Thursday 29 October 2009

Puding Kembang Tahu

Resep ini gw dapet dari teman sesama orang tua murid di sekolah Raiyan. Pertama nyoba waktu acara buka puasa bersama bulan puasa kemaren. Jadi penasaran pengen bikin, karena kalau masak puding kan gampang dan puding ini memakai saus fruit coctail jadi lebih segar....
Ada yang beruntung (?) jadi tester puding ini lho... :)) hehe..untung kata adek gw rasanya enak...

BAHAN :

10 gelas air (takarannya memakai gelas aqua sekitar 9-10 gelas)
1 bungkus agar-agar swallow globe warna putih
1 nutri jell rasa lecy
1 kaleng susu kental manis
1 kaleng susu evaporated (biasanya merk F&M) -kalau tidak ada susu evaporated bisa memakai susu kental manis
garam seujung sendok teh
gula pasir 2-3 sendok makan (sesuai selera)
1 kaleng coctail
Tambahan kalau mau bisa ditambah 1 kaleng lecy dan untuk hiasan bisa memakai buah cherry

CARA MEMBUAT :
Air, agar-agar, nutri jell, garam di aduk jadi satu, panaskan di atas api sedang sambil diaduk terus dimasukkan susu-susunya. Setelah mendidih matikan api. Diaduk-aduk sebentar, diamkan sampai uapnya hilang, lalu masukkan ke dalam cetakan. Diamkan sampai mengeras.
Setelah itu tuang buah kaleng di atasnya

Wednesday 28 October 2009

Iga Panggang Panglima

Rating:★★★★
Category:Restaurants
Cuisine: BBQ / Ribs
Location:Jl Gandaria Tengah II No. 30 Jakarta Selatan Telp 081905646268
Akhirnya kesampean juga nyobain iga bakar ini, setelah sekian lama. Sebelum nonton acara kesenian di wapres Bulungan, makan malam dulu di sini.
Lokasinya di jalan Gandaria, hmm..alamat lengkapnya nggak sempet nyatet, pokoknya di deket lampu merah jalan gandaria yang mau ke arteri pondok indah, di sebelah kiri jalan. Spanduknya terlihat jelas, kok.
Selain Iga bakar, di sini juga ada gerai makanan lainnya, seperti mie aceh dan bakso paun. Mungkin mereka sharing tempat dan supaya banyak pilihan juga pastinya.
Tetapi malam itu, kita cuma memesan iga bakar saja, itupun hanya satu porsi karena kita berdua kalo malam agak2 diet, dan porsinya memang besar, terdiri dari 3 potong iga dan kentang goreng yang potongannya juga lumayan gendut, bukan kentang goreng yang panjang2 itu.
Ada 3 pilihan bumbu untuk iga bakarnya, saus BBQ, lada hitam dan satu lagi apa ya... mushroom kalo nggak salah. Rekomedasi dari Finka yang udah pernah nyoba sih saus BBQ.
Hmmm.....ternyata, memang empuk banget iga bakar ini, dagingnya mrotoli alias dengan mudah terlepas dari tulang dan bumbunya juga lumayan enak. Kalau dibandingkan dengan iga bakar yang lain, juara deh empuknya. Recommended banget-lah.
O iya, harga 1 porsi Rp. 55.000. Yuuuk...

Saturday 24 October 2009

Makanan khas Makassar




Makanan-makanan khas Makassar dalam foto ini adalah yang gw coba sewaktu libur Lebaran kemarin. Ada yang baru pertama kali di coba tetapi ada juga yang sudah pernah tetapi lokasinya saja yang berbeda.

-Sore menjelang maghrib puasa hari terakhir, kami terdampar di pantai Losari (lagi). Dan pilihan yang cepat adalah suatu kedai nasi kuning tepat di depan pantai Losari sebelah RS Stella Maris. Kalau tidak salah namanya RM 999, menyediakan nasi kuning, nasi rames, es pallu butung, es pisang ijo, nyuknyang dll. Kebetulan masih ada meja kosong, jadilah kami berbuka puasa di sana. Nasi kuning, dengan ayam goreng, telur berbumbu dan kering kentang manis serta es pisang ijo.... hmm...

-Di hari lain setelah seharian berjalan-jalan mengunjungi obyek wisata khas Makassar, perjalanan kembali di akhiri di Pantai Losari. Karena hari sudah agak malam, penjual pisang epe sudah berjajar di tepi pantai. Jadilah, pisang epe durian, coklat dan keju jadi pilihan. Walaupun esens duriannya hanya samar-samar, tetapi lumayanlah setelah lelah seharian berjalan-jalan.

-RM Pelangi di sini mempunyai cabang juga di Jakarta yang kebetulan dekat dengan kantor, di Jl Wahid hasyim. Kalau di sana, lokasinya tepat di depan Mall Ratu Indah. Masih ada hubungan saudara, kalau tidak salah adik iparnya yang mengelola RM tersebut di Jakarta. Menu-menu yang disajikan tidak jauh berbeda dengan yang di Jakarta, ada Nasi Goreng Merah (memakai saos), Nasi Goreng Jakarta (memakai kecap), mie goreng, mie siram, mie kuah dan mie panggang (seperti mie kuah tapi dipanggang dulu tapi sepertinya tidak terlalu jauh berbeda dari mie kuah, hanya kuahnya lebih sedikit). Yang menurut gw paling khas adalah mie gorengnya.. mie nya kenyal dan gurih, beda dari mie goreng yang lain, sepertinya ini adalah mie homemade. Harus mencoba mie goreng ini di RM Pelangi yang di Jakarta, kalau kangen jadi ada yang dekat.

