Wednesday 22 December 2010

Nonton Semi Final Piala AFF di Senayan



Akhirnya, Indonesia masuk ke Semi Final Piala AFF setelah dalam tiga pertandingan sebelumnya selalu menang, maka mulailah banyak pendukung Timnas Indonesia yang tertarik untuk menonton. Termasuk saya, penonton bola kagetan. Untung, ada temen yang nawarin untuk secara kolektif membelikan karcis masuk. Untuk tiket kelas 3, harganya Rp. 50.000, di tribun yang paling atas. Nggak apa-apalah, nonton dari tribun nan jauh di atas, yang penting bisa nonton di stadion, kapan lagi prestasi Timnas Indonesia bisa bagus begini. Sebelumnya kan kalah melulu, bikin males nonton.
Sebenernya saya tidak suka nonton bola. Terakhir nonton sepak bola, pas ada even piala dunia. Itu juga karena ada kiper Spanyol yang cakep Kak Silas dan nontonnya juga dimulai pas semi final dan final aja. Tapi itu kan di TV. Kalau kali ini bisa nonton di stadion secara langsung. Pasti seru banget. Keriaan mendadak masyarakat baik yang senang menonton pertandingan sepak bola maupun suporter kagetan yang terkena euforia disebabkan karena tahun ini mendadak Tim Nasional Indonesia berhasil menaklukan lawan-lawannya tanpa pernah mengalami kekalahan. Dan akhirnya sampai di pertandingan semifinal melawan Philipina. Terus terang, sebelumnya saya tidak mengetahui satupun nama pemain timnas sepakbola kecuali Markus Horison, itu juga karena dia baru saja menikah dengan artis Kiki Amalia dan Bambang Pamungkas yang memang sudah lama bermain dalam timas. Maklumlah, sebelumnya kan Indonesia selalu kalah jadi pemain-pemainnya kurang dikenal. Setelah beberapa kali menang, mungkin memang sudah waktunya,supaya Timnas lebih dikenal oleh rakyat yang haus akan prestasi olahraga yang cemerlang di negeri sendiri. Jadi yang sebelumnya saya tidak tahu siapa saja pemain-pemain timnas, akhirnya mulai mengenal siapa itu Firman Utina, Ahmad Bustomi, apalagi sekarang ada si brondong imut Irvan Bachdim dan pencetak gol terbanyak Gonzales.
Jam 5 sepulang kantor, langsung ke kantornya Deedee di Menara Bank Mandiri, yang lokasinya pas depan pintu masuk ke Senayan. Nontonnya emang bareng dia dan teman-temannya. Dari sana kan udah deket, tinggal nyebrang jembatan penyeberangan, bersama ratusan orang lain berpakaian merah untuk menuju pintu masuk GBK. Wiiih... itu aja udah berasa banget serunya, sepanjang jalan ke Stadion banyak yang menjual atribut berbau Timnas, seperti kaos, jaket, slayer, tulisan Indonesia, stiker, kalender, topi dan banyak lagi. Penontonnya juga dari berbagai kalangan, tua, muda, anak-anak, bahkan ada suami istri yang membawa anaknya yang masih bayi. Semuanya bersemangat. Ditambah lagi kru-kru dari stasiun televisi yang bersliweran, siap menangkap momen-momen keriaan tersebut membuat para penonton menjadi narsis.
Seteah saling menunggu teman-teman yang belum datang, kami masuk ke stadion 15 menit sebelum pertandingan dimulai. Jadi sudah tidak terlalu berdesakan lagi. Malah lokasi kami duduk di stage 12 masih kosong. Ini lokasinya tepat di belakang gawang. Keadaan stadion benar-benar semarak, ada penonton yang menyalakan kembang api, belum lagi yel-yel In-do-ne-sia berkumandang bersahut-sahutan. Sebelum pertandingan dimulai, diputar dulu lagu kebangsaan dari kedua negara dan semua penonton serempak menyanyikan lagu Indonesia Raya, wah, sampai merinding dengernya, benar-benar membangkitkan rasa nasionalime. Jadi berpikir, terakhir, kapan ya, menyanyikan lagu Indonesia Raya secara bersama-sama, sepertinya sih waktu upacara bendera jaman SMA dulu. Jadi udah lamaaa sekali.
Dan ketika akhirnya tercipta gol ke gawang lawan, stadion terasa bergetar karena gemuruh suara suporter berteriak-teriak dan meniup terompet ditambah ada yang menyalakan suar api, suasana menjadi tambah meriah. Seruu bangettt.. Daripada menonton pertandingan, saya lebih memilih untuk melihat keadaan sekeliling, spanduk-spanduk yang dibawa suporter, dan keadaan stadion berwarna merah.
Sampai akhir pertandingan kedudukan 1-0 untuk Indonesia. Dan untuk leg kedua pada pertandingan hari Minggu, saya tidak menontonnya, padahal Indonesia menang juga. Pasti suasana di Senayan lebih heboh, tetapi karena memang hanya ingin merasakan sensasi menonton sepak bola di Senayan satu kali itu saja, saya lebih memilih nonton di rumah.
Sayang akhir perjalanan timnas Indonesia tidak seindah prosesnya, setelah di Malaysia mengalami kekalahan 3-0, pada pertandingan di leg 2 di GBK, walaupun menang 2-1 tetap tidak menjadi juara karena kalah dalam perolehan gol. Tetapi tetap salut untuk timnas kita yang telah berhasil menyatukan masyarakat Indonesia menjadi lebih kompak. Berhasil mendewasakan suporter Indonesia, yang walaupun kecewa karena timnya kalah, tidak melakukan aksi-aksi yang negatif. Mudah-mudahan untuk kedepannya, sepak bola Indonesia menjadi lebih baik dan lebih maju dari sekarang sehingga bisa membanggakan seluruh rakyat Indonesia.







