Monday 24 March 2014

Fatahillah Fiesta 2014







Tanggal  13 Maret 2014 saya datang ke acara pembukaan Fatahillah Fiesta atau Festival Fattahillah di pelataran Museum Fatahillah. Sebenarnya saya ke sini dalam rangka menonton  pertunjukkan teman saya yang tergabung dalam Wayang Urban.  Yaitu pertunjukan wayang yang dibawakan secara modern sehingga lebih mudah dipahami bagi masyarakat umum.  Teman saya, Nanang HP, yang bertindak sebagai vokalis, menyanyikan lagu-lagu berbahasa jawa yang diciptakannya. Lagu-lagu tersebut memang digunakan sebagai pengantar untuk cerita-cerita wayang yang dipentaskan. Jadi di dalam satu panggung terdapat layar dengan wayang tradisional sebagai penguat dari cerita utama yang dibawakan oleh Nanang sebagai pengantar dan teman-temannya pengisi acara membawakan aksi teatrikal merangkap juga sebagai pemain band yang mengiringi Nanang menyanyi. Selain itu ada juga sinden yang menyanyikan tembang berbahasa jawa. Cerita yang dibawakan tidak melulu serius tapi diseling dengan adegan dan komentar yang kocak sehingga tidak membosankan.   Jika ingin info yang lebih jelas mengenai Wayang Urban bisa berkunjung ke websitenya di : http://wayangurban.blogspot.com
 
Sampai di pelataran museum Fatahillah jam menunjukkan pukul 5 sore dan cuaca cerah serta panas. Di pelataran depan museum Fatahillah sudah tampak panggung dengan deretan kursi dibalut kain putih. Bagian depan museum juga seperti baru dicat putih dengan jendela yang ditutupi kain putih. Ini untuk persiapan Video Mapping pastinya. 


 
Saya menyempatkan diri untuk berjalan-jalan di seputar area kota tua yang saat ini sudah semakin teratur dan rapi karena sebagian sudah mulai selesai di renovasi. Termasuk Museum Wayang dan Museum Bahari yang terdapat disana.


Festival ini memang menjadi penanda resmi dicanangkannya rencana revitalisasi bangunan Kota Tua yang meliputi 85 bangunan. PT  Pembangunan Kota Tua Jakarta (Jakarta Old Town Revitalization Corporation) bersama dengan kelompok seni budaya Jakarta Endowment For Art & Heritage (JEFORAH) bekerjasama untuk menangani proyek ini. Selain pameran seni rupa kontemporer Jakarta Art Space, festival yang akan berlangsung sampai dengan hari Minggu  akan menyajikan Fatahillah Food Festival 2014  yang di ketuai oleh ibu Laksmi Pamuntjak.  
Sewaktu saya berjalan ke arah pintu masuk, saya melihat proses pembuatan lukisan yang lumayan unik karena si bapak membuat lukisan tetapi seperti ada ritual tertentu karena di hadapan si bapak tersebut tampak beberapa cangkir kaleng dan telur.



Setelah mengambil foto, saya meneruskan perjalanan dan mampir ke tenda tempat festival makanan yang ternyata belum dibuka karena memang saat itu acara belum resmi dibuka.  Pembukaan akan dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta bapak Joko Widodo. 
Di bagian depan pintu tempat penyambutan tamu, sudah berbaris dengan rapi sepeda-sepeda jadul dari komunitas sepeda ontel dan beberapa orang yang berdandan sebagai patung prajurit jaman dulu dan dicat warna warni. Selain patung bergaya prajurit ada pula manusia patung bergaya putri bangsawan yang bertubuh tambun dan membawa payung. Menambah semarak acara festival kota tua.  





Setelah puas melihat ke bagian depan, saya kembali ke arah jalan yang tembus ke halte busway kota. Di jalan tersebut ternyata sudah ada beberapa bangunan kedai kopi yang sepertinya baru. Salah satunya adalah kedai kopi Djakarte dan di sebelahnya ada Bangi Kopitiam. Kadua bangunan tersebut terletak bersisian dimana kedai kopi Djakarte berinterior djadul sedangkan Bangi berinterior modern. 