-Sewaktu hari pertama di Makassar, gw diajak makan di sini. Bayangkan, habis buka puasa sekitar jam 6 dan langsung ke sini, ternyata belum buka. Mie Awak ini baru buka jam 7 malam. Mungkin memberi kesempatan untuk berbuka puasa dulu, karena ternyata pemiliknya adalah chinese muslim.
Mie Awak ini cukup unik karena tidak ada nama rumah makannya, lokasinya di jalan Bali dan tempatnya tidak terlalu luas. Menu yang ditawarkan sudah pasti beraneka ragam jenis mie. Ada mie siram, mie rebus, mie panggang. Mirip-miriplah dengan di RM Pelangi. Rasanya juga enak, porsinya besar. Sepertinya bisa pilih porsi 1 atau 1/2. O iya, konon, rumah makan mie Awak ini tidak buka kalau pemiliknya masih merasa punya banyak uang, hehe... kata temen gw loh..

-Kepala ikan kakap Ulu Juku adalah tujuan kuliner gw di hari menjelang pulang ke Jakarta. Hmm...gw nggak tau deh, ini kepala ikan kakap Ulu Juku yang terkenal itu atau bukan. Karena lokasinya di warung tenda pinggir jalan. Secara menu kepala kakap mungkin bukan hanya Ulu Juku saja yang menyajikan. Kalau yang gw baca di kompas sih, ada yang di jalan AP Petarani. Ah, yang pasti kepala kakap ini enak banget... kuahnya gurih dan spicy...dagingnya lumayan banyak.

-Sewaktu perjalanan ke Pantai Bira, tepat jam 12 siang setelah perjalanan selama 3 jam, mobil kami merapat ke sebuah resto rekomendasi kakak ipar gw, yaitu RM Bawakaraeng yang menyajikan menu sop saudara dan konro, di daerah Kabupaten Bantaeng. Restoran yang enak pasti pengunjungnya banyak, terbukti dengan penuhnya resto ini, mungkin karena jam makan siang juga sih...Untuk menu konro paling cepat habis dan setelah kami selesai makan, dua buah bis besar berhenti untuk makan siang di sana. Tapi pasti mereka tidak bisa makan konro karena konronya sudah habis....

- Putu cangkir adalah makanan tradisional khas makasar. Bentuknya bukan seperti putu yang biasa ada di Jakarta, yang berwarna hijau tetapi putu cangkir ini berbentuk seperti mangkuk, terbuat dari tepung beras dan gula dan di dalamnya berisi parutan kelapa dengan rasa manis yang samar-samar. Enak dimakan panas-panas. Kenyal, legit dan gurih bercampur jadi satu...

Sunday 11 October 2009

Weekend @Solo

Start:     Nov 6, '09 07:30a
End:     Nov 8, '09 5:30p
Location:     Solo, Jawa Tengah
Akhirnya ada trip juga di bulan November. Hiburan setelah bekerja keras menyelesaikan berbagai project selama ini. Asyik asyik, rencananya menginap di Tawangmangu, belanja batik dan so pasti Wisata Kuliner...

Wednesday 7 October 2009

Ikutan Kemping acara : Kemah Keluarga Pramuka Unhas, PTP Perhutani, Bendungan Bili-Bili, Makassar




Tepat 1 hari sebelum pulang kembali ke Jakarta, tiba-tiba ada tawaran dari kakak ipar untuk ikutan kemping alumni Pramuka Unhas. Alumni UKM Pramuka Universitas Hasanudin Makassar memang kompak, hampir setiap tahun mereka mengadakan kegiatan kemping yang diikuti oleh seluruh angkatan. Kesan kompak sangat terasa, terlebih karena mereka selalu mengajak keluarga dalam kegiatan ini. Ini kempingku yang kedua kali dengan para alumni Unhas, karena biasa dilakukan setiap libur Lebaran dan bertepatan dengan liburanku ke Makassar. Jadi beruntung sekali, tahun ini bisa ikutan lagi.. sekalian mengenalkan cinta alam kepada anak. Raiyan juga selalu excited kalau tidur di tenda, tidak rewel sama sekali.
Soal makanan, jangan takut kekurangan, karena terjamin 100%. Kalau kemping yang dulu saat jaman masih mahasiswa acara makan malamnya dengan kambing guling, di Makassar kemping tidak lengkap tanpa ikan bandeng bakar! Daging bandengnya kenyal tetapi empuk saat digigit pertanda ikan bandeng masih segar. Hmm....nikmat pisan, dimakan malam-malam di alam terbuka di tengah hutan yang lumayan lebat, di depan api unggun.
Lokasi kemping tahun ini terletak di areal Perhutani, daerah Bendungan Bili-bili, kabupaten Gowa. Sekitar 1,5 jam dari Makassar. Jalan masuknya lumayan sulit, karena menanjak dan melewati jalan tanah kecil dan berbatu-batu di tengah hutan Harus memakai kendaraan jip yang double gardan. Udaranya juga lumayan dingin, dan yang paling penting, tidak terlalu jauh dari lokasi kemping, ada sungai dengan air terjun dengan pemandangan ke arah lembah yang menghijau.
Sebenarnya ingin sekali main-main ke air terjun yang lebih besar, sayang...Raiyan tidak bisa ditinggal, jadilah cukup puas dengan main air dan mandi di air terjun yang kecil. Itu aja udah seru banget kok!
Kapan ya bisa kemping di gunung Gede...

