Tuesday 27 March 2012

WAYANG URBAN SANDITAMA Lagu Laga Sebuah Lakon tentang Gatotkaca dan Karna




WAYANG URBAN
SANDITAMA Lagu Laga
Sebuah Lakon tentang Gatotkaca dan Karna

Sebuah Pertunjukan Panggung yang menggabungkan berbagai unsur penceritaan lewat permainan bayangan, monolog, dialog, akting, lagu dan tarian.
Berbahasa Indonesia.
Artistik dan Audio Visual digarap secara teatrikal.

Gatotkaca dan Karna...
Selama ini keduanya dikenal sebagai dua ksatria tangguh yang sama-sama memiliki keistimewaan. Sama-sama sakti, sama-sama memiliki pendukungnya sendiri.
Tapi mau pilih yang mana? Yang dicetak sekejap jadi atau yang dibiarkan liar tumbuh di jalan? Buat Gatotkaca, kesetiaan terhadap negeri adalah segalanya. Buat Karna, harga diri tidak untuk dijual.

Candra Malik | Takako Leen | Kojack Kodrata | Sriyono Galih| Hari Prasetyo | Harris Syaus | Meyke Vierna | Artasya Sudirman | Dea Malyda | Adi Nugraha | Ari Prajanegara | Darryl | Charles Henry | Yosan Wahyu | Bari Santana | Rajab Winarko | Hudarto Hariseno | Kiki Dunung | Tri Wahyoe Widodo | Dwi Adi Nugroho | Bagyanto Siswoyo | Jumadi | Sulasno | Kasiyanto | Dekik Riyanto | Wahyu Eka

Nanang Hape | Dalang – Sutradara – Penulis Naskah
Sugeng Yeah | Penata Artistik dan Penata Lampu
Wayang Urban Plus | Musik
Usman C Noer | Penata Suara
Alim Jeni | Koordinator Panggung
Set dan Properti |On Cue Production

Teater Kecil TIM, 5-7 April 2012 jam 19.30-selesai
Reservasi: "BUDAYAKU" Daddy 08118504051 Rini 085697911921
Gratis untuk Pelajar dan Mahasiswa (seat terbatas

Tuesday 20 March 2012

Singapore





                    



Singapore lagi? Hmmm, bosen nggak ya.. tapi tiket udah terlanjur dibeli beberapa bulan sebelumnya karena ada promo dan dalam rangka ngajak temen kantor yang belum pernah ke sana. Seperti biasa, karena ada promo tiket murah AA. Waktu itu dapet tiket Rp. 380 ribu PP. Lumayan lah.
Karena judulnya jalan-jalan hemat, cari penginepannya juga yang murmer. Dan setelah mencari-cari akhirnya kami memutuskan menginap di ABC Backpaker di daerah Bugis. Tepatnya di Kubor Street 3, Singapore 19920, Singapore. Website : http://www.abchostel.com.sg.
Penginapan ini juga sengaja dipilih karena masih satu jalur dengan bandara yaitu jalur hijau, sehingga nggak terlalu susah kalau mau kemana-mana. Sebenernya sih di sini nggak masalah mau menginap di daerah mana saja karena petunjuk MRTnya gampang, harga taxi juga nggak mahal-mahal banget jadi tinggal pilih sesuai selera dan kantong. Hanya untuk bis yang selama ini belum pernah naik karena menurut saya relatif lebih rumit.

Booking penginapan sudah dilakukan sejak 1 bulan sebelumnya, untuk menghindari fully booked jika telat. Sewaktu booking harga yang dikenakan kepada kami untuk kapasitas 1 kamar ber empat adalah SGD $ 24 per orang, dan ABC Backpacker meminta transfer uang muka pembayaran sebesar 50 persen dari total malam pertama, sebesar SGD $ 96 dan bisa ditransfer melalui BCA sebesar Rp. 696 ribu (jadi kalo di kurskan sekitar Rp. 7250 per 1 $ SGD.
Setelah urusan transfer dan bukti transfer di email, pihak penginapan mengirimkan email booking dan peta menuju ke lokasi penginapan yang cukup jelas.

