Monday 25 January 2016

Weekend at Anyer





Sejak beberapa tahun terakhir,  setahun sekali saya pasti menjadwalkan agenda keluarga untuk liburan ke Anyer.  Biasanya setelah ikut  race Full Marathon,  dimana saya harus berlatih lari hampir setiap minggu, sehingga tidak ada waktu untuk jalan-jalan.  Ditambah race lari yang biasanya diadakan tiap hari minggu.  Walaupun sekarang udah jarang ikut race tapi setiap minggu biasanya waktunya kumpul dengaan teman-teman lari.

Tahun lalu saya booking hotel yang lumayan murah, tetapi sayang tidak langsung menghadap pantai. Pantai terdekat yang bisa diakses adalah pantai di belakang hotel Marbela  dan dipisahkan oleh jalan raya anyer.  Walaupun mesti berjalan kaki jika hendak menuju pantai tetapi kami tetap menikmati.

Untuk kali ini saya mencari hotel lain yang lebih bagus dengan akses pantai langsung dari belakang hotel.  Setelah browsing di beberapa website,  akhirnya saya memutuskan untuk booking hotel Mambruk Anyer melalui  www.klikhotel.com dan mendapatkan harga yang cukup murah. Harga sudah termasuk pajak dan breakfast untuk 2 orang.  Karena sibuk, saya sempat lupa booking dan kamar dengan harga murah yang tersedia untuk bulan November hanya tersedia pada tanggal  28 November saja.  Akhir November memang sudah masuk musim hujan, tapi tidak apa-apalah, berdoa saja mudah-mudahan cuaca cerah.

Setelah membaca review dari beberapa orang yang sudah menginap lebih dulu, sepertinya hotel ini cukup bagus, rating yang didapat hotel ini cukup lumayan dan tidak mengecewakan. 
Akhirnya hari H pun tiba, kami berangkat dari rumah sekitar jam 10 pagi.  Melalui tol tangerang arah merak, perjalanan lancar, hanya ada antrian sebentar di pintu tol kebun jeruk. Setelah itu lancar sampai keluar tol Cilegon Timur.  Keluar pintu tol, ternyata ada jalan  yang sepertinya baru dibuka.  Awalnya ragu-ragu, sempat belok kanan mengikuti arahan google map, tapi kemudian saya bertanya kepada orang di pinggir jalan dan kami disuruh putar arah untuk melalui jalan baru tersebut.

Mobil meluncur dengan mulus di jalan raya yang relatif masih sepi.  Sisa-sisa perkerjaan pembuatan jalan masih tampak di kiri kanan jalan. Bahkan di suatu tempat ada jembatan yang belum selesai dikerjakan, sehingga mobil harus melalui bagian jalan sementara yang masih berupa tanah.  Pengendara harus selalu awas karena selain jembatan itu ada bagian jalan lain yang mendadak  menjadi satu jalur.  Mudah-mudahan jalan ini  cepat selesai karena sangat  membantu para wisatawan untuk mencapai Anyer dengan lebih cepat. Lampu-lampu jalanpun juga sedang dalam proses pengerjaan.   Pemandangan kiri kanan jalan adalah pemukiman penduduk dengan tanah merah bekas galian pembuatan jalan.

Ketika akhirnya kami sampai di ujung jalan, ternyata  akhir jalan tersebut adalah masih berupa bagian jalan utama Cilegon yang di kiri kanannya ada pabrik,  tetapi sudah bagian akhir dari deretan pabrik-pabrik di Cilegon, sehingga hanya  melewati 2  pabrik besar dan setelah itu mulai memasuki area jalan raya anyer.
Pengerjaan renovasi jembatan sebelum memasuki area wisata Anyer sempat membuat antrian kendaraan, tetapi setelah itu jalanan lancar jaya.

*Setelah saya googling ternyata jalan baru ini bernama Jalan Lingkar Selatan Cilegon - Ciwandan.  Jalan tersebut sebenarnya sudah lama dibangun  tetapi sempat terkatung-katung karena kurang dana. Sehingga walaupun sudah lama ada, jalan tersebut rusak parah, sehingga sangat berbahaya jika dilalui kendaraan para wisatawan.  Sepertinya saat ini pengerjaan sudah mulai selesai, sehingga jalan tersebut dapat dilalui kendaraan.