Pantai Bira (revisited), 2009




Mengunjungi kembali Pantai Bira yang cantik, tidak bosan-bosan rasanya kembali lagi ke pantai ini. Kali ini pantai sudah lebih bersih dari pada 4 tahun yang lalu, jelas, pemerintah daerah kabupaten Bulukumba sudah sadar akan potensi wisata daerahnya dan berhasil memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada untuk meningkatkan pendapatan daerah.
Walaupun masih dalam suasana libur lebaran, suasana pantai tidak terlalu ramai. Check in di Bira Beach Hotel, hotel terdekat dengan pantai dengan kamar berbentuk cottage, lengkap dengan AC dan air bersih. Tidak ada air panas, tetapi karena cuaca terik air menjadi hangat.
Pantai yang dangkal dan air yang jernih dan pasir yang putih halus membuat betah berenang berlama-lama. Untuk berkeliling pantai tersedia sewa perahu, baik perahu biasa atau boat tarifnya sama Rp. 30 ribu saja untuk 15 menit. Jadi, keduanya harus dicoba. Sewa ban tersedia dengan ongkos 10 ribu sepuasnya.
Untuk makan cukup di restoran hotel saja, dengan menu masakan standar tetapi rasa cukup enak. Apapun yang dimakan dengan kondisi lapar dan lelah setelah seharian bermain di pantai dengan ditemani deburan air laut dan hembusan angin pantai pasti terasa lebih enak.
Kondisi pantai yang tenang, karena ombak tertahan oleh dua pulau di depan pantai, yaitu pulau Liukan dan pulau Kambing membuat jalan-jalan di pantai sampai malam tidak menakutkan.
Esok paginya acara main air di pantai dilanjutkan, karena kondisi air yang surut kami menyewa perahu boat dan snorkling agak ke tengah laut. Untuk ke pulau Liukan yang paling dekat tarifnya 250 ribu pulang pergi sampai puas, tetapi karena hanya ingin snorkling selama sekitar 30 menit harga ditawar menjadi 100 ribu, sekaligus dengan pelampung dan alat snorkling. Dan oh my God, hanya di kedalaman tidak sampai 1,5 meter bisa melihat pemandangan laut yang cantik. Maklum deh baru pertama kali ini berani snorkling...hehe..
So, Pantai Bira, I'll be back!!

Info Umum tentang Pantai Bira : http://liburan.info/content/view/977/43/lang,indonesian/
Tanjung Bira terletak sekitar 40 km dari Kota Bulu Kumba, atau 200 km dari Kota Makassar. Perjalanan dari Kota Makassar ke Kota Bulukumba dapat ditempuh dengan menggunakan angkutan umum berupa mobil Kijang, Panther atau Innova dengan tarif sebesar Rp. 35.000,-. Selanjutnya, dari Kota Bulukumba ke Tanjung Bira dapat ditempuh dengan menggunakan mobil pete-pete (mikrolet) dengan tarif berkisar antara Rp. 8.000,- sampai – Rp. 10.000,-. Total waktu perjalanan dari Kota Makassar ke Tanjung Bira sekitar 3 – 3,5 jam.

Tuesday 6 October 2009

Melihat Pembuatan Kapal di Tana Beru, kab. Bulukumba, Sulawesi Selatan




Di tengah perjalanan menuju Pantai Bira, singgah sejenak di daerah Tana Beru, di kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Daerah ini dikenal sebagai tempat pembuatan kapal / perahu tradisional dengan konstruksi kayu dan peralatan tradisional. Daerah ini juga dikenal dengan sebutan "Bumi Panrita Lopi", yang artinya Tempat bermukimnya ahli pembuat perahu.
Tidak sulit menemukan tempat pembuatan kapal ini karena langsung terlihat dari jalan raya yang bersisian dengan tepi pantai.
Setelah meminta ijin akhirnya kami bisa naik ke atas perahu dan melihat kesibukan mereka. Wah, benar-benar kami dibuat kagum dengan keahlian dan ketrampilan mereka dalam membuat kapal yang ukurannya termasuk lumayan besar. Supaya tidak panas, dipasang atap yang terbuat dari daun-daun.
Kami tidak lama singgah di sini, setelah puas berfoto ria, kami segera melanjutkan perjalanan ke pantai Bira. Tidak terlalu jauh dari tempat pembuatan kapal yang baru saja disinggahi, ada tempat pembuatan kapal lain yang ternyata kapalnya baru selesai dan sedang diuji coba berlayar untuk pertama kali. Sayang, kami tidak sempat mampir lagi karena hari sudah sore.