Berikutnya, menetapkan lokasi-lokasi yang akan dikunjungi di Singapore. Ini adalah kali ke 3 saya ke sana, jadi sudah lumayan hafal bagaimana keluar bandara, cara membeli tiket MRT dan lain-lain. Tapi kali ini saya menjadi penunjuk jalan dan tetap merasa agak deg-deg-an, walaupun petunjuk di Spore sangat jelas dan kemungkinan nyasar sangat kecil jika sudah berbekal peta jalan serta peta MRT.

Akhirnya hari keberangkatan tiba, dan ternyata yang jadi berangkat hanya 2 orang saja, saya dan Devi. Dua teman lainnya tidak bisa berangkat pada detik-detik terakhir. Memang seperti itu resiko membeli tiket murah dari jauh-jauh hari, resiko rugi lebih besar karena kita sama-sama tidak tau apa yang akan terjadi beberapa bulan kemudian.
Singkat cerita, sampailah kami di Bandara Changi, dengan memakai MRT jalur hijau turun di Halte Bugis, dan berjalan sekitar 5 menit sampailah kami di Kubor Street. Sempat dibantu oleh bapak-bapak di pinggir jalan menerangkan lokasi Kubor Street setelah kasihan melihat muka kami yang bingung. Hehe..
Finally, sampai juga di Hostel, sewaktu check in saya menerangkan bahwa dari awalnya 4 orang yang jadi datang hanya 2 orang sehingga kami akhirnya pindah ke kamar untuk 2 orang, hari pertama dengan kamar mandi di dalam ratenya SGD $ 65 setelah diskon karena booking lewat internet dan hari kedua SGD $ 60 dengan kamar mandi diluar, harus pindah kamar karena kamar yang ditempati kami sudah dibooking orang. Disesuaikan dengan uang muka yang sudah dibayar kami hanya membayar sisanya.
Kamarnya standar dengan tempat tidur tingkat dan AC, tapi bersih dan lengkap dengan shower air panas dan dingin, meja rias dan lemari. Yah lumayan kalau untuk tidur aja, karena kalau traveling seperti ini udah pasti bakal ditinggal seharian. Untuk duduk-duduk bisa di sofa di halaman hostel atau di belakang dekat dapur. Ada ruang khusus dengan fasilitas komputer dan internet gratis plus Free Wifi pula, tapi kemaren nggak bisa diakses dari bb saya. Banyak juga pelancong dari Indonesia yang menginap di sana, selain sempat bertemu, di hostel tersebut ada papan tulisan yang berisi kesan-kesan yang kebanyakan dari tamu Indonesia.
Istirahat sebentar dimanfaatkan untuk lihat-lihat peta dan merencanakan itinerary hari itu. Untuk BB sengaja off selama di S’pore maksudnya supaya lebih konsentrasi jalan-jalan dan sekalian menghemat. Soalnya gak yakin sama paket yang ditawarkan Matrix jika memakai data lebih dari berapa KB (lupa) maka tarif akan flat Rp. 25 ribu seharian. Ngeri juga kalo tiba-tiba dapet tagihan banyak dan kita tidak tahu term and conditionnya. Mau beli kartu provider di sana lumayan juga sih harganya, mending uangnya buat makan atau belanja. Haha..

