Thursday 7 March 2024

Traveling to Japan - (Part 7)

 



Tibalah hari terakhir saya di Jepang. Setelah selama 6 hari saya pergi terus, hari ini saya memilih untuk lebih santai. Suasana sarapan di Sakura Hostel juga agak sepi karena rombongan turis Philipina yang meramaikan hostel sudah check out kemarin. 

Setelah selesai sarapan acara saya selanjutnya adalah membeli oleh-oleh di Don Quiote Asakusa. Karena saya sudah mencari toko oleh-oleh yang lain seperti Daiso tapi  tidak ketemu. Saya sudah mengikuti map di google tetapi tidak menenukan toko tersebut. Akhirnya semua oleh-oleh saya beli di Don Quiote  dan supaya lebih murah jangan lupa pilih kasir tax free, (bisa tanya sama penjaganya lokasi kasir tersebut karena hanya ada 2 di tiap toko). Untuk Don Quijote di Asakusa kasirnya di lantai 2. Sebelum dihitung kasir akan memberi info jika memakai tax free maka barang-barang dibungkus khusus dan hanya bisa dibuka di negara tujuan. Paspor juga dicek dan jika membayar dengan kartu harus sama dengan nama di paspor. Saya pakai kartu debit Visa Jenius. Lumayan jadi lebih murah. Oh iya, minimal belanja 5000 yen.

Setelah selesai belanja dan beres mengatur belanjaan di tas, saya segera pindah penginapan ke Taito Ryokan yang hanya berjarak sekitar 1 km dari Sakura. Jadi cukup dengan berjalan kaki saja. Sampai disana belum bisa masuk kamar sehingga saya menitip barang di resepsionis dan keluar untuk makan siang. Resepsionisnya adalah seorang bapak tua yang merokok di ruangan kecil di depan tempat menerima tamu sehingga ruangan itu bau rokok banget. 

 Ryokan ini adalah penginapan rumah tradisional Jepang dengan lantai dan dindingnya terbuat dari kayu. Taito Ryokan ini dibangun pada tahun 1950 dan direnovasi pada tahun 2011 dengan mempertahankan suasana aslinya. Benar-benar rumah bergaya Jepang yang sangat tradisional, hanya menggunakan bahan-bahan alami seperti kayu, pasir, tanah, jerami padi dan lain-lain.

Ruangan di dalamnya memang agak seram karena mengingatkan saya akan rumah di dalam film horor Jepang yang sering saya tonton. Lantainya dari kayu dan mengingatkan akan rumah di film Sadako. Hiiii... Tetapi saya tetap berpikir positif dan tidak terlalu memikirkan hal tersebut. 

Saat check in bapak ini menunjukkan kamar saya yang terletak di lantai 2 dan menunjukkan kamar mandi yang lokasinya agak jauh dari kamar. Dan sepertinya tidak ada yang menginap di sana selain saya. Duh, moga-moga semua aman, tidak ada penampakan yang aneh-aneh. Saya tidak bisa merasakan saya merinding atau tidak karena udara yang dingin membuat saya tidak sensitif. Jadi ya sudahlah, pasrah aja, banyak-banyak berdoa. 


 




Akhirnya saya memutuskan untuk makan siang di sebuah resto kebab karena resto itu yang terlihat duluan saat saya jalan kaki dari penginapan, selain itu perut sudah lapar sekali. Udara dingin menyebabkan perut cepat lapar dan masuk ke resto bisa sekalian menghangatkan diri. Setelah kenyang makan kebab dan nasi yang lumayan enak saya melanjutkan perjalanan menuju tepi Sumida River. Disini saya hanya duduk santai  dan melihat pemandangan sekitar sambil berfoto-foto. Banyak orang yang lewat sambil membawa anjingnya berjalan-jalan. Dogie-dogienya tidak kalah stylist dari pemiliknya karena diberi pakaian yang lucu-lucu. Banyak juga yang masih lari-lari padahal sudah jam 2 siang. Sepertinya lari di sini tidak ada jam khusus dan bisa dilakukan sepanjang hari, kecuali mungkin malam hari karena udara pasti sudah dingin sekali.





