran bajaj baru itu dilakukan dalam rangka mengurangi polusi udara dan menghemat subsidi bahan bakar.
Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, yang hadir di lokasi pemusnahan, mengatakan, peluncuran bajaj baru harus disertai dengan pemusnahan bajaj lama agar jumlahnya tidak membengkak.
Jumlah bajaj baru yang sudah diluncurkan mencapai 500 unit. Peremajaan bajaj itu diperkirakan dapat menghemat subsidi sampai Rp 6,3 miliar per tahun.
Jumlah bajaj di Jakarta mencapai 15.000 unit dan peremajaan baru mencapai 500 unit selama dua tahun terakhir. Peremajaan akan dipercepat agar program langit biru Jakarta segera terwujud.
Menurut Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Nurachman, peremajaan bajaj berlangsung lambat karena lamanya proses sertifikasi tabung gas oleh Dinas Tenaga Kerja DKI Jakarta. Sertifikasi satu tabung dapat mencapai tiga bulan.
Peremajaan bajaj itu disambut baik oleh para sopir bajaj. Anto, sopir bajaj, mengatakan, bajaj dengan bahan bakar gas mampu menghemat biaya bahan bakar, dari Rp 30.000 menjadi Rp 20.000 per hari.
Namun, para sopir bajaj mengeluhkan masih sedikitnya stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG).
”Saya masih mengisi bensin dan gas karena bajaj ini memiliki dua tangki berbeda. Jika SPBG sudah banyak, biaya bahan bakar bakal lebih irit,” kata Anto.
Namun, Ketua Asosiasi Bajaj Jakarta Taryono mengeluhkan mahalnya harga bajaj BBG baru yang mencapai Rp 38,9 juta per unit. Sementara itu, bajaj lama yang mereka tukarkan dengan bajaj baru tidak diberi kompensasi apa pun. Padahal, harga bajaj lama yang bermesin dua tak mencapai Rp 17 juta.
”Jika bajaj lama diberi kompensasi, kami akan lebih ringan dalam meremajakan bajaj,” kata Taryono.
Selain itu, kata Taryono, sudah terdapat 2.000 pemilik bajaj yang bersedia meremajakan bajaj mereka. Namun, sampai saat ini belum tersedia bajaj BBG sejumlah itu.
Sebagian pemilik bajaj di Jakarta bersedia meremajakan karena bajaj BBG lebih diminati oleh penumpang. Bajaj BBG tidak bising dan getarannya tidak sekuat bajaj lama.
Suara bajaj lama yang keras mengganggu lingkungan. Begitu pula asap gas buangnya yang menambah udara Jakarta semakin menghitam

9 comments:

  1. Aih... seru juga bajajnya.... ntar kalo ke jakarta naik juga ah! Daku kan penggemar bajaj...

    ReplyDelete
  2. boleh tau tarifnya lebih mahal mana? bajaj baru or lama

    ReplyDelete
  3. sebenernya sih sama aja kali ya, mbak... tergantung nawarnya...

    ReplyDelete
  4. poto abang sopirnya mana....????????

    ReplyDelete
  5. bajaj-lah...kancil bukan begini bentuknya....laen lagi...

    ReplyDelete