Di sepanjang jalan tersebut penuh dengan para pedagang kaki lima yang menjual berbagai pernak pernik, ada pula para pembaca garis tangan serta penjual selendang mayang dan kerak telor serta es goyang. Saya yang sudah lapar segera duduk di penjual selendang mayang dan memesan satu mangkuk es.  Hmm.. seger banget deh. 



es selendang mayang


Tepat di depan bapak penjual es selendang mayang ada bangunan jadul yang sudah tua. Mudah-mudahan jika sudah direnovasi hasilnya lebih baik. Tetapi saya lebih suka jika sudah direnovasi penampilan bangunan tidak perlu terlihat terlalu modern, seperti dicat ulang, tetapi tetap memperlihatkan bangunan jaman dulu yang khas.


Sambil menunggu saatnya pembukaan, panggung hiburan diisi oleh kelompok musik keroncong yang membawakan lagu-lagu keroncong moderen untuk menghibur para pengunjung.



 Tepat setelah adzan maghrib, akhirnya pembukaan dimulai dengan pembacaan kata sambutan oleh ketua panitia revitalisasi kota tua yaitu bapak Goenawan Moehammad dan diikuti oleh video mapping mengenai proses revitalisasi kota tua tersebut. 
Setelah acara pembukaan oleh bapak GM, pak Jokowi akhirnya tiba di lokasi acara dan dimulailah pembukaan festival kota tua tersebut setelah diawali dengan pidato sambutan oleh pak Gubernur.  Setelah itu pak Gubernur menerima medali yang merupakan tanda terima kasih dari pihak panitia revitalisasi kota tua karena telah berjasa dan mendukung dimulainya  proses revitalisasi kota tua tersebut. Dan sekali lagi penampilan video mapping yang berbeda dari sebelumnya.


Seusai acara peresmian, pak Gubernur dan rombongan meninjau pameran Jakarta Contemporary Art Space yang berada di gedung Pos Fatahillah. Kalau pameran  Art Space ini berlangsung hingga 6 bulan ke depan, sehingga masih banyak waktu bagi yang hendak menyaksikannya. Gedung Pos ini telah dicat ulang sehingga seolah-olah menjadi bangunan yang lama tetapi baru. Saya yang sudah lama tidak ke daerah kota tua menjadi lupa apakah sebelumnya ada bangunan itu atau tidak.
Sementara pak Jokowi dan rombongan meninjau lokasi pameran, Wayang Urban mulai beraksi di panggung yang berada di sisi sebelah kanan pelataran musium Fatahillah. Tema yang diangkat oleh Wayang Urban dalam pertunjukkan kali itu adalah Gatotkaca dan Karna. Pertunjukkan yang berdurasi sekitar satu jam tersebut sangat apik dan tak terasa ketika akhirnya pertunjukkan berakhir jam menunjukkan hampir jam 9 malam.
Tanpa sempat bertemu dengan teman yang juga datang malam itu, saya segera menuju halte busway kota dan segera pulang. 