Niat awal untuk jalan ke Tokyo Skytree tidak jadi karena di peta jaraknya sekitar 2 km, agak malas juga, saya sudah mager duduk di tepi sungai sambil melihat pemandangan.  Jadi menjelang jam 3 sore saya ke penginapan lagi untuk check in supaya bisa masuk kamar dan membawa perlengkapan untuk dibawa ke onsen. Ya, saya sudah berniat mencoba onsen di Jepang, walaupun bukan onsen beneran karena lokasinya di Tokyo jadi namanya Sento -pemandian umum. Kalau Sento ini sumber airnya bukan dari alam, tapi dari air biasa yang ditambah bahan mineral. Dengan mengikuti google map saya menuju ke Tsurunoyu, sento yang paling dekat dari pusat kota. Jadi saya mengikuti google map melalui jalan-jalan kecil masuk ke perumahan. Saya sempat nyasar karena memutar belok-belok dan setelah bertanya ke sebuah toko buah akhirnya saya menemukan juga sento ini. Saya sempat bengong agak lama di depan bangunan Sento karena semua tulisan dalam bahasa kanji.  Ada sepasang suami istri yang menegur saya karena melihat saya kebingungan dan memberi tahu saya untuk meletakkan   sepatu saya di loker dan setelah itu menunjukkan loket dimana saya harus membeli tiket sebesar 500 yen. Saya ditawari penjaga loket untuk sewa handuk dan sabun yang semua saya tolak karena saya sudah membawa sendiri. Dengan bahasa Inggris petugasnya yang pas-pasan akhirnya saya mengerti penjelasan bahwa di dalam ada loker dan saya bisa meletakkan barang-barang saya di sana dan nanti kunci lokernya saya bawa saat mandi.

Saya segera masuk ke dalam dan berada di ruangan dengan loker yang berjajar dan ruang mandi disebelahnya. Pengunjungnya lumayan banyak. Saya segera melepas baju dan melilitkan handuk dan segera bersiap untuk berendam. Tampak beberapa orang melihat saya dengan tatapan yang menyelidik karena saya terlihat berbeda. Satu-satunya pengunjung yang bukan orang Jepang.  Tapi saya pede aja, wong gak kenal ini dan body saya cukup oke. Soalnya body perempuan Jepang itu semuanya ramping bahkan yang sudah berumur juga badannya masih bagus. 

 


Ternyata ada beberapa kolam untuk berendam yang ada di sana, ada yang biasa dan ada yang sudah diberi mineral tertentu. Malah ada tempat beredam di luar, jadi letaknya di udara terbuka jadi terasa dingin tapi malah jadi pas karena berendamnya di air panas. Tetapi menurut info yang saya baca kita tidak boleh berendam terus-terusan harus keluar juga tiap beberapa waktu. Kita bisa keluar ke tempat loker untuk sekedar minum dan kembali lagi beredam. Asalkan tidak melewati batas waktu 2 jam. (kalau tidak salah ya) Jadi saya bolak balik keluar masuk ke kolam yang berbeda-beda untuk mencoba perbedaannya. Ih seruu.. 

Setelah puas mandi saya menyelesaikan sesi Sento saya dan beres-beres serta jalan kaki lagi ke Ryokan. Malam ini angin kencang sekali jadi saya tidak jadi mampir untuk berbelanja dan setelah membeli makan malam langsung pulang. Malamnya terdengar suara sirene polisi pemberitahuan kalau ada angin kencang di Tokyo, suhu juga turun jadi minus dan saya tidak bisa tidur karena agak takut. Lampu kamar saya nyalakan semua dan kaca di meja saya tutup, takut ada bayangan. Karena sepertinya hanya saya yang menginap di Ryokan tersebut. Penginapannya hanya memakai pemanas dari AC dan tidak ada pemanas lantai dan dinding yang tidak rapat karena bangunan dari kayu membuat jadi lebih dingin. Suara angin kencang berderu-deru dan akhirnya saya bisa tidur juga walaupun agak gelisah dan sempat mendadak bangun karena merasa ada yang terbang di atas saya. Yah begitulah, saya kerukupan selimut dan tiba-tiba saya merasa ada sesuatu yang berkelebat di langit-langit kamar. Setelah itu saya susah untuk tidur lagi dan ketika akhirnya pagi menjelang saya merasa lega sekali, cuci muka, gosok gigi, packing dan menuju ke Airport. Mungkin itu semua cuma perasaan saya saja tapi kalo dipikir sekarang saat saya menulis ini rasanya tetap agak horror. 

