Thursday 8 December 2022

Jelajah Solo di Akhir Pekan

 


Karena ada teman kantor yang melangsungkan resepsi pernikahan di kota Solo, saya berkesempatan untuk berkunjung lagi ke kota tersebut saat weekend. Walaupun sudah beberapa kali ke sana, saya tetap merasa excited karena saya memang senang traveling ke luar kota.

Setelah mendapat undangan saya segera membeli tiket kereta dan booking hotel. Hotel yang saya pilih adalah Ibis Styles di Jl Gajah Mada No 23, Solo. Lokasi hotel ini strategis dengan harga yang cukup terjangkau.



Perjalanan menuju Solo berjalan lancar dan setelah check in saya segera menuju ke kolam renang untuk berenang sebentar. Masih ada waktu sebelum hari menjadi gelap. Kolam renangnya tidak terlalu besar tapi cukup ok. Untuk makan malam saya menemukan tenda penjual nasi liwet depan hotel yang lumayan enak. Jadilah saya bisa tidur dengan nyeyak dengan perut kenyang karena sudah makan nasi liwet. Ternyata tidak perlu jauh-jauh cari nasi liwet  karena di depan hotel ada penjualnya.

Besok paginya, saya sudah siap-siap dengan baju lari saya menyusuri jalan yang diinfo google maps menuju Stadion Manahan, Solo. Saya mendapat info stadion baru saja direnovasi jadi pasti tambah bagus dan pas untuk foto-foto. Ihiy..

Saya berlari dengan rute : jalan Slamet Riyadi, melewati Museum Radya Pustaka, Taman Sriwedari dan lanjut terus melewati rel kereta dan bawah fly over dengan mural warna warni. Lanjut terus menuju Stadion Manahan. Di sana saya berlari keliling bagian luar stadion dan foto-foto di depannya. Pulangnya saya foto di depan beberapa monumen yang saya temui di perjalanan. Jadi larinya gak terlalu efektif karena kebanyakan berhenti untuk foto-foto. End up sarapan di Tahu Kupat Sido Mampir deket hotel. 

Tadi pagi saya sempat melihat ada kereta yang lewat di jalan Slamet Riyadi, penasaran juga itu kereta apa karena lewat di jalan utama kota. Pengen naik juga kalo ada waktu. Setelah mencari info di mbah Google, kereta itu bernama Kereta Batara Khresna yang melayani rute stasiun Purwosari ke Stasiun Wonogiri. Jalur relnya sendiri sudah ada sejak tahun 1922 dan direvitalisasi oleh pemkot Solo supaya bisa dipakai kembali. Sayang sekali jam berangkat kereta hanya 1x sehari, jadinya batal deh naik kereta di tengah kota. 




















Sampai hotel mandi dan leyeh-leyeh, siangnya lanjut jalan kaki menuju obyek wisata berikutnya yang masih bisa dijangkau dengan berjalan kaki dari Hotel, yaitu Pasar Triwindu, yang menjual barang-barang antik dan setelah itu lanjut ke Kraton Pura Mangkunegaran.






Selain Kraton Kasunanan Surakarta, di Solo juga ada Pura Mangkunegaran yang terletak di Jalan Ronggowarsito. Hanya berjalan kaki sebentar dari Pasar Triwindu saya sudah sampai di depan halaman kraton yang super luas. Di depan bangunan utama saya mengisi buku tamu dan dengan ditemani mbak Tour Guide saya mulai menjelajah ke dalam. Beliau menceritakan banyak sekali sejarah mengenai Pura Mangkunegaran yang berdiri sejak tahun 1757 tepatnya ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Salatiga antara Sunan Pakubuwono III dan Raden Mas Said. Kagum sekali dengan bangunan yang sangat luas dimana terdapat Pendopo Ageng yang mempunyai luas 3500 meter persegi dan berbentuk joglo dan merupakan pendopo yang paling luas di Indonesia. Yang unik, di langit-langit pendopo terdapat Batik Kumudowati dengan delapan kotak dengan warna berbeda. Kuning Kuning berarti mencegah rasa kantuk, biru mencegah musibah, hitam mencegah rasa lapar, hijau mencegah frustasi, putih mencegah pikiran seks birahi, orange mencegah perasaan takut, merah mencegah kejahatan, dan ungu mencegah pikiran jahat.

Banyak hal-hal unik lain yang diceritakan oleh mbak Tur Guide termasuk Paundrakarna dan Menur yang masih keturunan dari trah Mangkunegara. Di dalam bangunan terdapat banyak ruangan dengan fungsinya masing-masing. Suasana yang teduh bikin saya betah menelusuri ruangan demi ruangan dan tak lupa berfoto ria. Di sini juga ada ruangan yang tidak boleh difoto karena berisi benda-benda yang bersifat pribadi.


















Dari Pura Mangkunegaran saya kembali ke hotel untuk makan siang dan setelah itu saya menuju obyek wisata selanjutnya yang agak jauh, Museum de Tjolomadoe terletak di Jl Adi Sucipto No 1 Karanganyar.

Cuaca yang panas terik menemani saya selama berada di sana tetapi tidak menyurutkan saya untuk foto-foto di depan bangunan bekas pabrik gula yang sudah 20 tahun terbengkalai. Setelah direnovasi bangunan menjadi bagus dan megah dengan ditambahkan beberapa bangunan seperti kafe.

Setelah membeli karcis, saya masuk ke dalam dan langsung berhadapan dengan mesin-mesin yang dipakai untuk pembuatan gula. Mesin-mesin tersebut sangat besar dan menjulang sampai ke atas. Di sana juga terdapat sejarah pabrik tersebut dan ada pula bagian ruangan untuk melakukan permainan 3 dimensi. Usai puas menjelajah di bekas pabrik gula yang luas sekali itu saya mampir untuk ngopi cantik dulu halaman. 

















Malam harinya saya dijemput oleh teman kantor lama dan makan malam di Solo Paragon Mall. 

Hari Minggunya saya berangkat ke pernikahan teman dengan naik kereta api dari solo dan turun di Klaten. Sempet foto-foto di stasiun di depan kereta karena baru kali ini ke kawinan pake kain dan naik kereta api. 











Selesai acara kawinan balik ke hotel, check out dijemput teman kantor lama lagi dan menuju Grandis Barn untuk ngopi cantik dan menikmati suasana kafe yang instagramable.






Dari sana mampir ke Toko Roti Orion untuk membeli oleh-oleh dan langsung menuju ke stasiun Solo Balapan untuk kembali ke Jakarta.

Karena saya sudah pernah beberapa kali ke solo sebelumnya, jadi saya hanya ke obyek wisata yang belum pernah. Berikut link pengalaman saya ke Solo sebelumnya : Traveling to Solo