Kami memulai perjalanan hari pertama dengan mencari makan siang di seputar hotel sekalian jalan ke stasiun MRT Bugis. Ternyata di jalan belakang hotel adalah daerah Kampung Glam yang terkenal bangunan-bangunan khas melayu dan merupakan kampung penduduk muslim di Singapore. Disana terdapat Masjid Sultan yang merupakan masjid pertama yang dibangun di Singapore. Masjid ini dibangun sekitar tahun 1826 oleh masyarakat Jawa yang kebanyakan pedagang awal di Singapore. Daerah ini memang kental dengan suasana khas Melayu, karena banyak terdapat rumah makan padang. Rumah makan lain yang terkenal di daerah kampung Glam adalah kampung Glam Kafe, Hajah Fatimah dan yang saya cicipi siang itu karena agak lain adalah Singapore Zam-Zam yang menyediakan daging rusa sebagai menu utama. Ada yang dibikin martabak atau nasi briyani. Kesalahan awal adalah tidak menanyakan seberapa besar porsinya. Jadi ketika yang datang adalah porsi yang sangat besar kami berdua cuma bisa bengong. Padahal Devi teman saya sudah pesan nasi goreng yang porsinya juga lumayan. Akhirnya, menimbang nasi goreng lebih tahan lama, jadilah nasi goreng dibungkus untuk makan malam dan kami berdua menghabiskan nasi briyani daging rusa dengan susah payah. Daging rusa sendiri rasanya mirip-mirip daging kambing, agak keras dan potongan tulangnya besar karena disajikan dengan nasi briyani jadi daging tersebut berlumur kuah kari yang spicy. Hah.kenyang banget deh.
Setelah sholat di Masjid Sultan dan foto-foto interior dalam masjid, kami melanjutkan perjalanan menuju patung Merlion yang bisa dicapai dari stasiun MRT City Hall. Berbekal peta dan petunjuk arah yang jelas sejak dari stasiun MRT kami mengikuti petunjuk menuju Esplanade Hall, berjalan menuju bagian dalam Esplanade, lalu keluar ke arah jalan raya dan menyusuri taman sampai ke jembatan yang menuju si patung Merlion. Ooh, baru tau sekarang kenapa waktu saya ke Singapore pertama kali tidak menemukan patung yang mengeluarkan air dari mulutnya ini, karena saat saya ke sana patung tersebut sedang direnovasi. Jadi waktu itu saya hanya berfoto dengan patung merlion lain yang lebih kecil.
Setelah puas foto-foto disana, kami meneruskan jalan kaki dan menyeberang ke arah stasiun stasiun Raffles Place dan mengarahkan tujuan ke Little India dengan terlebih dahulu turun di Outram Park untuk berpindah MRT Jalur Ungu. Rencananya sehabis dari Little India kami akan menuju China Town untuk berbelanja karena letaknya yang sama-sama di Jalur Ungu.
Keluar dari MRT petunjuk arah ke kawasan Little India sudah terpampang dengan jelas, keluar MRT belok ke kiri ada tulisan Kawasan Seni Little India. Tampak beberapa bangunan dengan warna warna ceria menarik untuk di foto dengan meja dan kursi di depannya. Semacam tempat makan begitu tampaknya.

Dengan berjalan kaki kami menuju ke arah Tekka Centre, pertokoan yang menjual aneka makanan dan pernak pernik khas India. Kombinasi dari bau khas kari dan rangkaian bunga-bunga membuat teman saya agak pusing jadi kami tidak terlalu lama mengeksplore tempat tersebut dan segera kembali ke stasiun MRT untuk menuju ke China Town.