Sampai di Bandara, saya refund kartu Suica di mesin dan ambil deposit 500 yen. Lumayan untuk jajan cemilan. 



Perjalanan berjalan lancar, tidak seperti berangkat yang diganti ke JAL, pulangnya saya tetap naik PAL dan menurut saya lumayan nyaman pesawatnya. Transit di bandara Manila yang kecil saya bareng dengan 2 orang cewek. Jadi lumayan ada teman ngobrol. Ternyata 1 orang jastiper dan 1 cewek lagi seorang solo traveler juga. 



Akhirnya sampai juga di Jakarta dengan selamat, perjalanan pertama ke Jepang yang berjalan dengan lancar dan sukses. Seneng banget rasanya dan pengen balik lagi ke Jepang kalau bisa tiket murah lagi. Pengen explore Kyoto dan Osaka.

 

Total perkiraan pengeluaran saya (tidak termasuk tiket)

Penginapan : 20.242 yen

Transportasi (kartu Suica dan tiket bus ke Kawaguchiko): 13.400 yen

Oleh-oleh dan beli2 : 11.000 yen

Makan, jajan dan lain-lain 2000 yen. Ada juga pembayaran yang menggunakan Suica Card.

Total 50000 yen kurang lebih.

 

Untuk paket internet memakai paket Telkomsel roaming Asia Australia 5GB seharga Rp 375 ribu. Sampai pulang masih sisa 1,5GB

Wednesday 10 January 2024

Traveling to Japan (Part 6)

 


Sesuai itinerary yang telah disusun sebelumnya hari ini saya akan berkunjung ke Odaiba.

Odaiba adalah pulau buatan di Teluk Tokyo, Jepang. Pulau ini dibangun pada tahun 1853 sebagai pusat pertahanan militer dan kemudian menjadi pusat perdagangan. Lokasi ini mudah dijangkau dari Tokyo sehingga saya memasukkan tujuan ini ke itinerary saya. Maklum waktu saya di Jepang tidak terlalu lama sehingga hanya berkunjung ke area Tokyo dan sekitarnya saja.

Sejak pagi hujan sudah turun yang menyebabkan saya malas sekali untuk keluar ke udara yang sudah pasti dingin. Tetapi the show must go on, ketika hujan sudah sedikit reda saya segera pergi menuju stasiun MRT terdekat sesuai dengan petunjuk di Google Map. Saya sempat membeli Melonpan karena tampilannya yang sangat menggoda dan untuk dimakan nanti di Odaiba sebagai camilan. Melonpan adalah roti manis khas Jepang yang dilapisi adonan biskuit manis sebelum dipanggang. Roti ini memiliki bentuk bundar dan bagian atasnya mirip kulit melon. Meskipun disebut "roti melon", roti ini sama sekali tidak memiliki rasa melon.


Sesampainya di stasiun MRT terakhir sepertinya saya diarahkan untuk melanjutkan perjalanan dengan menggunakan bus dan harus berjalan dulu ke halte bus terdekat.

Saya sudah bertanya ke petugas yang ada di stasiun tetapi masih ragu-ragu dan akhirnya saya bertanya lagi ke pos polisi terdekat.

Polisi yang ada di sana langsung mengerti dan memperlihatkan kertas yang sudah dilaminating berisi petunjuk ke arah halte bus tersebut. Petunjuknya sangat jelas sehingga saya tidak ragu lagi mengenai arah menuju ke sana.