 Letak hotel Mambruk Anyer tepat bersebelahan dengan Mercu Suar Anyer sehingga ketika saya sudah melihat mercusuar tersebut, perlahan-lahan kecepatan mobil dikurangi dan tara… tampaklah tulisan Hotel Mambruk Anyer di kanan jalan. 
Suasana yang teduh langsung menyambut kami begitu memasuki area hotel.  Hotel Mambruk merupakan salah satu hotel favorit di Anyer, sehingga kali inipun hotel full oleh  rombongan peserta outing.

Setelah check in, saya dipandu oleh mbak petugas hotel menuju kamar type Lanais yang saya pesan. Letaknya di sebuah bangunan bertingkat 2, di belakang sebelah kiri dari area hotel.  Saya mendapat kamar paling atas di lantai 2.  Walaupun bangunan lama, tetapi kamar cukup luas dan nyaman. Selain kamar tidur di luar ada ruang tamu dan dapur. Ada pula teras untuk melihat pemandangan. Pantainya jauh, jadi tidak kelihatan tapi lumayan bisa mendapat udara segar.  Handuk dan toiletries serta sandal kamar juga tersedia.

Setelah meletakkan tas di kamar, kami makan siang di halaman belakang hotel yang menghadap pantai. Menunya ayam KFC dan nasi yang kami bawa dari rumah.  Kami memang sengaja membawa makan siang dari rumah supaya bisa makan sambil menikmati pemandangan laut dengan tiupan angin pantai. Alhamdulilah, cuaca siang itu cerah ceria. Sehingga acara foto-foto di pantai berlangsung sukses.



Pantai yang terletak di belakang hotel bukan jenis pantai luas dan landai dimana pengunjung bisa menyusuri pantai dengan berjalan kaki. Hanya ada sedikit lokasi pantai berpasir yang bisa dipakai untuk berenang, selebihnya adalah pantai berbatu-batu.
Di bagian pantai berbatu tersebut terdapat bangunan berbentuk perahu yang bagus sekali untuk foto-foto. Tempatnya agak tinggi, sehingga jika foto disana akan mendapatkan latar belakang lautan biru yang cantik. Disana juga ada shelter kecil tempat pengunjung bisa duduk-duduk menikmati pemandangan laut.













Setelah puas foto-foto, kami kembali ke kamar untuk istirahat sebentar dan beres-beres. Setelah itu tujuan kami berikutnya adalah Mercu Suar Anyer.
Mercu Suar Anyer atau Mercu Suar Cikoneng, terletak sangat dekat, hanya berjarak sekitar 100 meter dari hotel. Tidak perlu naik kendaraan, cukup berjalan kaki santai selama 3 menit, kami sudah sampai.  Karena berjalan kaki dari arah hotel kami masuk melalui pintu Penginapan Anyer Wisma Primkokarmar  yang dikelola oleh Dirjen Hubla.

Sore itu sudah banyak pengunjung memadati lokasi, karena selain Mercu Suar disana juga terdapat tugu peringatan Titik Nol Kilometer yang dibangun di lokasi awal tempat dibangunnya Mercu Suar yang pertama yaitu pada tahun 1806. Mercu Suar tersebut telah musnah akibat letusan gunung Krakatau pada tahun 1883.  Mercu Suar yang baru dibangun  tahun 1885 saat  jaman Raja ZM Willem III.  Pada tugu peringatan  tersebut bertuliskan : Di sini awal berdirinya menara suar Cikoneng yang merupakan petanda titik 0 (nol) km Anyer-Panarukan” Titik nol ini adalah titik awal dari pembangunan jalan Anyer-Panarukan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Daendels.  Jalan ini dibangun dari Anyer ke arah Tangerang, Jakarta, Sumedang, Cianjur, Bandung, Cirebon, Tegal, Kendal, Semarang, Demak, Rembang, Caruban, Gresik, Surabaya, Pasuruan, Probolinggo, dan berakhir di Panarukan.

Untuk memasuki Mercu Suar kami hanya ditarik bayaran sebesar Rp. 5000,- oleh bapak penjaga yang berada di sana.  Tangga besi yang melingkar menyambut kami dan perlahan-lahan kami menaiki anak tangga menuju ke atas.  Bangunan Mercu Suar ini masih sangat kokoh, walaupun usianya sudah ratusan tahun, terdiri dari 18 lantai dengan tinggi 75,5 m. Cukup melelahkan juga bagi yang tidak biasa bergerak.  Siap-siap aja malam harinya kaki terasa pegal, karena harus melalui 286 anak tangga.