Jika ingin membeli oleh-oleh dari Spore, China Town merupakan tempat yang tepat. Menurut info yang didapat harga yang paling murah untuk oleh-oleh bisa didapat di sini. Dan hal tersebut telah kami buktikan dengan banyaknya oleh-oleh murah meriah yang tersedia, semua tinggal pilih dan harganya sudah pas jadi tidak bisa ditawar. Di sini saya menemukan Tintin Shop yang lokasinya tersebunyi di antara lapak pedangan pernak pernik. Oh no, Tintin is my favourite dan saya agak histeris begitu masuk ke dalamnya. Pernak pernik serba Tintin dan tokoh-tokoh lainnya tersedia lengkap di sini tetapi begitu melihat harganya, hmm..ternyata lumayan mahal.
Sampai hari menjelang sore kami menghabiskan waktu di sini dan langsung balik ke penginapan untuk beristirahat. Malamnya, setelah mandi kami menuju pertokoan seputar Bugis untuk kembali berburu barang-barang murah di sana. Puas deh, hari pertama berjalan lancar sesuai rencana.
Hari Ke dua
Jadwal hari ke dua adalah jadwal bertemu teman-teman, jadi hari ini tidak terlalu banyak tempat yang akan dikunjungi.
Pagi-pagi kami sudah berjalan di sekitar kampung Glam untuk mencari sarapan dan menemukan tempat yang sudah ramai dengan pengunjung di Kampung Glam Kafe. Menu yang ditawarkan diantaranya nasi lemak dan teh tarik. Tetapi karena tidak terlalu lapar saya hanya memesan semacam pastel dan minum-teh tarik panas. Setelah itu kami menyusuri jalan mencari mesjid Hajjah Fatimah dan duduk-duduk di taman sebelah masjid sambil menikmati udara yang masih segar di pagi hari. Menikmati orang-orang yang berjalan menuju tempat aktivitas masing-masing dan bersyukur saat itu saya sedang berlibur. Oiya, di daerah Kampung Glam juga ada Malay Heritage Museum, tetapi setelah menelusuri jalan sesuai petunjuk di peta kok nggak ketemu ya.
Sesampai di penginapan, teman saya bertemu dengan saudaranya yang bekerja di spore dan setelah itu bersama-sama dengan naik taxi diantar menuju Mustafa Centre yang ternyata tidak terlalu jauh letaknya dari Bugis kalau naik taxi. Mustafa Centre adalah pusat belanja serba ada dengan harga yang konon murah. Tapi kayaknya harganya kok sama aja ya. Jadi saya hanya membeli coklat dan kopi karena tergoda saking banyaknya aneka jenis coklat dan kopi yang tersedia.
Puas belanja dan memanjakan mata di Mustafa Centre kami bergegas menelusuri jalan menuju stasiun MRT terdekat di Farrer Park. Namanya Farrer Park, tapi yang terlihat kemaren sih tamannya tidak terlalu luas. Yang menarik ada tulisan non smoking park, berarti walaupun di taman tetap nggak boleh merokok. Hebat euy.
Karena sudah jam makan siang kami mampir makan di Mc Donalds, City Square Mall yang bersebelahan dengan Farrer Park. Dari awal melihat Mc D di sini, sudah tertarik dengan menu Wasabi Burger, unik deh, karena memakai saos wasabi yang rasanya pedas semriwing, lumayan terasa kok wasabinya. Saya memang senang mencoba menu-menu di Mc D yang lain yang tidak ada di Indonesia. Jadi walaupun modelnya makanan fast food untuk Mc D atau KFC tetep harus dicoba.
Dari sana kami menuju ke Orchard Road sekalian janjian sama teman di salah satu pertokoan di sana sedangkan Devi jalan-jalan sendiri dan pulangnya kami pisah karena sore saya langsung ke Bugis untuk janjian dengan teman yang lain. Siangnya ngopi di Coffee Club, Takashimaya. hmm.. emang ada sih di PS soalnya mau nyari yang lain bingung, rata-rata udah ada di Jakarta. Ada yang lain tapi penuh dan bukan khusus untuk ngopi. Mau ke mall yang lain males jalannya, karena mallnya kan luas, udah keburu pengen ngobrol bo. Ternyata kami berdua sama-sama doyan ngobrol jadi gak terasa 3 jam ngobrol gak brenti.