Sesampainya di halte dan membaca petunjuk disana benar sekali saya mesti naik bus disana tetapi bus tersebut tidak menerima pembayaran dengan card melainkan harus tunai. Untunglah saya masih mempunyai koin yang pas dengan tarif bus tersebut. Akhirnya bus yang ditunggu datang, bus yang bernama Rainbow Odaiba Bus ini akan melewati Rainbow Bridge dan saya turun di Odaiba Park.




Setelah itu saya berjalan menuju ke Pantai sambil foto-foto. Dari sini saya berjalan menyusuri pantai sampai bertemu dengan Odaiba Marine Park yang saat itu masih tutup, foto-foto di Statue of Liberty yaitu patung Liberty yang berada di Odaiba, patung setinggi 40 kaki atau 1/7 dari patung aslinya di Amerika. Patung tersebut didirikan untuk mempertingati hubungan antara Jepang dengan Perancis, jadi tidak ada hubungannya sama sekali dengan patung Liberty di Amerika.

 


Saya janjian dengan teman saya di Diver City Tokyo Plaza tempat berdirinya patung Gundam yang besar. Dalam perjalanan menuju mall tersebut saya melewati Mall Aqua City Odaiba dan Gedung Pusat Fuji TV. Gedung ini mempunyai bentuk yang sangat unik yang memang menjadi tujuan wisata juga. Dari lantai 25 kita bisa melihat pemandangan kota Tokyo yang indah, apalagi saat senja menjelang.



Setelah sampai di patung Gundam saya segera foto-foto, selain selfie saya juga minta tolong orang untuk berfoto supaya hasilnya lebih maksimal. Menurut info dari japantravel.com, sebelumnya di lokasi ini ada patung gundam klasik RX-78-2. Namun mulai September 2017 patung itu diganti Gundam Unicorn dengan ukuran 1,7 meter lebih tinggi. Keistimewaan dari patung gundam Unicorn di Odaiba ini dibandingkan pendahulunya adalah dia dapat berubah menjadi 2 macam mode yaitu Unicorn dan Destroyer. Mode Unicorn adalah ketika Gundam ini memiliki satu tanduk di kepalanya. Sedangkan mode Destroyer adalah ketika Gundam memperlihatkan panel cahayanya yang tersembunyi. Saya sempat melihat perubahan bentuk tersebut, karena ketika saya keluar mall, saya melihat ada cahaya di patung Gundam tersebut.


Oh iya, sambil menunggu teman saya datang saya memilih untuk makan Takoyaki di sini, supaya bisa merasakan Takoyaki asli dari negara asalnya. Dan rasanya emang enak sih beda dari yang di Jakarta.

Saya berpisah dengan teman saya di mall ini, dia naik sepeda dari rumahnya yang memang dekat dengan Odaiba sedangkan saya melanjutkan perjalanan kembali ke arah Akihabara. Untuk menuju ke sana saya memilih moda transportasi yang paling disarankan untuk menikmati kota Odaiba yaitu Monorel Yurikamome. Kereta Yurikamome adalah kereta otomatis yang beroperasi dari Stasiun Shimbashi memutari Odaiba sampai ke Stasiun Toyosu. Beruntung sekali saya mendapat gerbong di depan di belakang masinis sehingga bisa melihat pemandangan yang jelas dari depan. Dan kebetulan masinisnya adalah seorang wanita.

 





Sesampainya di Akihabara saya sangat menikmati suasana jalan yang penuh dengan toko-toko eletronik serta aneka game yang membuat toko-toko tersebut menjadi ramai. Ditambah banyaknya orang lalu Lalang dengan pakaiannya yang modis membuat betah untuk menyusuri jalan menuju Ueno. Dari Akihabara menuju Ueno tidak terlalu jauh. Sehingga Ueno Park menjadi tujuan saya selanjutnya. Sebelum sampai Ueno Park saya melewati Shinobaju Pond dan Ueno Zoo.