Berkunjung ke desa adat, Suku Kajang, Bulukumba, Sulawesi Selatan




Dalam perjalanan pulang setelah dari Pantai Bira, kami menyempatkan singgah ke kawasan adat Amatoa yang terletak di Kecamatan Kajang, sekitar 56 Km dari kota Bulukumba.
Ciri masyarakat kajang yang ada di Desa Tana Toa adalah pakaian dengan warna serba hitam, sedangkan ciri bangunan rumahnya ialah seragam menghadap ke Utara. Masyarakatnya dipimpin oleh seorang yang bergelar Amma Toa dengan masa kepemimpinan seumur hidup. Mungkin sedikit banyak mirip dengan masyarakat Baduy, Jawa Barat.

Kami sedikit beruntung karena ternyata mantan mahasiswa dari kakak ipar dosen, masih mempunyai hubungan saudara dengan pemimpin adat Amatoa sehingga ada kesempatan untuk bertemu langsung dengan beliau. Konon, tidak sembarang orang bisa bertemu, apabila bisa pun ternyata hanya diterima di bangunan penerima tamu dan tidak dapat bertemu dengan sang Amatoa.
Dari daerah Bulukumba, perjalanan ke desa suku Kajang ini masih harus ditempuh selama kurang lebih 2 jam, menelusuri jalan yang berkelok-kelok. Setelah beberapa kali bertanya, sampailah kami ke rumah mantan mahasiswa kakak yang bapaknya adalah saudara sepupu dari Amatoa. Di sini kami memakai pakaian sarung hitam yang dipinjami oleh keluarga mereka sebagai syarat untuk berkunjung ke desa adat, dan kebetulan saya juga mempunyai kaos hitam jadi paslah hitam-hitam. Dengan memakai mobil kami menuju kawasan desa adat yang ternyata masih 15 menit perjalanan.
Setelah sampai di pintu masuk desa, perjalanan masih harus disambung dengan jalan kaki melewati jalanan berbatu, tetapi dengan kawasan hutan yang masih rimbun perjalanan sekitar 1 kilometer tidak terasa jauh. Selama perjalanan kami bertemu dengan penduduk setempat yang semuanya mayoritas memakai baju hitam dan sebagai tamu kami bersalam-salaman dengan mereka. Kelestarian kawasan hutan merupakan ciri dari kawasan adat ini, serta budaya hidup masyarakatnya yang jauh dari pola hidup modern, sehingga listrikpun tidak ada.
Akhirnya sampailah kami di rumah kepala adat sang Amatoa dan ternyata beliau juga sedang menerima beberapa tamu desa yang semuanya berpakaian hitam-hitam. Setelah bersalam-salaman dengan memakai bahasa daerah setempat sang mahasiswa pengantar (lupa namanya nih) menjadi penterjemah kami, dan memperkenalkan asal kami dan maksud kedatangan. Bahasa yang digunakan oleh penduduk suku Kajang adalah bahasa Bugis dialek Konjo.
Sang Amatoa sendiri masih tampak gagah dan kuat di usianya yang sudah 70 tahun tapi terlihat seperti 50 tahun dan orang tua disebelahnya yang awalnya kami sangka sang amatoa ternyata hanya tamu, terlihat seperti berumur 70 tahun tetapi ternyata berumur 100 tahun. Luar biasa, dengan pola hidup yang sederhana dan mendekatkan diri dengan alam bisa membuat orang menjadi awet muda. Tetapi ketika ditanya, mengenai resep awet muda, beliau tidak mau memberitahukannya, rahasia katanya. wah!
Pertanyaan lain adalah mengenai bagaimana pandangan kepala adat Amatoa tentang hidup selaras dengan alam. Alam itu diibaratkan seperti tubuh manusia, apabila tidak dijaga dan dirawat maka akan sakit. Alam yang rusak pasti akan mendatangkan kesengsaraan seperti timbulnya bencana alam.
Rumah adat Amatoa sendiri berupa rumah panggung dengan dapur serta tempat cuci berada di depan, satu ruangan dengan tempat menerima tamu dan ruang tidur di bagian belakang. Berbeda dengan suku Baduy Dalam yang melarang pemakaian sabun, suku Kajang dalam masih bisa memakai sabun untuk mencuci.
Larangan lain adalah mengambil gambar sang Amatoa beserta istrinya. Karena apabila dilanggar akan ditanggung oleh yang mengambil gambar beliau, mungkin sakit atau hal gaib lainnya. Tetapi untuk anak-anaknya masih dapat diambil gambarnya, jadilah kami hanya berfoto dengan anak-anaknya, yang ternyata juga tidak berbeda dengan remaja lainnya, sedang kuliah di Makassar.
Kabar terakhir dari suku Kajang, mereka semakin sulit mempertahankan kelestarian hutan-hutan di kawasan adat, karena desakan dari pemerintah yang akan memakai hutan mereka untuk kepentingan swasta. Sungguh sayang apabila hutan yang telah dipelihara secara turun temurun semakin berkurang akibat keserakahan masyarakat yang tidak bertanggung jawab.