Kalo di Bugis Junction, kami makan di salah satu resto Thailand di sana, yang kelihatannya tempatnya asyik dan agak sepi jadi bisa leluasa ngobrol. Maklum udah lama banget nggak ketemu.
Sekitar jam 8 saya balik ke hostel, setelah mandi dan mencari info jam buka IKEA yang ternyata sampai jam 10 malem, kami nekat ke sana. Sesuai petunjuk kami naik MRT dahulu sampai stasiun Queenstown, sama-sama Jalur Hijau, jadi gampang, dari sana naik bis No 197 menuju Alexandra Road, alamat IKEA. Keadaan sekitar lumayan gelap tetapi di halte terang benderang dan ada beberapa orang yang sama-sama menunggu bis sehingga kami tidak takut. Akhirnya bis no 197 datang dan kami pesan ke kondektur agar diberi tahu kalau sudah sampai IKEA. Sempet nanya ke penumpang yang lain dan diberi tau kalau bis akan berputar dulu sebelum ke IKEA. Karena ragu-ragu kami sempat turun di halte yang salah, dan supir bis yang baik hati itu, menyuruh kami naik kembali. Hihihi... kocak deh..
Akhirnya sampai juga di IKEA. Nggak mungkin kelewat kalau mau naik bis ke sini karena bis berhenti di halte depan IKEA jadi pasti kelihatan. IKEA masih penuh pembeli padahal sudah jam 9 malam dan dengan penuh semangat kami menyusuri bagian per bagian ruangan tempat pernak pernik lucu IKEA dipajang. Hampir saja tergiur membeli lampu meja lucu tetapi karena ingat kalau nanti bakal susah bawanya niat tersebut terpaksa dibatalkan. Soalnya sumpah deh lucu-lucu banget barangnya dan gak terlalu mahal, bikin gemes mau beli. Saya aja yang gak terlalu suka belanja bisa seperti ini, apalagi yang shopaholic ya..
Setelah puas melihat-lihat kami segera pulang, menunggu bis di halte seberang IKEA, sampai di stasium MRT Queenstown dan kembali lagi ke hostel. Walaupun hari sudah malam tetap aman karena masih rame.
Hari Ke tiga
Waah, ternyata hari cepat sekali berlalu. Dan ini hari terakhir kami di Singapore.
Pagi-pagi sarapan di sekitar kampung Glam trus langsung menuju stasiun MRT Harbour Front untuk menyeberang ke Sentosa Island. Dari Vivo City kami jalan keluar dahulu untuk foto-foto pemandangan pelabuhan Singapore. Tetapi karena cuaca agak mendung hasil fotonya kurang memuaskan. Untuk menuju Sentosa Island dengan MRT ada tiket khusus seharga $S 3 sudah termasuk tiket masuk Sentosa. Di sana bebas mau turun di stasiun mana saja dan selama di Sentosa juga ada bis gratis untuk mengantar ke tempat-tempat wisata di sana. Pokoknya semua serba praktis deh.
Di Sentosa kami mampir di pantai yang hmm.. mirip Ancol tapi lebih bersih. Trus jalan-jalan ke Universal Studio, nggak masuk, cuma foto-foto aja, then langsung balik ke bugis karena kami masih titip tas di sana. Sebenernya kalau mau ke Clarke Quay masih ada waktu karena pesawatnya masih lama. tapi kami hanya memilih untuk jalan-jalan di sekitar bugis dan makan es potong singapore itu.Sempat menyesal kenapa nggak mampir ke Clarke Quay, soalnya waktu yang diperkirakan untuk mencari crocs murah di Changi tidak terealisasi karena tokonya udah nggak ada.
Selama nunggu keberangkatan pesawat nggak ada hal-hal yang aneh, pesawat juga tepat waktu, dapet Damri di Bandara nya juga cepet. Pokoknya, liburan yang menyenangkan lah..