Dari Ueno saya mencari stasiun MRT terdekat dan pulang kembali ke Asakusa dengan menggunakan MRT. Sampai di Asakusa saya sempatkan mampir ke toko oleh-oleh untuk melihat barang-barang sambil membeli makan malam. Karena rencananya besok pagi baru saya akan membeli oleh-oleh sekalian pindah penginapan.

 

 

 

Traveling to Japan (Part 5)

 


Acara hari ini ke Kawaguchiko Lake untuk melihat Gunung Fuji. Beruntung pagi ini cuaca cerah. Bangun lebih pagi, sarapan dan langsung ke Shinjuku Station. Tiket bus ke Kawaguchiko Lake bisa dibeli di Shinjuku Terminal lantai 3. Harga tiket 2000 yen 1 way. Waktu saya sampai pas banget ada bus yang akan berangkat di jam 8.15 jadi habis beli tiket bisa langsung naik bus, gak pake nunggu.

Sekitar jam 10 pagi bus sudah sampai di terminal bus Kawaguchiko Lake. Cuaca cerah sehingga gunung Fuji terlihat jelas sekali. Duh, cantiknya.






Dari terminal saya berjalan ke arah danau dan sekitar 15 menit sampai di pinggir danau dan di seberangnya danau ada terminal cable car Mt Fuji Panoramic Ropeway. Saya ikut antrian naik dan beli tiket di mesin seharga 900 yen (pp). Beli tiketnya minta tolong cewek bule yang lagi antri juga, takut salah soalnya. Kalo tiket rombongan baru bisa beli di counter.

Sampai di atas bebas foto-foto dan menikmati pemandangan sampai puas. Ada yang jual makanan dan es krim.

 Sebenarnya bisa keliling danau dengan dengan naik bus dan nanti turun di lokasi-lokasi wisata seputar danau. Tetapi saya agak malas, jadinya saya fokus naik cable car ini aja.

 Untuk kembali ke terminal bus, saya antri lagi naik cable car. Saya sempat jalan-jalan dan foto-foto di tepi danau dahulu sebelum melanjutkan perjalanan ke Terminal Bus. Sampai di terminal saya membeli tiket di jam terdekat dan diinfo juga harus menunggu di jalur berapa untuk kembali ke Terminal di Shinjuku.

 


Sampai Shinjuku saya jalan-jalan ke :

-          Mall Takashimaya Times Square, mampir ke Uniqlo dan akhirnya belanja celana legging heattech, karena ternyata cuma bawa 1 biji doang, yg 1 lagi ketinggalan dan beli sendal rumah yang berbulu jadi anget dipakenya. Pas banget karena di penginapan kalau mau pinjem sendal harus bayar sewa. Lupa bawa sendal juga.

-          Setelah puas belanja, saya iseng aja jalan ke arah Gyoen Shinjuku Park sekalian merasakan keramaian Shinjuku. Sampai sana sudah sore, Taman sudah tutup lihat depannya saja dan dari sini balik ke stasiun Shinjuku lagi sempat makan di Sukiya, tempat makan gyudon yang murah. Setelah balik Jakarta saya baru tau kalo di Jakarta juga udah ada Sukiya. Hehe…

 




Setelah balik ke Indonesia nyesel juga ketika sadar masih banyak tempat-tempat di Shinjuku yang belum sempat di eksplore, seperti iklan kucing 4D yang lucu banget, trus ada patung Godzila yang besar dan tempat-tempat keramaian lain di sana. Tetapi kalau dirasa lagi kemarin itu kayaknya udah capek banget jadinya pengen pulang aja bawaannya udah males jalan kaki lagi.

 

Monday 8 January 2024

Traveling to Japan (Part 4)




Senangnya, hari ini saya tidak sendirian karena janjian lagi dengan teman lari saya yang tinggal di Tokyo. Sesuai itinerary hari ini saya akan eksplore Ginza dan sekitarnya. Seperti biasa perjalanan menggunakan MRT tidak terlalu sulit untuk mencapai Ginza dan setelah keluar stasiun saya langsung berjalan ke arah Kabukiza, trus lanjut menyusuri jalan dan bertemu dengan taman yang ada Chirori Statue.  Chirori adalah patung perunggu yang didirikan pada tahun 2007 untuk menghormati Chirori, anjing terapi pertama di Jepang. 