Wednesday 19 March 2014

My First Trail Run






 Saatnya mencoba trail run akhirnya tiba juga, setelah pada suatu hari masuk sebuah message di timeline FB saya, dari mba Endi Nila Kandi yang inspiring itu.  Pertama kali mengenal mba Endi adalah saat saya ikut trip ke Dieng dan rafting di sungai Serayu bersama EO Lare Angon.  Setelah sekian lama tidak pernah bertemu, ternyata beliau juga aktif berolahraga sepeda yang kemudian juga aktif dalam olahraga lari. Karena berteman di FB dan sering posting foto-foto race lari dan acara lari lainnya, jadilah mba Endi mengetahui kalau saya juga sering ikutan lari.  Dan messaga di timeline itu berisi ajakan untuk ikut trail run.  Bagai pepatah pucuk dicinta ulam tiba, saya merasa sangat excited dan langsung menerima ajakan beliau .  Walaupun belum tahu kapan tepatnya lari trail run itu diadakan tapi jika sewaktu-waktu ada saya pasti dikabari dan akhirnya kami berdua langsung  tukeran nomer telpon.  Yeaaay... asyiiiik... *joget-joget.
Akhirnya,  pada suatu hari Kamis tiba-tiba masuklah message di  BB dari mba Endi, ajakan untuk trail run di Sentul pada hari Sabtu. Wah, berarti dua hari lagi. Tapi karena memang pada hari itu saya tidak ada acara, saya langsung menyambut dengan gembira ajakan tersebut.   Dan mulai menanyakan apa saja yang perlu dipersiapkan untuk trail run.
Melakukan trail run tentu agak berbeda dengan lari pada jalan raya biasa. Perlengkapan yang perlu dibawa agak lebih banyak karena kita akan melakukan lari dengan rute di alam bebas,  dengan jarak yang lebih jauh, naik turun bukit serta melewati kontur jalan yang beraneka ragam dan tentu saja membutuhkan waktu yang  lebih lama.  

Karena belum mempunyai sepatu trail saya akhirnya memakai sepatu lari yang biasa saya pakai. Sebenarnya lebih baik memakai sepatu khusus trail karena sol sepatu telah dibuat khusus untuk permukaan yang tidak rata sehingga jika licin tidak mudah terpeleset. Saya hanya membeli Hydrobag karena sangat penting untuk membawa minum, makanan kecil serta  peralatan lainnya yang diperlukan sepanjang perjalanan, yaitu HP, power bank, sunblock, handuk kecil dan (seperti kata mba Endi) bawa lipstik biar tetap terlihat kece sewaktu foto-foto.  Hehehe...

Pada hari H setelah subuh, saya segera menuju ke rumah mbak Endi di Tebet.  Setelah pake acara nyasar karena belokannya kelewat, akhirnya sampai juga dan kita semua langsung berangkat. Lima orang cewek cantik yang siap ngetrail.  Deg-degan juga nih karena baru pertama kali. Mudah-mudahan bisa kuat dan  udah wanti-wanti juga sama mba Endi supaya ditungguin.
Sekitar jam 6 pagi mobil kami memasuki pelataran parkir Taman Budaya Bukit Sentul. Disana juga sudah ada kelompok lain yang akan ber trail run ria.  Sebelum memulai trail run, persiapan kecil dilakukan terlebih dulu seperti ke kamar kecil  lalu kami melakukan pemanasan serta berdoa bersama.  Oh iya, selain kami berlima, ada 3 orang lagi yang bergabung, salah satunya pak Surya yang akan menjadi penunjuk jalan sekaligus leader kelompok kami, karena sepertinya beliau paling senior karena sudah sering ikut race triathlon. 


Foto bersama sebelum mulai lari

Di awal perjalanan kami melewati jalan raya depan Taman Budaya, terus melalui jembatan dan akhirnya dari jalan raya kami mulai melewati lapangan rumput dan jalan setapak.  Jalan yang becek, berlumpur dan basah harus siap kita hadapi jika melakukan trail run.  Bonus dari trail run adalah pemandangan cantik sepanjang jalan, udara pegunungan yang sejuk dan segar dan yang pasti tanjakan-tanjakan yang aduhai.   



Di tengah jalan, masih ceria karena belum ketemu tanjakan
 
Ternyata jalan yang sudah kami lalui barusan itu masih pemanasan, setelah sampai di jalan raya lagi dimulailah jalan menanjak yang sepertinya tiada akhir menuju suatu tempat yang bernama KM 0. KM 0  terletak di derah Bojongkoneng adalah nama sebuah tempat di mana merupakan pos bagi para pesepeda berkumpul.  Seperti para pelari yang harus susah payah melalui tanjakan-tanjakan yang terjal, para pesepeda juga harus melalui tanjakan tersebut dan tidak boleh berhenti.  Kalau saya nggak boleh berhenti pas tanjakan wah, bisa-bisa pingsan deh.  Karena baru pertama, jadilah di rute menuju KM 0 ini saya yang terakhir di rombongan dengan ditemani pak Surya yang selalu memberi semangat.  Dan finally sampailah saya di KM 0 dan beristirahat di warung yang ada disana, makan pisang, tahu isi dan minum teh jahe panas manis. Wiiih nikmat deh..   Teman-teman saya yang lain langsung menanyakan apakah saya masih kuat dan saya jawab kalau masih kuat.  