                                      





 










 




  
















          



                      



                        






                


              






               


                         


                       


                      


                     




                    



                      



                     




                           


                        



                  


              



 

                              


                      



                      


                     



                       




Monday 19 March 2012

Camping di Tanakita, Sukabumi







Walaupun agak lama, perjalanan ke lokasi camping Tanakita tergolong cukup lancar. Maklumlah lokasinya sudah diujung hampir memasuki kota Sukabumi. Setelah melalui Lido kami tersendat di beberapa lokasi yang merupakan pasar yang memang selalu macet yaitu pasar Cicurug dan Cibadak tetapi setelah itu lancar sampai di polsek Cisaat dan menemukan belokan ke kiri sebelum Polsek tersebut.
Papan penunjuk menuju lokasi Tanakita tidak tersedia, tetapi karena letaknya dekat dengan pintu masuk taman nasional gunung gede pangrango, lokasi tersebut yang menjadi patokan. Setelah sekitar 30 menit menempuh perjalanan melalui jalan yang bergelombang dengan aspal yang terkelupas di sana sini, akhirnya sampailah kami di lokasi perkemahan ditengah hujan yang mulai menderas.
Setelah bertemu dengan petugas untuk registrasi kami diantar ke sebuah lapangan yang sudah lengkap dengan beberapa tenda yang cukup besar. Satu tenda besar tersebut terdiri dari 4 ruangan yang masing-masing dapat memuat 2 orang. Semua sudah lengkap dengan kasur dan selimut serta bantal. Untuk kamar mandinya berada di bangunan tersendiri yang bersebelahan dengan ruang makan dan halaman untuk berkumpul. Kamar mandinya bersih dengan nuansa batu alam serta yang penting tersedia air panas. Kalau tidak ada air panas nggak mungkin mandilah..
Pemandangan yang terhampar sungguh indah, sejauh mata memandang tampak hijau pepohonan menyejukkan mata dengan pegunungan membiru dikejauhan. Udara saat itu cukup dingin karena hujan yang belum juga berhenti. Jadi untuk sementara kami menunggu di dalam tenda sampai pemberitahuan saat minum the diberikan dan hujan sudah mulai reda berganti menjadi gerimis. The manis panas beserta kudapan singkong dan pisang goreng mulai menghangatkan kami sore itu.
Setelah itu sesuai dengan itinerary yang tertera di lembar acara yang telah dikirimkan melalui email, kami akan tracking menuju danau Situ Gunung yang berada di areal taman nasional gunung gede pangrango. Sayang sekali, baru saja melangkah sekitar 100 meter keluar dari area kompleks perkemahan Tanakita tiba-tiba turun hujan lebat yang menyebabkan kami harus kembali lagi ke lokasi perkemahan. Sehingga acara trekking ke danau akan dilakukan besok pagi.
Acara makan malam dengan lauk pauk yang berlimpah disajikan secara prasmanan dengan iringan music tradisional kolintang dan angklung, menambah semarak suasana. Dan setelah itu acara dilanjutkan dengan tracking malam untuk melihat jamur yang bersinar di dalam gelap dan melihat kunang-kunang. Karena hujan, kunang-kunang tidak terlihat sehingga kami hanya melihat jamur yang berpendar di tengah kegelapan.
Ternyata, masih ada makanan yang tersedia sebagai pengantar tidur. Jagung bakar dan bajigur hangat kembali menemani malam yang dingin dan mengusir lelah sehabis tracking malam. Padahal jalannya nggak jauh kok, jadi masih belum lapar. Tapi siapa yang bisa menolak kombinasi jagung bakar dan bandrek di tengah udara malam pengunungan yang dingin.
Esok paginya, pemandangan sunrise yang cantik menyambut pagi yang cerah setelah hujan semalam. Setelah sarapan kami bersiap-siap untuk menuju Danau Situ Gunung. Jalan menuju ke lokasi danau cukup luas dan sebenarnya bisa dilalui kendaraan. Tetapi dengan cuaca pagi yang cerah lebih cocok kalau berjalan kaki sambil berolah raga.
Pemandangan danau yang indah dan alami menyambut kedatangan kami , dengan latar belakang pepohonan lebat dan gunung yang membiru di kejauhan, tak bosan-bosannya saya menikmati pemandangan tersebut dan tentu saja sibuk berfoto ria.
Dengan menyewa perahu kami bisa mengelilingi danau tersebut dan membeli souvenir yang dijajakan di pinggir danau. Ada juga tukang bakso dan camilan yang berjualan, tetapi karena sudah kenyang sarapan, kami tidak membelinya.
Setelah puas kami kembali lagi ke lokasi perkemahan. Untuk yang berminat bisa meneruskan perjalanan ke air terjun Curug Sawer yang lokasinya agak jauh, harus berjalan sekitar 1 jam atau naik ojek dengan membayar 50 ribu pp. Ada pula pilihan untuk ikutan tubing di sungai dekat perkemahan atau flying fox untuk anak-anak.
Saya tidak memilih semuanya dan hanya duduk-duduk santai, minum kopi susu, memuaskan diri melihat pemandangan hijau serta udara segar pegunungan sambil membaca buku di tenda menunggu saatnya pulang.
Ternyata waktu yang diharapkan berhenti tidak mungkin terjadi sehingga sehabis makan siang kami bersiap-siap pulang.

Alamat Tanakita Campingground :

Rakata Adventure
Jl Lamandau 4, No.17, Kebayoran Baru
021-724 3252, 021-7200 469
0813 111 350 64
Email :info@rakata.co.id
www.tanakita.com
www.rakataadventure.com/tanakita


                            







         


                



                     



                     



                     



               



              


                                      


                           




                        





                            




                        



                      



                      




                        


 

                 



         
   



   



                       



 
                      


                    
