Berikut berturut-turut saya mampir ke obyek wisata ini :

Tsukiji Hongwanji Temple – disini saya bertemu dengan teman saya dan berjalan bersama -sama menuju ke :

-          Namiyoke Shrine

-          Tsukiji Market

Pasar ikan paling terkenal di Jepang, suasananya ramai tapi seru. Beraneka ragam ikan ada di sini plus banyak kedai yang berjualan sushi dan sashimi.

Kata temen saya dia nanti mau traktir makan sushi tapi bukan di sini.  Di tempat langganan dia aja.  Saya sih ikutan aja.




 

-          Ginza Yonchome Intersection

-         Ginza Shopping District

-          Ginza Six

Itu semua adalah pusat dari Ginza dimana terdapat deretan toko-toko dan butik mewah.



Setelah melalui Ginza, sampailah kami di

-          Hibiya Park

Setelah saya pulang ke Indonesia, suhu di Tokyo drop dan sempat turun hujan salju menyebabkan air di danau yang ada di Hibiya Park menjadi beku.

 

Dari sini kami melanjutkan perjalanan untuk makan siang di sebuah resto sushi yang letaknya seperti di bawah jalur MRT. Nama resto sushinya lupa gak dicatet, yang jelas disini saya mencicipi sushi mentah yang segar. Sambil ngobrol seputar dunia lelarian.

 


Setelah makan, kami melanjutkan perjalanan dan melewati patung Godzila kecil di Godzila Square. Dan setelah puas foto-foto di sini saya melanjutkan perjalanan sendiri ke

-          Imperial Palace

Untuk masuk ke sini sepertinya harus daftar sebelumnya karena pengunjung dibatasi. Saya hanya foto-foto di luar saja dan melihat banyak orang yang masih lari-lari di seputar Imperial Palace, padahal sudah siang.  Disini orang bisa lari-lari sepanjang hari karena cuaca sangat mendukung.

 


Saya melanjutkan perjalanan dan sampailah di Tokyo Station. Disini saya duduk di halamannya untuk istirahat dan foto-foto.



Bangunan Tokyo Station yang unik cantik banget untuk obyek foto-foto. Saya yang sendirian ini sibuk selfie dengan HP yang disenderin ke tas dengan berbagai gaya. Mau minta tolong foto kok agak sungkan ya. Haha… jadi ya sudahlah foto-foto sendiri aja.

Tokyo Station mulai dibangun pada tahun 1908 dan selesai pada Tahun 1914. Berdiri megah dengan 3 lantai, Tokyo Station membentang lebih dari 300 meter dengan konstruksi batu bata merah dan beton.

Di sekitar Tokyo Station terdapat gedung-gedung megah yang memanjakan mata seperti : Marunouchi Building, JP Tower, Tokyo International Forum.

 


Dari Tokyo Station saya menuju ke tujuan berikutnya :  Tokyo Tower. Tokyo Tower adalah menara pemancar sinyal berketinggian 333 meter, lebih tinggi 13 meter dari Menara Eiffel di Paris. Menara ini memancarkan gelombang sinyal untuk siaran TV dan radio FM. Tokyo Tower dibangun pada tahun 1957 dan selesai pada tahun 1958. Tokyo Tower sempat menjadi Menara tertinggi di Tokyo sebelum Tokyo Skytree dibangun.

 


Puas menikmati suasana di Tokyo Station saya menuju ke tujuan akhir saya hari ini yaitu Roppongi Hills. Tempat ini tidak terlalu jauh dari Tokyo Tower sehingga dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Suasana Roppongi sore itu benar-benar asyik untuk dinikmati, very chill and relax membuat betah berlama-lama. Tetapi setelah foto-foto saya segera menuju ke stasiun terdekat untuk kembali ke penginapan.