Tuesday, 4 March 2014

Kampung Batik Palbatu





Sewaktu sedang membaca timeline di FB ternyata pada awal Februari ada acara Membatik Asyik di Kampung Batik Palbatu bersama Love Our Heritage.  Wah, kebetulan sekali, karena memang sudah lama saya ingin belajar membatik tetapi selalu tidak ada waktu yang pas.  Saya mengetahui  tentang Love Our Heritageatau LOH  sudah agak lama, sepertinya sejak LOH mulai didirikan. Karena saat itu saya diajak oleh alm sepupu saya untuk menghadiri salah satu acara mereka untuk melakukan bakti royong di mouseleum O.G Khouw.   Sayang sekali, sampai saat ini, saya masih belum bisa menyisihkan waktu untuk mengikuti acara ke Mouseleum tersebut.  Sewaktu LOH mengadakan acara berkunjung ke pabrik roti Tan Ek Tjoan pun,  saya masih belum bisa ikut karena bersamaan dengan acara lain. Area yang akan dikunjungipun sebenarnya tidak asing karena hampir setiap hari saya lewat. Yup, karena kantor saya berada  di jalan Wahid Hasyim dekat stasiun Gondangdia.   Sedangkan acara LOH yang mengelilingi daerah Bendungan Hilir dan sekitarnya saya tidak ikut selain karena tidak bisa juga karena (sama seperti kunjungan ke pabrik roti) waktu itu saya masih bertempat tinggal di daerah Bendungan Hilir.  Sehingga tempat-tempat yang didatangi tersebut memang sudah sering saya kunjungi.  Bahkan sekolah yang di datangi oleh LOH adalah sekolah teman anak saya yang ibunya berteman dengan saya juga.  Sehingga sempat bercerita bahwa akan kedatangan teman-teman dari suatu komunitas.  Kalau anak saya tidak bersekolah di SD tersebut tetapi SD lain yang masih terletak di Bendungan Hilir juga dan kepala sekolah SD tersebut sebelumnya adalah kepala sekolah di SD anak saya sekarang.   Kebetulan sekali ya, lokasi yang di pilih LOH adalah tempat tinggal dan tempat bekerja saya.
Lokasi-lokasi menarik yang dikunjungi oleh komunitas LOH memang bukan sesuatu yang asing, yang mungkin setiap hari kita lewati jika hendak beraktivitas.  Tetapi justru hal tersebut yang kadang tidak kita sadari. Dengan Komunitas seperti Love Our Heritage kita jadi mengetahui bahwa tempat tersebut mempunyai sesuatu yang berarti.
Salah satu contohnya adalah tempat yang akan saya kunjungi kali ini, dengan judul acara Membatik Asyik 2014, kita akan mengjungi sentra batik di Jakarta yaitu di kampung batik Palbatu, Jakarta Selatan. Sebenarnya, kebetulan lagi,  saudara suami saya bertempat tinggal di sini, jadi sudah lama saya mengetahui daerah Palbatu. Tetapi memang sudah sekitar 3 tahun terakhir tidak pernah lagi berkunjung kesana. Sehingga saya tidak mengetahui bahwa sekarang disana telah menjadi kampung batik. 

Hari H tanggal 9 Februari pun tiba, mendung dan hujan yang datang pagi itu tidak menyurutkan niat saya untuk tetap mengikuti acara ini.  Karena ada acara lain pada pagi harinya,  saya datang agak terlambat dan baru bergabung bersama para peserta acara ini ketika prsesentasi oleh Pak Iwan dimulai. Beliau adalah penggagas berdirinya kampung batik Palbatu.  Oh iya, sebelum saya masuk ke dalam ruangan, di pintu depan, saya mengisi daftar hadir dan diberi pin Love Our Heritage, roti dan air mineral.  

Sejak Batik ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia, batik menjadi semakin dikenal di antara penduduk Indonesia. Banyak sekali gerai-gerai batik di pertokoan dan mall yang menjual batik.  Dari batik yang harganya murah meriah sampai batik tulis yang berharga jutaan.  Batik-batik tersebut bisa berbeda harga karena proses pembuatannya yang berbeda. 
Hal tersebut dijelaskan di dalam presentasi  pada hari itu, mengenai proses pembuatan batik yang dibuat menggunakan tangan alias batik tulis. Karena prosesnya yang cukup rumit dan terdiri dari beberapa tahap.
Tetapi sebelum menjelaskan mengenai tahapan pembuatan batik, pak Budi yang  membawakan presentasi tersebut menjelaskan mengenai sejarah batik yang ternyata sudah ada sejak abad ke XVII yang dilukis pada daun lontar. Setelah itu sejarah batik di Indonesia bersamaan dengan perkembangan kerajaan Majapahit lalu kerajaan Mataram, Solo dan Yogyakarta. Meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920.
Motif-motif batikpun macamnya juga banyak sekali, motif geometris dan motif non geometris, ragam hias Sawat, Lar, ragam hias Naga, ragam hias Meru atau gunung, ragam hias lidah api atau modang, ragam hias Semen Gedong, ragam hias Tambal, ragam hias Truntun, ragam hias Parang Rusak Barong, ragam hias Sidomukti dan lain-lain.
Usai presentasi, acara selanjutnya adalah acara yang sudah ditunggu-tunggu oleh semua peserta : praktek belajar membatik. 
Panitia membagikan  pensil dan kertas motif yang akan di jiplak di kain mori yang juga sudah dibagikan kepada peserta.  Ada beberapa motif yang tersedia dan saya memilh gambar burung.  Terlihat agak rumit tetapi nantinya pasti akan melatih ketrampilan saya  menggunakan canting. 