Yang sangat menarik, di lantai 2 dan 3 terdapat foto-foto sejumlah Mercu Suar yang terdapat di Indonesia, lengkap dengan sejarah mercu suar tersebut. Saat itu saya hanya sempat membaca tentang Mercu Suar di Pulau Edam, Kepulauan Seribu, Mercu Suar di Tanjung Layar, Ujung Kulon, dan Mercu Suar di Pulau Lengkuas, Belitung.  Sisanya saya tidak ingat lagi. Rencananya, saya akan googling saja di Internet untuk menemukan data jumlah Mercu Suar di Indonesia dan membaca lagi sejarahnya.  Ternyata hasilnya mengecewakan, karena data yang saya temukan tidak lengkap.  Jadi jika ingin membaca tentang lokasi dan sejarah Mercu Suar di seluruh Indonesia, tampaknya saya harus kembali lagi ke sini.

Pemandangan yang sangat indah terbentang luas dari teras luar yang terdapat di lantai 17.  Pemandangan laut biru laut Jawa di sisi depan dan di bagian lain adalah pemandangan pegunungan dengan sawah yang membentang dihiasi dengan rumah penduduk di sana sini.
Bagi yang takut ketinggian saya sarankan untuk tidak keluar karena cukup menyeram kan. Pagar pembatasny terbuat dari besi dan masih ada celah celah yang cukup lebar. Saya sibuk selfie dengan berbagai gaya.  Dan karena itu  sempat di peringati oleh pegungunjung lain untuk berhati-hati. Takut kalau HP saya jatuh karena keasyikan foto-foto. Hehe…
Sebelum turun, saya mampir dahulu ke bagian paling atas dari menara yang merupakan tempat yang paling penting dan utama dari sebuah menara Mercu Suar. Paling penting karena disanalah tempat lampu mercu suar berada.
Setelah puas kami turun kembali untuk menuju dermaga yang terletak di depan Mercu Suar untuk menikmati pemandangan matahari tenggelam.  Setelah hari menjelang malam  barulah kami kembali ke hotel.  

*Selain berkunjung ke Mercu Suar, ada beberapa lokasi wisata lain yang terletak tidak terlalu jauh dari Hotel. Seperti berkunjung ke bekas stasiun kereta api Anyer, Curug Gendang, wisata ke kerajaan Banten Lama atau berkunjung ke desa Badui.  Untuk airnya sudah pasti lengkap, seperti banana boat, jetski  dan berkunjung ke pulau-pulau sekitar hotel.

Malamnya, saya jalan-jalan ke tepi kolam renang untuk melihat suasana malam di hotel.  Ada acara ulang tahun yang sedang berlangsung di ruang serba guna sebelah kolam renang. Acara lain dari tamu hotel juga sedang berlangsung di restaurant hotel, mereka sibuk nyanyi –nyanyi dan tertawa. Kolam renang hotel letaknya tepat di pinggir pantai, dengan pemandangan ke laut lepas. Besok pagi jika saya foto-foto dari kolam renang, pasti serasa di Bali.




Pagi telah tiba, saya bangun pukul 6 dan memulai hari dengan lari pagi. Trek untuk sekedar jogging santai tersedia di hotel, menyusuri bangunan-bangunan kamar hotel dan melewati tepi pantai serta memutar ke arah depan hotel. Cukup sekitar 3km saja dan saya segera menjemput Raiyan ke kamar untuk sarapan pagi. 
Sarapan tersedia di restaurant hotel yang letaknya menghadap pantai.  Menu yang ditawarkan cukup beragam, standard breakfastr di hotel.  Setelah kenyang, saatnya tiba untuk berenang.
Yang menjadi favorit saya dari kolam renang ini adalah, airnya yang cukup hangat. Sehingga walaupun pagi itu cuaca agak mendung, tidak meyurutkan saya untuk berlama-lama berenang.  Kolam renangnya ok-lah pokoknya.  Dari kolam mau nyebur ke air laut trus balik lagi ke kolam renang juga bisa.  Di pinggir kolam renang juga ada bar, dimana kita bisa pesan minuman di sana.
Acara berenang terpaksa diakhiri karena hujan turun dengan deras.  Balik ke kamar hotel, kami mandi dan bersiap-siap untuk check out.


Perjalanan pulang lancar, saya kembali mengambl jalan yang sama seperti waktu berangkat, sehingga tidak bisa mampir untuk membeli oleh-oleh. Jadi selepas jalan lingkar selatan yang menghubungkan anyer dengan cilegon,  mobil langsung masuk ke jalan tol. Sekitar jam 14.30 kami sudah sampai lagi di Jakarta.