KM 0


Foto di KM 0, siap berangkat lagi

 
Dari KM 0 kami menuju ke pemberhentian berikutnya yang bernama Pondok Pemburu.  Jalanan menanjak masih menjadi santapan utama bahkan kali ini tanjakan yang kami lalui lebih ekstrim lagi karena penuh dengan batu-batu besar dan terjal serta melewati aliran mata air yang keluar dari bukit.  Pemandangan yang disuguhkan juga tak kalah cantik jadi lumayan menghibur saya yang nafasnya tinggal satu-satu menyertai langkah kaki yang juga satu-satu mendaki  tanjakan demi tanjakan.  Saya sudah tertinggal jauh dengan teman-teman lain, hanya pak Surya yang menemani.  Pak Surya memang yang bertanggung jawab terhadap semua peserta trail run hari ini sehingga tetap menemani saya yang baru pertama kali. 


Menuju Pondok Pemburu, setelah ini jalan menanjak terus




Di Pondok Pemburu

Istirahat di Pondok Pemburu

Foto bersama sebelum turun menuju Kampung Awan

Aah, akhirnya, sampai juga saya di Pondok Pemburu setelah berjuang menaklukan tanjakan yang super duper curam...lega rasanya bisa duduk meluruskan kaki di teras pondok sambil minum teh manis hangat.   Mba Endi menanyakan keadaan saya dan saya jawab sambil bercanda, mau juga sih kalau di evakuasi pakai mobil yang barusan datang..  Mobil yang barusan datang adalah tamu yang akan membeli tanah didaerah sekitar yang ternyata adalah kepunyaan dari ARB.
Setelah istirahat, makan camilan coklat dan foto-foto kami melanjutkan perjalanan dan kali ini jalanan yang menurun bisa saya lalui dengan lancar. Rute selanjutnya adalah Kampung Awan, belok kiri setelah warung dan berbeda dengan jalan naik yang tadi.  Jalan menurun dan datar bisa saya lalui dengan mudah.  Kami melalui jalan di perkampungan karena mencari jalan pintas supaya tidak terlalu jauh dan hanya melalui sedikit tanjakan.  Beberapa kali teman menawarkan apakah saya mau melanjutkan perjalanan pulang dengan menggunakan ojek tetapi saya menolaknya karena masih kuat.  Yang sangat menyulitkan saya adalah tanjakan tetapi kalau jalanan mendatar saya masih bisa melaluinya walaupun terakhir-terakhir sudah banyak jalan karena kaki sudah mulai sakit. Karena ternyata kami sudah berlari sejauh sekitar 20 Km. OMG.
Cuaca sudah sangat gelap ketika kami sampai kembali di warung di KM 0. Tidak terlalu lama di sana kami segera lari kembali ke Taman Budaya. Jalanan yang menurun memudahkan perjalanan kami tetapi di tengah jalan hujan deras mulai turun disertai petir. Wah, lari di tengah hujan deras saat trail run pertama kali tidak terbayangkan sebelumnya. Dan ternyata seruuu bangett. Saya yang awalnya berkata di dalam hati cukup sekali saja ikut trail run, kalau suatu saat diajak lagi pasti nggak akan nolak. Ternyata trail run itu bikin ketagihan.
Mungkin karena sebelumnya saya sudah senang akan kegiatan di alam bebas, traveling secara backpacking sehingga harus banyak jalan kaki untuk lebih menikmati pemandangan alam, sehingga ketika ikut trail run hal ini sudah tidak asing lagi, tinggal mengganti jalan kaki dengan lari. It’s more fun and healthy. 

