Tanggal 13 Maret 2014
saya datang ke acara pembukaan Fatahillah Fiesta atau Festival Fattahillah di
pelataran Museum Fatahillah. Sebenarnya saya ke sini dalam rangka menonton pertunjukkan teman saya yang tergabung dalam
Wayang Urban. Yaitu pertunjukan wayang
yang dibawakan secara modern sehingga lebih mudah dipahami bagi masyarakat
umum. Teman saya, Nanang HP, yang
bertindak sebagai vokalis, menyanyikan lagu-lagu berbahasa jawa yang
diciptakannya. Lagu-lagu tersebut memang digunakan sebagai pengantar untuk
cerita-cerita wayang yang dipentaskan. Jadi di dalam satu panggung terdapat
layar dengan wayang tradisional sebagai penguat dari cerita utama yang
dibawakan oleh Nanang sebagai pengantar dan teman-temannya pengisi acara
membawakan aksi teatrikal merangkap juga sebagai pemain band yang mengiringi Nanang menyanyi.
Selain itu ada juga sinden yang menyanyikan tembang berbahasa jawa. Cerita yang
dibawakan tidak melulu serius tapi diseling dengan adegan dan komentar yang
kocak sehingga tidak membosankan. Jika
ingin info yang lebih jelas mengenai Wayang Urban bisa berkunjung ke websitenya
di : http://wayangurban.blogspot.com
Sampai di pelataran museum Fatahillah jam menunjukkan pukul
5 sore dan cuaca cerah serta panas. Di pelataran depan museum Fatahillah sudah
tampak panggung dengan deretan kursi dibalut kain putih. Bagian depan museum
juga seperti baru dicat putih dengan jendela yang ditutupi kain putih. Ini
untuk persiapan Video Mapping pastinya.
Saya menyempatkan diri untuk berjalan-jalan di seputar area
kota tua yang saat ini sudah semakin teratur dan rapi karena sebagian sudah
mulai selesai di renovasi. Termasuk Museum Wayang dan Museum Bahari yang terdapat disana.
Festival ini memang menjadi penanda resmi dicanangkannya
rencana revitalisasi bangunan Kota Tua yang meliputi 85 bangunan. PT Pembangunan Kota Tua Jakarta (Jakarta Old Town
Revitalization Corporation) bersama dengan kelompok seni budaya Jakarta
Endowment For Art & Heritage (JEFORAH) bekerjasama untuk menangani proyek
ini. Selain pameran seni rupa kontemporer Jakarta Art Space, festival
yang akan berlangsung sampai dengan hari Minggu akan menyajikan Fatahillah Food Festival 2014
yang di ketuai oleh ibu Laksmi Pamuntjak.
Sewaktu saya berjalan ke arah pintu masuk, saya melihat
proses pembuatan lukisan yang lumayan unik karena si bapak membuat lukisan
tetapi seperti ada ritual tertentu karena di hadapan si bapak tersebut tampak
beberapa cangkir kaleng dan telur.
Setelah mengambil foto, saya meneruskan
perjalanan dan mampir ke tenda tempat festival makanan yang ternyata belum
dibuka karena memang saat itu acara belum resmi dibuka. Pembukaan akan dilakukan oleh Gubernur DKI
Jakarta bapak Joko Widodo.
Di bagian depan pintu tempat penyambutan tamu, sudah
berbaris dengan rapi sepeda-sepeda jadul dari komunitas sepeda ontel dan
beberapa orang yang berdandan sebagai patung prajurit jaman dulu dan dicat warna warni. Selain patung bergaya prajurit ada pula manusia patung bergaya putri bangsawan
yang bertubuh tambun dan membawa payung. Menambah semarak acara festival kota tua.
Setelah puas melihat ke bagian depan, saya kembali ke arah
jalan yang tembus ke halte busway kota. Di jalan tersebut ternyata sudah ada
beberapa bangunan kedai kopi yang sepertinya baru. Salah satunya adalah kedai kopi Djakarte dan di sebelahnya ada Bangi Kopitiam. Kadua bangunan tersebut terletak
bersisian dimana kedai kopi Djakarte berinterior djadul sedangkan Bangi
berinterior modern.
Di sepanjang jalan tersebut penuh dengan para pedagang kaki
lima yang menjual berbagai pernak pernik, ada pula para pembaca garis tangan
serta penjual selendang mayang dan kerak telor serta es goyang. Saya yang sudah
lapar segera duduk di penjual selendang mayang dan memesan satu mangkuk es. Hmm.. seger banget deh.
es selendang mayang |
Tepat di depan bapak penjual es selendang mayang ada bangunan jadul yang sudah tua. Mudah-mudahan jika sudah direnovasi hasilnya lebih baik. Tetapi saya lebih suka jika sudah direnovasi penampilan bangunan tidak perlu terlihat terlalu modern, seperti dicat ulang, tetapi tetap memperlihatkan bangunan jaman dulu yang khas.
Sambil menunggu saatnya pembukaan, panggung hiburan diisi
oleh kelompok musik keroncong yang membawakan lagu-lagu keroncong moderen untuk menghibur para
pengunjung.
Tepat setelah adzan maghrib, akhirnya pembukaan dimulai dengan
pembacaan kata sambutan oleh ketua panitia revitalisasi kota tua yaitu bapak
Goenawan Moehammad dan diikuti oleh video mapping mengenai proses revitalisasi
kota tua tersebut.
Setelah acara pembukaan oleh bapak GM, pak Jokowi akhirnya
tiba di lokasi acara dan dimulailah pembukaan festival kota tua tersebut
setelah diawali dengan pidato sambutan oleh pak Gubernur. Setelah itu pak Gubernur menerima medali yang
merupakan tanda terima kasih dari pihak panitia revitalisasi kota tua karena
telah berjasa dan mendukung dimulainya proses revitalisasi kota tua tersebut. Dan sekali lagi penampilan video mapping yang berbeda dari sebelumnya.
Seusai acara peresmian, pak Gubernur dan rombongan meninjau
pameran Jakarta Contemporary Art Space yang berada di gedung Pos Fatahillah.
Kalau pameran Art Space ini berlangsung hingga 6 bulan ke depan, sehingga masih banyak waktu bagi yang hendak menyaksikannya. Gedung Pos ini telah dicat ulang sehingga seolah-olah menjadi bangunan yang
lama tetapi baru. Saya yang sudah lama tidak ke daerah kota tua menjadi lupa
apakah sebelumnya ada bangunan itu atau tidak.
Sementara pak Jokowi dan rombongan meninjau lokasi pameran,
Wayang Urban mulai beraksi di panggung yang berada di sisi sebelah kanan
pelataran musium Fatahillah. Tema yang diangkat oleh Wayang Urban dalam pertunjukkan
kali itu adalah Gatotkaca dan Karna. Pertunjukkan yang berdurasi sekitar satu jam
tersebut sangat apik dan tak terasa ketika akhirnya pertunjukkan berakhir jam
menunjukkan hampir jam 9 malam.
Tanpa sempat bertemu dengan teman yang juga datang malam
itu, saya segera menuju halte busway kota dan segera pulang.
No comments:
Post a Comment