Wednesday 14 March 2007

Gabus Pucung

Rating:★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Other
Location:Bekasi
Hari Jumat sehabis menjenguk teman kantor yang dirawat karena demam berdarah di RS Elisabeth di Bekasi, di daerah Kemang Pratama, sebenernya masih agak pagi untuk makan siang, sekitar jam 11, tapi karena ada teman yang harus sholat Jumat, maka kami sepakat untuk makan siang terlebih dahulu. Sebagai member JalanSutra yang setia, ketika ditanya mau makan di mana karena tidak tahu daerah Bekasi, saya mengajukan syarat Harus tempat makan yang berbeda, yang tidak ada di daerah kantor. Maklum deh kantor kami di daerah sekitar Chase Plaza Sudirman situ benar-benar sedikit pilihan makanannya. Setelah berpikir sejenak akhirnya teman saya memberi usulan, bagaimana kalau ke Gabus Pucung. Jelas saja saya langsung ok, karena sudah lama saya pengen banget makan gabus pucung H. Nasun, tapi karena tempatnya yang jauh nggak pernah kesampaian. Ini pasti gabus pucung lain yang terkenal di Bekasi. Tidak berapa lama mobil langsung diparkir di depan sebuah Rumah Makan di tepi jalan raya dan ada tulisan di depan Rumah Makan tersebut Sedia Gabus Pucung dan Pecak Lele. Rumah makan ini bentuknya sederhana, dengan model meja dan bangku yg panjang. Di depan ada display tempat makanan diletakkan berjejer. Saya tidak sempat memperhatikan karena sudah pasti mau pesan gabus pucung. Segera kami duduk dan mulai memesan. Ibu pemiliknya langsung menghampiri, ketika kita semua sepakat pesan gabus pucung, ibu itu memberikan pilihan, mau bagian kepala, tengah atau ekor. Saya langsung tanya yang paling enak bagian apa, bu. Semuanya enak. Karena saya tidak suka bagian kepala, susah makannya, dan ternyata bagian tengah kecil ukuran dagingnya (teman saya sudah memesan bagian tengah) sudah pasti saya memesan bagian ekor. Ditemani sepiring emping untuk ramai2 saya segera menikmati gabus pucung bagian saya. Potongan ekor ikan gabus saya besar, tergeletak pasrah di tengah kubangan kuah berwarna hitam dengan semburat kekuningan. Kuah gabus pucung ini seperti kuah rawon karena sama-sama terbuat dr kluwak tetapi lebih encer dan semburat warna kuning menandakan tambahan kunyit di dalam bumbu yang membedakan dengan rawon. Daging ikan gabus ini lembut, hampir seperti lele, tetapi lebih padat, tetapi lebih banyak durinya. Jadi selama makan harus berhati-hati sekali walo kadang sempat juga ada beberapa duri yang tertelan. Untung saya baik2 saja, misalnya sampai tersedak kan gawat. O iya, sambal hijau yang nikmat jadi pendamping gabus pucung ini, sehingga rasa kuah semakin mantap. Untuk minumnya, ternyata di rumah makan ini masih menjual green spot, minuman berkarbonasi rasa orange yang beken di thn 80an, langsung saya pesan 1 dengan es batu. Wah, jadi terkenang jaman dulu nih…Tapi ada yang aneh, botol-botol green spot yang diletakkan berjejer di jendela itu tinggi airnya tidak sama loh, mungkin pabriknya masih manual kali ya…dan hal itu sempat membuat saya takut, jangan-jangan sudah kadaluarsa dan saya jadi keracunan. Soalnya ketika saya lihat botolnya tidak ada tgl expirednya. Yang ada saya Cuma bisa pasrah karena ketika saya sadar akan hal itu green spot yang saya minum sudah tinggal sedikit.
Total kerusakan gabus pucung+nasi dengan green spot sebesar Rp. 28.000,- alamatnya Jl. Jend Sudirman, Bekasi (Cuma itu yang saya tahu karena sempat lihat nama jalan di toko seberang restoran, kalau ancer-ancer dllnya saya benar2 tidak tahu karena buta dengan daerah Bekasi)