Setelah trail yang pertama tersebut, saya bertekad untuk mencari sepatu khusus trail. Jadi jika ada ajakan trail run lagi sudah siap. Pulang kantor, saya langsung hunting sepatu trail di Sports Station deket kantor, maunya yang lagi diskon supaya agak murah. Ada merek Reebok tapi liat modelnya masih kurang sreg. Setelah bertanya kepada teman dikasih tau kalo ada sepatu Salomon yang khusus trail lagi diskon 50% di Sports Station. Tetapi ternyata yang diskon hanya sepatu trail untuk cowok  Tidak putus asa, saya mencari info di twitter @adadiskon dan menemukan info kalau sepatu Skechers juga sedang ada diskon 50%. Asyik.. Langsung saja saya mencari info melalui telepon ke outlet Skechers di Mall Kota Kasablanka dan ternyata sepatu trail sedang diskon 50%. Langsung besoknya saya datang ke outlet Skechers dan oh... ternyata sepatu itu lucu sekali, komponen-komponen sepatu tersebut memenuhi syarat untuk sepasang sepatu trail yang bagus, warnanya juga bagus, pink dan abu-abu. Cukup puaslah dengan harganya yang diskon. Sehingga akhirnya saya punya juga sepatu trail dan siap untuk trail run berikutnya! Yuuuk...



Tuesday 4 March 2014

Kampung Batik Palbatu





Sewaktu sedang membaca timeline di FB ternyata pada awal Februari ada acara Membatik Asyik di Kampung Batik Palbatu bersama Love Our Heritage.  Wah, kebetulan sekali, karena memang sudah lama saya ingin belajar membatik tetapi selalu tidak ada waktu yang pas.  Saya mengetahui  tentang Love Our Heritageatau LOH  sudah agak lama, sepertinya sejak LOH mulai didirikan. Karena saat itu saya diajak oleh alm sepupu saya untuk menghadiri salah satu acara mereka untuk melakukan bakti royong di mouseleum O.G Khouw.   Sayang sekali, sampai saat ini, saya masih belum bisa menyisihkan waktu untuk mengikuti acara ke Mouseleum tersebut.  Sewaktu LOH mengadakan acara berkunjung ke pabrik roti Tan Ek Tjoan pun,  saya masih belum bisa ikut karena bersamaan dengan acara lain. Area yang akan dikunjungipun sebenarnya tidak asing karena hampir setiap hari saya lewat. Yup, karena kantor saya berada  di jalan Wahid Hasyim dekat stasiun Gondangdia.   Sedangkan acara LOH yang mengelilingi daerah Bendungan Hilir dan sekitarnya saya tidak ikut selain karena tidak bisa juga karena (sama seperti kunjungan ke pabrik roti) waktu itu saya masih bertempat tinggal di daerah Bendungan Hilir.  Sehingga tempat-tempat yang didatangi tersebut memang sudah sering saya kunjungi.  Bahkan sekolah yang di datangi oleh LOH adalah sekolah teman anak saya yang ibunya berteman dengan saya juga.  Sehingga sempat bercerita bahwa akan kedatangan teman-teman dari suatu komunitas.  Kalau anak saya tidak bersekolah di SD tersebut tetapi SD lain yang masih terletak di Bendungan Hilir juga dan kepala sekolah SD tersebut sebelumnya adalah kepala sekolah di SD anak saya sekarang.   Kebetulan sekali ya, lokasi yang di pilih LOH adalah tempat tinggal dan tempat bekerja saya.
Lokasi-lokasi menarik yang dikunjungi oleh komunitas LOH memang bukan sesuatu yang asing, yang mungkin setiap hari kita lewati jika hendak beraktivitas.  Tetapi justru hal tersebut yang kadang tidak kita sadari. Dengan Komunitas seperti Love Our Heritage kita jadi mengetahui bahwa tempat tersebut mempunyai sesuatu yang berarti.
Salah satu contohnya adalah tempat yang akan saya kunjungi kali ini, dengan judul acara Membatik Asyik 2014, kita akan mengjungi sentra batik di Jakarta yaitu di kampung batik Palbatu, Jakarta Selatan. Sebenarnya, kebetulan lagi,  saudara suami saya bertempat tinggal di sini, jadi sudah lama saya mengetahui daerah Palbatu. Tetapi memang sudah sekitar 3 tahun terakhir tidak pernah lagi berkunjung kesana. Sehingga saya tidak mengetahui bahwa sekarang disana telah menjadi kampung batik. 