Thursday 16 December 2010

Fun @Pantai Carita




Tahun ini training kantor dilaksanakan di Anyer, setelah sebelumnya kami selalu menghabiskan waktu di pegunungan, sudah waktunya ganti suasana dengan bermain di pantai. Sebenarnya bukan di pantai anyer sih, lebih tepatnya di Carita. Karena kami menginap di Lippo Condominium, pantai Carita.
Di suatu pagi hari sabtu, perjalanan diawali dengan sarapan di Soto Kudus-Grup Menara di daerah Karawaci, setelah menjemput salah satu teman kantor yang tinggal dekat sana. Lumayan, ada menu yang berbeda, yaitu Garang Asem dengan kuahnya yang segar. Sayang kurang lengkap, karena tidak memakai belimbing wuluh, hanya memakai tomat hijau. Tetapi cukup memuaskan. Nikmat dan kenyang. Perjalanan di lanjutkan dan sampai di daerah Carita tepat pukul 12 dan langsung menuju tempat menginap.
Awalnya kami memesan kamar di kondominium Lippo Carita setelah melihat info di intenet. Kami mendapat harga kamar 1,2 juta untuk 1 ruangan dengan 3 kamar di lantai bawah. Jadi begitu keluar kamar langsung menghadap ke pantai. Tetapi setelah kami melihat kamar, kondisinya kurang layak, karena ac di salah satu kamar rusak dan sofanya sangat lembab. Maklum, kamar ini pasti sudah lama tidak dipakai ditambah lokasinya yang berada di lantai dasar, langsung berhadapan dengan pantai yang menyebabkan hawa lembab. Acnya juga kotor. Setelah bernegosiasi dengan mbak Iis yang menerima reservasi, kami diberikan alternatif lain yaitu ruangan dengan 2 kamar di lantai bawah dengan harga 800 ribu dan 3 kamar di lantai 2 seharga 1 juta. Untuk ruangan 2 kamar kondisinya sama lembabnya dengan yang sebelumnya, ditambah ac yang rusak, sehingga tidak ada pilihan lain, kami harus memilih ruangan di lantai 1 dengan 3 kamar yang memang lebih nyaman. Fasilitasnya AC di masing-masing kamar , TV, dapur lengkap dengan kompor, aqua galon dan kulkas. Di luar terdapat balkon untuk duduk-duduk, tetapi sayang tidak dapat melihat pemandangan pantai karena tertutup pohon-pohon.
Setelah meletakkan barang-barang dimulailah perjalanan untuk mencari makan siang. Setelah sempat mengarahkan mobil ke daerah pantai Anyer kami akhirnya berbalik arah menuju pasar di daerah Pantai Carita, mengarah ke hotel Mutiara Carita yang terletak paling ujung. Tidak jauh dari Mutiara Carita di sebelah kanan jalan ada warung kecil yang penuh dengan asap pembakaran ikan dengan beberapa mobil di depannya. Nah, ini dia, patokan dasar tempat makan enak, ada banyak orang. Jadilah, kami semua merapat ke sana dan ibu nunuk memilih jenis ikan yang akan di masak. Walaupun lama banget, akhirnya hidangan ikan, udang dan cumi tersedia juga, dan langsung licin tandas dalam sekejap. Nama warung makannya Barokah Alam. Dan harganya lumayan murah, jadi esok harinya kami kembali makan siang di sana sebelum pulang ke Jakarta.
Setelah makan siang, kembali ke hotel dan waktunya bemain di pantai. Cuaca memang sempat tidak bersahabat alias hujan, tetapi saat kami hendak main di pantai, cuaca sudah kembali cerah. Biar puas main air saya sewa bodyboard seharga 10 ribu sepuasnya dan kami semua bermain banana boat dengan tarif 125 ribu untuk 5 orang. Wiiihh, seru bangettt.. baru pertama kali itu saya main banana boat dan ternyata jika bermain banana boat harus siap untuk diceburin di saat-saat terakhir. Jadi harus siap berenang-renang di tengah lautan sebelum diangkat kembali.
Malamnya, tidak ada acara makan di luar dan kami hanya makan pop mie instant. Dan setelah makan malam, duduk-duduk di pinggir pantai melihat ombak yang besar karena pasang naik. Waah, kalau tsunami seperti apa yaa, secara kita benar-benar di pinggir pantai. Ami-amit deh *ketok-ketok*. Untuk paginya kami membuat sarapan sendiri dengan beras yang dimasak dengan rice cooker yang telah tersedia. Nasi goreng ala Bu Nunuk dengan telor ceplok ala Vita. Mayaan, enak juga.
Setelah makan, baru lah dimulai acara workshop yang sebenarnya menjadi tujuan kepergian kami kali ini. Walaupun di lalui dengan setengah konsen karena pikiran sudah ke pantai, tetapi berjalan dengan sukses dan setelah acara tanya jawab materi kami akhirnya bermain-main lagi di pantai. Dan sekarang semua mencoba untuk ditato temporary. Yang lain motif abstrak sedangkan saya motif lumba-lumba ala Luna Maya. Uhuyyy...
Setelah selesai acara tato, mandi,beres-beres dan cabut pulang ke Jakarta. Di Pandeglang, mampir makan durian dahulu di pinggir jalan. Dengan penyesalan yang mendalam setelah tidak berapa lama setelah selesai makan duren tenyata melewati lokasi Durian Jatuhan Haji Arief yang terkenal itu. Huhu.. ternyata tempatnya di sini toh. Balik lagi aja lah, kapan-kapan.