Sunday 4 March 2012

Weekend @Cikole, Lembang







Weekend kali ini ternyata ada kesempatan untuk meninggalkan Jakarta, walaupun hanya ke Bandung. Ajakan dari Finka sudah dari dua minggu sebelumnya. Sayang, sewaktu hari H tiba Maura sakit, jadi hanya Raiyan saja yang ikut. Soalnya Raiyan mana mungkin ditinggal kalo weekend.
Berangkat dari Jakarta jam 8 pagi, Tol Cipularang lumayan lancar dan sampai di Bandung sekitar jam 10an. Acara pertama ke kawinan di sebuah hotel daerah Cihampelas sampai sekitar jam 1an, setelah itu sempet mau mampir ke rumah temennya Finka yang ibunya baru saja meninggal, ternyata sudah keburu dibawa ke makam sehingga kami memutuskan untuk langsung ke lokasi acara di Cikole, Lembang.
Ini adalah acara milik PMR SMA 1 Bandung, yang akan melantik anggota-anggota baru, karena saya diajak ya ikut aja.
Perjalanan menuju Lembang lancar jaya, dan sempat mampir di pasar lembang untuk minum susu dan makan ketan serta tape bakar. Hmm.. asyik deh, makan sambil duduk santai di warung kecil dan melihat keramaian pasar.
Akhirnya sampailah kami di area Wana Wisata, Cikole, Lembang. Lokasinya tepat di sebelah areal Tangkuban Perahu. Baru tau kalo di sini ada lokasi perkemahan, yaitu Wana Wisata Cikole yang dikelola Perhutani dan Grafika Cikole, Lembang. Karena kami datang lebih dulu jadi mempunyai waktu untuk melihat-lihat suasana. Yang pertama kami datangi adalah Grafika Cikole, yang lumayan luas lokasinya. Berada di tengah hutan pinus, terdapat fasilitas rumah makan, flying fox yang lintasannya cukup panjang, ATV serta penginapan dengan model rumah-rumah pondok kecil dari kayu dengan harga mulai dari Rp. 300 ribu per malam.
Ternyata, setelah bertelpon ria, lokasi perkemahan siswa PMR tersebut di sebelah Grafika ini, yaitu Wana Wisata Cikole yang dikelola Perhutani. Kalau di sini, hanya ada fasilitas penginapan saja, berupa pondok-pondok dari kayu dengan beberapa pilihan kamar. Kebetulan ada beberapa pondok berkamar 1 yang kosong. Jadi yang nginep di tenda itu hanya siswa-siswanya saja, alumninya sih bisa nginep di penginapan. Bagus deh, soalnya udaranya dingin banget, males aja kalo nginep di tenda.
Paginya, bisa naik kuda di sekitar penginapan, ke arah Tangkuban Prahu atau ke arah Lembang untuk menikmati tempat-tempat wisata di sana.



                        

















 Dalam perjalanan pulang ke Jakarta, kami mampir ke Tahu Susu Lembang, karena penasaran dengan rasanya.
Di area Tahu Susu Lembang ini ternyata tidak hanya menjual tahu susu saja. Tetapi sekaligus sebagai tempat pembuatan tahu tersebut. Kita bisa melihat bagaimana proses tahu susu tersebut dibuat. Pemiliknya pun dengan ramah menemani pengunjung dan memberi penjelasan mengenai tahu susu tersebut.
Di lokasi yang sama dijual pula beraneka macam makanan yang berbahan dasar tahu susu serta tahu susu yang sudah digoreng lengkap dengan cabai rawitnya. Enak deh, tahunya lembut dan langsung lumer di lidah.
Dijual pula susu jagung dan bandrek serta bajigur dan ada pula permainan ATV serta factory outlet. Jadi semuanya ada lah, lengkap.










 
Setelah Raiyan puas bermain ATV, kami menuju ke tempat selanjutnya, kami ingin mencicipi Rits Ice Cream di Jl. Setiabudi. Cuaca Bandung yang panas pasti asyik kalo sambil makan es krim dan di sana juga dijual makanan lain selain es krim, jadi bisa sekalian makan siang.
Dari arah Lembang lokasinya berada di sebelah kanan jalan, papan namanya tidak terlalu besar, sehingga harus awas melihat ke sebelah kiri.
Pilihan es krim home modenya beragam dan semuanya terlihat enak. Saya memesan Banana Caramel dan Finka memesan Sosis. Es krimnya memang beda, karena homemade jadi terasa lebih ringan dan segar. Apalagi es krim mangganya,yang di pesan Finka.
Setelah makan es krim, sempat mampir membeli batagor Kingsley yang membuka outlet di deket FO Rumah Mode, trus langsung menuju tol Cipularang menuju Jakarta. Takut macet kalo sore-sore.