Hari H tanggal 9 Februari pun tiba, mendung dan hujan yang datang pagi itu tidak menyurutkan niat saya untuk tetap mengikuti acara ini.  Karena ada acara lain pada pagi harinya,  saya datang agak terlambat dan baru bergabung bersama para peserta acara ini ketika prsesentasi oleh Pak Iwan dimulai. Beliau adalah penggagas berdirinya kampung batik Palbatu.  Oh iya, sebelum saya masuk ke dalam ruangan, di pintu depan, saya mengisi daftar hadir dan diberi pin Love Our Heritage, roti dan air mineral.  

Sejak Batik ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia, batik menjadi semakin dikenal di antara penduduk Indonesia. Banyak sekali gerai-gerai batik di pertokoan dan mall yang menjual batik.  Dari batik yang harganya murah meriah sampai batik tulis yang berharga jutaan.  Batik-batik tersebut bisa berbeda harga karena proses pembuatannya yang berbeda. 
Hal tersebut dijelaskan di dalam presentasi  pada hari itu, mengenai proses pembuatan batik yang dibuat menggunakan tangan alias batik tulis. Karena prosesnya yang cukup rumit dan terdiri dari beberapa tahap.
Tetapi sebelum menjelaskan mengenai tahapan pembuatan batik, pak Budi yang  membawakan presentasi tersebut menjelaskan mengenai sejarah batik yang ternyata sudah ada sejak abad ke XVII yang dilukis pada daun lontar. Setelah itu sejarah batik di Indonesia bersamaan dengan perkembangan kerajaan Majapahit lalu kerajaan Mataram, Solo dan Yogyakarta. Meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920.
Motif-motif batikpun macamnya juga banyak sekali, motif geometris dan motif non geometris, ragam hias Sawat, Lar, ragam hias Naga, ragam hias Meru atau gunung, ragam hias lidah api atau modang, ragam hias Semen Gedong, ragam hias Tambal, ragam hias Truntun, ragam hias Parang Rusak Barong, ragam hias Sidomukti dan lain-lain.
Usai presentasi, acara selanjutnya adalah acara yang sudah ditunggu-tunggu oleh semua peserta : praktek belajar membatik. 
Panitia membagikan  pensil dan kertas motif yang akan di jiplak di kain mori yang juga sudah dibagikan kepada peserta.  Ada beberapa motif yang tersedia dan saya memilh gambar burung.  Terlihat agak rumit tetapi nantinya pasti akan melatih ketrampilan saya  menggunakan canting. 






Ternyata dengan cepat saya sudah menyelesaikan menjiplak motif ke kain mori dan sambil menunggu peserta lain yang belum selesai saya melihat-lihat keadaan sekitar. Di samping ruangan terdapat bermacam-macam contoh kain batik dan baju yang telah dihasilkan oleh ibu-ibu yang bertempat tinggal di Palbatu.  Salah satu kain tadi menggunakan bahan pewarna yang berasal dari jengkol dan saya baru berkesempatan menciumnya dan ternyata memang tidak berbau jengkol.  Ada pula plakat dari MURI yang memberi penghargaan untuk melukis batik di jalan seputar Palbatu sejauh 133,9 m. 