Info mengenai suku Kajang dapat dilihat pada link berikut :
http://melayuonline.com/ensiclopedy/?a=aXF1L2EveVRteDdaM2dl=&l=suku-kajang



Monday 5 October 2009

Museum Balla Lompoa




Hari terakhir adikku di Makassar, disempatkan untuk mampir ke museum Balla Lompoa. Lokasinya memang lumayan dekat dari rumah kami di Makassar. Di daerah Sungguminasa, kabupaten Gowa.
Karena waktu yang sempit, sorenya saya dan kakak ipar akan kemping dan adik saya akan pulang ke Jakarta, tidak sempat menyewa guide untuk menjelaskan mengenai keseluruhan isi museum. Sehingga informasi mengenai museum ini saya ambil dari website http://portalbugis.wordpress.com/travel/sejarah/balla-lompoa/

Museum Balla Lompoa merupakan rekonstruksi dari istana Kerajaan Gowa yang didirikan pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-31, I Mangngi-mangngi Daeng Matutu, pada tahun 1936. Dalam bahasa Makassar, Balla Lompoa berarti rumah besar atau rumah kebesaran. Arsitektur bangunan museum ini berbentuk rumah khas orang Bugis, yaitu rumah panggung, dengan sebuah tangga setinggi lebih dari dua meter untuk masuk ke ruang teras. Seluruh bangunan terbuat dari kayu ulin atau kayu besi. Bangunan ini berada dalam sebuah komplek seluas satu hektar yang dibatasi oleh pagar tembok yang tinggi.

Bangunan museum ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu ruang utama seluas 60 x 40 meter dan ruang teras (ruang penerima tamu) seluas 40 x 4,5 meter. Di dalam ruang utama terdapat tiga bilik, yaitu: bilik sebagai kamar pribadi raja, bilik tempat penyimpanan benda-benda bersejarah, dan bilik kerajaan. Ketiga bilik tersebut masing-masing berukuran 6 x 5 meter. Bangunan museum ini juga dilengkapi dengan banyak jendela (yang merupakan ciri khas rumah Bugis) yang masing-masing berukuran 0,5 x 0,5 meter.

Museum ini berfungsi sebagai tempat menyimpan koleksi benda-benda Kerajaan Gowa. Benda-benda bersejarah tersebut dipajang berdasarkan fungsi umum setiap ruangan pada bangunan museum. Di bagian depan ruang utama bangunan, sebuah peta Indonesia terpajang di sisi kanan dinding. Di ruang utama dipajang silsilah keluarga Kerajaan Gowa mulai dari Raja Gowa I, Tomanurunga pada abad ke-13, hingga Raja Gowa terakhir Sultan Moch Abdulkadir Aididdin A. Idjo Karaeng Lalongan (1947-1957). Di ruangan utama ini, terdapat sebuah singgasana yang di letakkan pada area khusus di tengah-tengah ruangan. Beberapa alat perang, seperti tombak dan meriam kuno, serta sebuah payung lalong sipue (payung yang dipakai raja ketika pelantikan) juga terpajang di ruangan ini.

Museum ini pernah direstorasi pada tahun 1978-1980. Hingga saat ini, pemerintah daerah setempat telah mengalokasikan dana sebesar 25 juta rupiah per tahun untuk biaya pemeliharaan secara keseluruhan.
Museum Balla Lompoa menyimpan koleksi benda-benda berharga yang tidak hanya bernilai tinggi karena nilai sejarahnya, tetapi juga karena bahan pembuatannya dari emas atau batu mulia lainnya. Di museum ini terdapat sekitar 140 koleksi benda-benda kerajaan yang bernilai tinggi, seperti mahkota, gelang, kancing, kalung, keris dan benda-benda lain yang umumnya terbuat dari emas murni dan dihiasi berlian, batu ruby, dan permata. Di antara koleksi tersebut, rata-rata memiliki bobot 700 gram, bahkan ada yang sampai atau lebih dari 1 kilogram. Di ruang pribadi raja, terdapat sebuah mahkota raja yang berbentuk kerucut bunga teratai (lima helai kelopak daun) memiliki bobot 1.768 gram yang bertabur 250 permata berlian. Di museum ini juga terdapat sebuah tatarapang, yaitu keris emas seberat 986,5 gram, dengan pajang 51 cm dan lebar 13 cm, yang merupakan hadiah dari Kerajaan Demak. Selain perhiasan-perhiasan berharga tersebut, masih ada koleksi benda-benda bersejarah lainnya, seperti: 10 buah tombak, 7 buah naskah lontara, dan 2 buah kitab Al Quran yang ditulis tangan pada tahun 1848.