Ternyata dengan cepat saya sudah menyelesaikan menjiplak motif ke kain mori dan sambil menunggu peserta lain yang belum selesai saya melihat-lihat keadaan sekitar. Di samping ruangan terdapat bermacam-macam contoh kain batik dan baju yang telah dihasilkan oleh ibu-ibu yang bertempat tinggal di Palbatu.  Salah satu kain tadi menggunakan bahan pewarna yang berasal dari jengkol dan saya baru berkesempatan menciumnya dan ternyata memang tidak berbau jengkol.  Ada pula plakat dari MURI yang memberi penghargaan untuk melukis batik di jalan seputar Palbatu sejauh 133,9 m. 




Kampung Batik  Palbatu didirikan pertama kali oleh Pak Iwan dan Harry pada tahun 2011 di daerah sekitar Tebet yang bernama Palbatu. Kedua orang terebut berusaha mengembangkan batik di wilayah tersebut sebagai sentra batik di wilayah Jakarta. Pada tahun 2012 mereka membuat Jakarta Batik Carnival dan sejak saat itu lah batik mulai dikembangkan di daerah Palbatu dengan membuka sanggar dan gerai batik disana. Mereka juga menawarkan paket-paket kunjungan untuk rombongan yang berminat mengikuti workshop membatik.
Setelah selesai melihat-lihat, saya segera menuju teras untuk melanjutkan proses melapisi motif batik dengan malam alias nglowong  Di teras sudah disiapkan kompor kecil dengan wajan  diatasnya yang sudah berisi malam. Malam tersebut mudah sekali membeku sehingga harus selalu dipanaskan. Sebelumnya sudah ada peragaan dari Pak Iwan mengenai cara memegang canting dan menyendokkan malam ke dalam canting, tetapi ketika dipraktekkan ternyata cukup susah.  Malam yang keluar dari ujung canting tidak bisa dikendalikan sehingga melebar kemana-mana. Ternyata ujung canting yang terlalu kebawah atau kurang mendongak ke atas menjadi penyebab  malam langsung keluar dan menetes membuat pola abstrak di kain.  Kesulitan yang lain, malam mempunyai sifat yang cepat mengering, sehingga kita harus sering memasukkan canting ke wajan berisi malam.
Salah satu ibu yang menjadi pengawas di kelompok saya, melihat kesulitan saya dengan keadaan ujung canting yang sepertinya  terlalu besar tersebut dan  berinisiatif mengganti canting saya,  dengan canting yang ujungnya agak kecil. Sehingga setelah itu barulah saya bisa melakukan pelapisan dengan lebih baik. Setelah sepertinya semua gambar berhasil dilapisi malam, pekerjaan saya diperiksa lagi sama si ibu, dan ketika dibalik, taraa.. ternyata hasil pelapisan saya tidak semuanya menembus sampai ke belakang kain. Hal ini dapat menyebabkan pewarnaan tidak sempurna karena akan keluar garis dan bercampur dengan warna lainnya. Selain harus menembus ke belakang, bagian garis juga tidak boleh terputus supaya ketika proses mewarnai, warna  tidak bercampur. 






Setelah dicek dan sepertinya  hasil pengerjaan sudah ok, tahap berikutnya adalah mencolet, yaitu melakukan pewarnaan dengan menggunakan cotton bud yang telah dicelup ke pewarna. Disediakan warna merah, kuning, hijau, biru dan ungu.  Kata si ibu kita tentukan dulu latar belakangnya ingin warna apa, baru nanti pada motif diberi warna lain. Tetapi sebenarnya pilihan warna bebas sih tergantung kreativitas. 




Akhirnya, proses mencolet selesai,  untuk pewarnaan latar belakang menggunakan kuas supaya warna cepat rata ke seluruh kain dan setelah  itu batik kreasi para peserta dijemur dahulu sampai setengah kering.  Setelah setengah kering batik tersebut dilapis dengan menggunakan cairan yang bernama water glass, yang gunanya supaya warna tampak lebih awet dan cemerlang.  Dan, sambil menunggu proses selanjutnya yaitu melepaskan malam alias nglorod, kelompok yang sudah selesai lebih dulu, melakukan kunjungan ke sebuah rumah yang menjual berbagai macam batik baik bahan maupun baju yang sudah dihasilkan oleh para ibu di kampung batik palbatu.  Proses nglorod memang dilakukan oleh pengelola kampung batik dan bukan oleh peserta.
Puas melihat berbagai macam kain batik dan membelinya jika ada yang cocok,  kami kembali lagi ke tempat workshop untuk sholat . Dan sambil menunggu kelompok kedua kembali ke tempat dari kunjungan, kami makan siang dan mengikuti  acara kuis serta sambutan dari peserta.  Wah, makan siangnya enak, lauknya banyak dan karena lapar, nasinya sampai habis deh. Padahal biasanya makannya dikit.  
Karena masih ada acara lain, saya pulang lebih dahulu sebelum acara benar-benar selesai. Di pintu saya mengambil sertifikat dan hasil batik saya yang telah kering. Wah, senangnya... akhirnya kesampaian juga bisa belajar membatik. Merasakan kesulitan para pembuat batik tulis. Jadi kalau harga batik tulis itu mahal sekali memang sudah selayaknya seperti itu.





 

No comments:

Post a Comment