Kampung Batik  Palbatu didirikan pertama kali oleh Pak Iwan dan Harry pada tahun 2011 di daerah sekitar Tebet yang bernama Palbatu. Kedua orang terebut berusaha mengembangkan batik di wilayah tersebut sebagai sentra batik di wilayah Jakarta. Pada tahun 2012 mereka membuat Jakarta Batik Carnival dan sejak saat itu lah batik mulai dikembangkan di daerah Palbatu dengan membuka sanggar dan gerai batik disana. Mereka juga menawarkan paket-paket kunjungan untuk rombongan yang berminat mengikuti workshop membatik.
Setelah selesai melihat-lihat, saya segera menuju teras untuk melanjutkan proses melapisi motif batik dengan malam alias nglowong  Di teras sudah disiapkan kompor kecil dengan wajan  diatasnya yang sudah berisi malam. Malam tersebut mudah sekali membeku sehingga harus selalu dipanaskan. Sebelumnya sudah ada peragaan dari Pak Iwan mengenai cara memegang canting dan menyendokkan malam ke dalam canting, tetapi ketika dipraktekkan ternyata cukup susah.  Malam yang keluar dari ujung canting tidak bisa dikendalikan sehingga melebar kemana-mana. Ternyata ujung canting yang terlalu kebawah atau kurang mendongak ke atas menjadi penyebab  malam langsung keluar dan menetes membuat pola abstrak di kain.  Kesulitan yang lain, malam mempunyai sifat yang cepat mengering, sehingga kita harus sering memasukkan canting ke wajan berisi malam.
Salah satu ibu yang menjadi pengawas di kelompok saya, melihat kesulitan saya dengan keadaan ujung canting yang sepertinya  terlalu besar tersebut dan  berinisiatif mengganti canting saya,  dengan canting yang ujungnya agak kecil. Sehingga setelah itu barulah saya bisa melakukan pelapisan dengan lebih baik. Setelah sepertinya semua gambar berhasil dilapisi malam, pekerjaan saya diperiksa lagi sama si ibu, dan ketika dibalik, taraa.. ternyata hasil pelapisan saya tidak semuanya menembus sampai ke belakang kain. Hal ini dapat menyebabkan pewarnaan tidak sempurna karena akan keluar garis dan bercampur dengan warna lainnya. Selain harus menembus ke belakang, bagian garis juga tidak boleh terputus supaya ketika proses mewarnai, warna  tidak bercampur. 






Setelah dicek dan sepertinya  hasil pengerjaan sudah ok, tahap berikutnya adalah mencolet, yaitu melakukan pewarnaan dengan menggunakan cotton bud yang telah dicelup ke pewarna. Disediakan warna merah, kuning, hijau, biru dan ungu.  Kata si ibu kita tentukan dulu latar belakangnya ingin warna apa, baru nanti pada motif diberi warna lain. Tetapi sebenarnya pilihan warna bebas sih tergantung kreativitas. 




Akhirnya, proses mencolet selesai,  untuk pewarnaan latar belakang menggunakan kuas supaya warna cepat rata ke seluruh kain dan setelah  itu batik kreasi para peserta dijemur dahulu sampai setengah kering.  Setelah setengah kering batik tersebut dilapis dengan menggunakan cairan yang bernama water glass, yang gunanya supaya warna tampak lebih awet dan cemerlang.  Dan, sambil menunggu proses selanjutnya yaitu melepaskan malam alias nglorod, kelompok yang sudah selesai lebih dulu, melakukan kunjungan ke sebuah rumah yang menjual berbagai macam batik baik bahan maupun baju yang sudah dihasilkan oleh para ibu di kampung batik palbatu.  Proses nglorod memang dilakukan oleh pengelola kampung batik dan bukan oleh peserta.
Puas melihat berbagai macam kain batik dan membelinya jika ada yang cocok,  kami kembali lagi ke tempat workshop untuk sholat . Dan sambil menunggu kelompok kedua kembali ke tempat dari kunjungan, kami makan siang dan mengikuti  acara kuis serta sambutan dari peserta.  Wah, makan siangnya enak, lauknya banyak dan karena lapar, nasinya sampai habis deh. Padahal biasanya makannya dikit.  
Karena masih ada acara lain, saya pulang lebih dahulu sebelum acara benar-benar selesai. Di pintu saya mengambil sertifikat dan hasil batik saya yang telah kering. Wah, senangnya... akhirnya kesampaian juga bisa belajar membatik. Merasakan kesulitan para pembuat batik tulis. Jadi kalau harga batik tulis itu mahal sekali memang sudah selayaknya seperti itu.