Benteng Somba Opu




Ada satu obyek wisata sejarah di kota Makassar yang selama ini selalu terlewat apabila. gw ke Makassar. Obyek wisata itu adalah Benteng Somba Opu. Lokasinya memang di pinggiran kota , di daerah Gowa. Sebenernya nggak terlalu jauh dari rumah keluarga di Makassar, tapi tampaknya objek wisata ini kurang menarik bahkan bagi masyarakat Makassar itu sendiri, sehingga tidak pernah direkomendasikan.
Akhirnya setelah hari itu usai berkunjung ke Benteng Fort Rotterdam, kami sepakat untuk ke Benteng Somba Opu atas petunjuk guide di Fort Rotterdam. Ada benteng lain selain Fort Rotterdam yang dahulu juga sangat terkenal menjadi basis pertahanan rakyat Sulsel.
Dari pantai Tanjung Bunga, perjalanan masih harus ditempuh kira2 1 jam, melewati jalan yang agak kecil tetapi masih lumayan mulus. Sempat beberapa kali bertanya karena petunjuk yang ada sangat minim.
Tetapi akhirnya sampai juga kami di sana. Kompleks benteng Somba Opu terdiri dari beberapa bagian, selain bekas reruntuhan benteng di sini terdapat rumah-rumah adat yang mewakili semua kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan, sepert Gowa, Luwu, Mamuju, Majene, Toraja, Bulukumba, dan lain-lain. Sayang, keadaan rumah-rumah tersebut tidak terawat, terlihat kotor dan beberapa rumah pagarnya dikunci sehingga kami tidak bisa melihat dari dekat. Tetapi walau bisa masukpun kami tidak tertarik karena kondisinya memang menyedihkan. Untuk rumah adat Toraja bahkan atapnya ada yang rusak. Selain rumah-rumah adat, ada pula Museum Karaeng Pattingalloang, dengan meriam di halamannya. Museumnya tutup, jadi kami hanya foto-foto saja. Ada papan yang bertuliskan nama-nama bulan yang digunakan di Sulawesi Selatan sebelum tahun 1520.
Bentengnya sendiri hanya ada sebagian saja yang sudah ditemukan, karena sudah hancur sejak pertempuran antara Belanda dengan Sultan Hasanuddin. Dan menurut informasi sampai sekarang masih dalam proses penggalian dan penelitian.
Menurut kabar lokasi rumah adat ini bisa digunakan untuk pertemuan atau kemping anak sekolah. Karena selain rumah adat ada juga rumah yang khusus untuk tempat pertemuan. Tetapi…. Lokasi ini terkenal angker dan banyak penunggunya. Tidak heran mengingat lokasinya yang jauh dari keramaian dan masih rimbun pepohonan. So, sebelum maghrib, kami langsung cabut meninggalkan lokasi ini.

Benteng Somba Opu terletak di sebuah delta sungai Jeneberang, berada di dusun Sarombe, Kecamatan Palangga, Kabupaten Gowa. Benteng ini dibangun atas perintah Raja Gowa IX Daeng Matanre Karaeng Manungrungi Tumapa’risi Kallona. Pada masa itu benteng Somba Opu masih terbuat dari tanah liat. Pada masa pemerintahan Raja Gowa X , Tunipallangga Ulaweng, Benteng Somba Opu diperkuat dengan mendirikan bastion dari batu bata dan dipersenjatai dengan meriam.
Setelah Sultan Hasanuddin memegang pemerintahan Kerajaan Gowa, perkembangan Somba Opu semakin pesat dan menjadi pusat kekuasaan sekaligus kota niaga yang sangat terkenal. Benteng Somba Opu dihancurkan oleh kompeni Belanda pada tahun 1669 setelah terjadi pertempuran sengit antara Sultan Hasanuddin dan Belanda dalam perang Makassar. Kejatuhan Benteng Somba Opu sekaligus merupakan kehancuran kerajaan Gowa.
Benteng Somba Opu berbentuk empat persegi, sebuah sisinya berukuran panjang kira-kira 2 km dengan tinggi tembok antara 7-8 m, Ketebalan dinding rata-rata 12 kaki atau 360 m.

Sunday 4 October 2009

Benteng Fort Rotterdam, Makassar




Pada Hari Kedua setelah Lebaran, karena adikku akhirnya menyusul ke Makassar untuk liburan, sudah kewajiban membawanya keliling Makassar menikmati obyek wisata di sana.
Salah satu obyek wisata yang harus dikunjungi adalah Benteng Fort Rotterdam, yang letaknya tidak terlalu jauh dari pantai Losari, jadi masih termasuk di pusat kota. Di depan benteng ini terdapat pelabuhan penyeberangan kapal untuk menuju ke pulau-pulau yang tidak terlalu jauh dari pantai, seperti Khayangan, Lae-lae atau Samalona. Di depan benteng ini juga banyak terdapat penjual kelapa muda kaki lima, sehingga setelah puas berjalan-jalan memutari benteng di tengah cuaca Makassar yang terik diakhiri dengan minum es kelapa muda.

Untuk masuk ke dalam benteng tidak dikenakan tiket masuk, alias gratis, tetapi disarankan untuk memberi sumbangan sekadarnya. Di sini kita akan ditawarkan memakai jasa pemandu yang akan menemani kita berkeliling benteng. Ini adalah kunjungan ke dua bagiku, kunjungan pertama adalah tahun 2001, jadi sudah 8 tahun yang lalu.
Yang paling menarik dari tempat ini adalah ruang tahanan pangeran Diponegoro, yang konon menurut cerita dari pemandu, bisa sewaktu-waktu meninggalkan ruang tahanan secara gaib sehingga istri dan anak beliau dijadikan jaminan oleh Belanda, supaya pangeran Diponegoro kembali lagi.
Benteng ini juga dikenal angker, sehingga sempat menjadi salah satu tempat syuting Dunia Lain sewaktu acara tersebut sedang merajalela di televisi. Ternyata, tempat yang dipilih bukan yang terseram sehingga harus dibantu oleh sound effect sehingga terlihat lebih seram. Konon kabarnya lho, menurut cerita pemandunya.
Sayang, karena juru kunci museum sedang tidak di tempat, kami tidak bisa masuk ke dalam museum La Galigo, diambil dari nama I La Galigo yang merupakan karya sastra kebanggaan suku Bugis.

Di bagian depan dari benteng terdapat toko souvenir yang menjual segala pernak pernik dari kerang seperti gantungan kunci, asbak, kalung dan bros yang lucu.

Benteng Rotterdam ini dibangun tahun 1545 oleh raja Gowa ke X yakni Tunipallangga Ulaweng. Bahan baku awal benteng adalah tembok batu yang dicampur dengan tanah liat yang dibakar hingga kering. Bangunan didalamnya diisi oleh rumah panggung khas Gowa dimana raja dan keluarga menetap didalamnya. Ketika berpidnah pada masa raja Gowa ke XIV, tembok benteng lantas diganti dengan batu padas yang berwarna hitam keras.

Kehadiran Belanda yang menguasai area seputar banda dan maluku, lantas menjadikan Belanda memutuskan utk menaklukan Gowa agar armada dagang VOC dapat dengan mudah masuk dan merapat disini. Sejak tahun 1666 pecahlah perang pertama antara raja Gowa yang berkuasa didalam benteng tersebut dengan penguasa belanda Speelman. Setahun lebih benteng digempur oleh Belanda dibantu oleh pasukan sewaan dari Maluku, hingga akhirnya kekuasaan raja Gowa disana berakhir. Seisi benteng porak poranda, rumah raja didalamnya hancur dibakar oleh tentara musuh. Kekalahan ini membuat Belanda memaksa raja menandatangani "perjanjian Bongaya" pada 18 Nov 1667.

Dikemudian hari Speelman memutuskan utk menetap disana dengan membangun kembali dan menata bangunan disitu agar disesuaikan dengan kebutuhan dalam selera arsitektur Belanda. Bentuk awal yg mirip persegi panjang kotak dikelilingi oleh lima bastion, berubah mendapat tambahan satu bastion lagi di sisi barat. Nama benteng diubah pula menjadi Fort Rotterdam, tempat kelahiran Gub Jend Belanda Cornelis Speelman.Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor Penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. dari segi Bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa Penyu dapat hidup di darat maupun dilaut, Begitupun dengan kerajaan Gowa yang Berjaya di daratan maupun dilautan. (sumber : navigasi.net dan wikipedia)

Pelabuhan Paotere




Hari terakhir puasa, ngabuburit ke pelabuhan Paotere. Pelabuhannya masih ramai dengan aktivitas padahal besoknya sudah lebaran. Mungkin untuk melayani aktivitas penduduk ke pulau-pulau yang dekat.

Paotere adalah suatu pelabuhan perahu yang terletak di Kecamatan Ujung Tanah, Makassar, Sulawesi Selatan. Pelabuhan yang berjarak ± 5 km (± 30 menit) dari pusat Kota Makassar ini merupakan salah satu pelabuhan rakyat warisan tempo doeloe yang masih bertahan dan merupakan bukti peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo sejak abad ke-14 sewaktu memberangkatkan sekitar 200 armada Perahu Phinisi ke Malaka.

Pelabuhan Paotere sekarang ini masih dipakai sebagai pelabuhan perahu-perahu rakyat seperti Phinisi dan Lambo dan juga menjadi pusat niaga nelayan, dimana dapat dilihat disepanjang jalan di pelabuhan berjejer toko-toko yang menjual berbagai macam jenis ikan kering, perlengkapan nelayan, serta beberapa restoran seafood. (wikipedia).
Untuk restoran seafoodnya yang terkenal adalah RM Ikan bakar Paotere, banyak jadi langganan tidak hanya dari penduduk Makassar tapi juga dari luar kota termasuk Jakarta.

Pantai Tanjung Bunga - Makassar




Rencana ke Trans Studio sewaktu hari ke dua Lebaran gatot alias gagal total karena sewaktu sudah masuk ke area parkir melihat antrian yang membludak dan luar biasa penuh. Males banget deh, cuma membuang-buang waktu dan uang, mengingat harga tiket yang tidak murah dan semuanya memakai sistem kartu yang di top up, termasuk apabila hendak membeli makanan.
Jadi tujuan dialihkan ke pantai Tanjung Bunga yang tidak jauh dari lokasi Trans Studio, makan siang dibawah pohon kelapa sembari merasakan semilir angin, dan kebetulan hari itu agak mendung jadi tidak terlalu panas.
Trans Studio cuma dapet foto lampunya aja sama foto tulisan di gerbang masuk parkiran. hehehe...

Oriental Sirkus




Walaupun bukan yang pertama nonton Oriental Sirkus, tetep aja masih pengen nonton lagi. Kalo yang pertama di Bintaro kali ini Oriental Sirkus main di BSD. Sekarang Raiyan udah lebih besar jadi lebih bisa menikmati pertunjukkannya, tapi dia lebih suka nonton pertunjukkan hewan dari pada akrobat.
Ada sedikit perbedaan dengan pertunjukan yang pertama, mungkin untuk penyegaran supaya penonton tidak bosan. Pada pertunjukkan gajah dibuat sedikit cerita antara pemburu dengan gajah dan terakhir ada pesan Stop Eksploitasi Gajah. Itu sih setuju banget. Kalau yang lainnya relatif tidak berbeda sampai ke adegan lawakan badut yang masih "garing" hehehe...
Sayang pertunjukan harimaunya sebentar sekali. Keseluruhan ada 10 jenis pertunjukkan, Selang seling antara pertunjukkan akrobat dan hewan.

Acara masih berlangsung sampai dengan tanggal 15 Oktober 2009
Petunjuk Lokasi : Dekat Sekolah Sinar Mas. Tenda sirkus ada di
lapangan dekat gugusan Green Cove/Foresta. Ada banyak spanduk Oriental Sirkus. Patokan utama adalah lampu merah German Centre. Kalau dari arah tol Bintaro belok ke kiri.
Jam Pertunjukkan :
Hari biasa mereka main jam 18:30 dan 20:45, hari Sabtu ada tambahan jam 14.00. Hari Minggu mereka main jam 10:00, 14:00, 18:30 dan 20:45
Harga Tiket :
VVIP 150.000, VIP 100.000, Utama 75.000, Kelas I 50.000, Kelas II 40.000, Kelas III 25.000

Saturday 3 October 2009

Phobia 2

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Horror
Menjelang libur Lebaran, ternyata ada film horror Phobia 2, yang merupakan lanjutan dari Film sebelumnya 4bia, film horror Thailand yang di sutradarai oleh 4 orang sutradara. Film pertamanya keren banget, kesan horornya ditampilkan dengan cara yang berbeda tetapi tetap menimbulkan rasa takut dan tegang dengan akhir yang mengejutkan.
Sayang, gw mesti mudik ke Makassar dan film ini hanya tayang di Bioskop Blitzmegaplex, so harus bersabar dulu menunggu sampai gw balik lagi ke Jakarta.
Beruntung ada 2 teman gw yang juga seneng film horror dan akhirnya, weekend di awal bulan Oktober diisi dengan nonton film horror. Hiiiiiiiiiiiii…………..
Kalau film sebelumnya hanya terdiri dari 4 cerita, kali ini ada 5 cerita berbeda. Semuanya dikemas dengan ide cerita yang lain dari cerita horror biasa. Gw udah sempat membaca resensinya, jadi sudah ada sedikit gambaran walau tetap saja hasil akhirnya membuat gw tegang dan takut. Tetapi di situlah seninya nonton film horror. Hehe…
Film pertama mengenai seorang anak laki-laki nakal yang melakukan kesalahan sehingga harus menebus kesalahannya dengan menjadi seorang biksu. Akhir kisahnya seperti biasa, lumayan mengejutkan. Cerita ke dua tentang seorang anak laki-laki (lagi) yang harus dirawat dirumah sakit dan mengalami kejadian menakutkan dengan teman sekamarnya. Cerita ke tiga mengenai perjalanan dua orang backpacker sewaktu mendapat tumpangan sebuah truk trailer misterius. Cerita ke empat mengenai seorang ibu pemilik show room mobil bekas yang mencari anaknya yang hilang. Dan cerita ke lima, buat penonton film sebelumnya, 4bia pasti tidak asing lagi dengan para pemain dan cerita horror komedinya yang membuat takut tapi sekaligus lucu.
Untuk yang nggak suka film horror jangan sekali-kali nonton film ini, bisa stress berat, karena walaupun tidak ada hantu standard yang muncul, hantu putih dengan rambut panjang ala kuntilanak, efek tegang dan menyeramkan dihadirkan dengan sudut pengambilan gambar yang berbeda dan efek suara yang mencekam.
Yang jelas, ini tontonan wajib untuk pencinta film horror.



Bandara Sultan Hasanuddin di waktu malam




Jemput adikku yang mau ikut liburan di Makassar, dapet penerbangan malam pas hari pertama Lebaran, pesawat baru landing jam 1 dini hari. Yang ada foto-foto aja dulu, mumpung sepi.

Waktu berangkat ke Makassar menggunakan pesawat Garuda Boeing A330-200 yang ada TVnya, wah jadi excited banget, perjalanan 2 jam terasa kurang karena bisa sambil nonton film, denger musik atau main game. Untuk anak-anak ada pilihan film kartun juga, jadi Raiyan seneng banget, nggak bosan.
Sewaktu perjalanan pulang, karena check in-nya di detik-detik terakhir seperti biasa, kita dipindahkan ke kelas bisnis. Masih memakai pesawat yang sama dan di kelas bisnis ini tempat duduknya bisa diubah menjadi tempat tidur dan bisa diatur sesuai keinginan secara otomatis. Wiiih, kumat deh noraknya...jadi main-mainin kursi, hehe...Ah biarin aja lah...kapan lagi.
Sepertinya sih pesawat ini untuk rute internasional tetapi mungkin karena Makassar termasuk rute yang jauh, maka Garuda memakai pesawat ini.

Pantai Losari, Makassar 2009




Kalau ke Makassar tidak lengkap jika tidak ke Pantai Losari. Menunggu detik-detik matahari terbenam, duduk-duduk menikmati semilir angin pantai sambil makan pisang epe atau sewaktu bulan puasa kemaren banyak juga yang berjualan jalangkote (pastel khas makassar).
Pilihan lainnya, naik perahu untuk berputar-putar di seitar pantai, cukup dengan membayar Rp. 5000,- per orang.
Jika hari sudah mulai malam, banyak juga yang menyalakan kembang api dan pemandangan pantai dikala malam bertambah dengan kelap-kelip lampu di kejauhan, yang paling gres lampu dari Trans Studio dan jika perut sudah lapar tinggal menyebrang jalan, banyak pilihan makanan berjajar mulai dari seafood, nasi kuning sampai nyuknyang (baso).