Wednesday 1 December 2010

Raiyan ikut Lomba Drumband




Di pagi hari Minggu, TK Aisyiyah tampak ramai dengan anak-anak yang berseragam drumband. Begitu pula dengan orang tua murid yang akan mengantar mereka bertanding. Walaupun agak terlambat, karena harus menunggu sang pelatih yang katanya bangun kesiangan *sigh* , akhirnya rombongan yang terdiri dari 1 bis berisi anak-anak dan guru serta beberapa mobil orang tua murid bergerak menuju tol Tangerang untuk menuju ke Perumahan Citra Raya, Cikupa. Perjalanan lancar dan sampai di lokasi sudah banyak grup drum band dari sekolah-sekolah lain yang akan bertanding. Seragamnya berwarna-warni menambah semarak suasana.
Rupanya Pertandingan Drumband di Citra Raya ini sudah merupakan agenda rutin perumahan tersebut. Dan kali ini merupakan ajang uji coba TK Aisyiyah yang selama ini sudah giat berlatih di bawah asuhan Kak Mahdi. Sambil menunggu lomba dimulai, anak-anak diberi makan oleh ibu masing-masing. Maklum, harus bangun pagi, jadi belum sempat sarapan. Lokasi pertandingannya sendiri adalah lapangan yang di kelilingin oleh stand-stand makanan dan jajanan dan memang dikelola oleh perumahan. Jadi cukup teratur. Panggungnya juga sudah tersedia. Mungkin kalau tidak untuk lomba Drumband, kadang diisi oleh grup-grup band lokal.
TK Aisyiyah mendapat giliran ke 4 untuk tampil. Membawakan lagi Tik-tik Bunyi Hujan, anak-anak tampak lucu sekali dan terlihat kompak. Sepertinya ada kemungkinan menjadi juara, karena pada drumband dari TK sebelumnya yang tampil, ada yang lagunya tidak terdengar jelas, atau ada pula guru yang membantu memainkan alat musik.
Karena anak-anak sudah terlihat lelah, setelah mereka bertanding bisa segera pulang dan pengumuman pemenang akan di sms oleh Bu Cut, salah satu guru yang paling funky. Sebelum pulang, kami mampir dulu di Benhil untuk makan soto mie.
Dan benar saja, Alhamdulilah, ternyata TK Aisyiyah juara 1. Selamat, anak-anak, kalian hebat semuanya.

*beberapa foto diambil oleh Abo, yang memang suka foto-foto kegiatan anak-anak dan ibu-ibunya. hehe..

Tuesday 30 November 2010

Kedai Teh Laresolo




Walaupun Bogor relatif tidak terlalu jauh dari Jakarta, tetapi tetap memerlukan waktu khusus untuk berkunjung ke sini, karena sepertinya setiap minggu saya selalu disibukkan dengan acara-acara keluarga. Dan walaupun lokasinya dekat dengan sekumpulan tempat makan yang sudah kondang seantero Bogor, tetap saja saya nyasar agak jauh, sampai ke area resto Death by Chocholate. Padahal saya sudah menanyakan arah sejak sebelumnya, di sekitar sebuah resto yang menjual pie. Setelah berputar arah, masih bertanya sekali lagi, dan akhirnya bertemu juga dengan Agri Park, lokasi dari Kedai Teh Laresolo. Lokasi parkir di dalam Agri Park, cukup luas dan aman. Setelah turun mulailah celingukan mencari-cari yang mana kedai teh Laresolo berada, yang ternyata menempati sebuah counter, berbentuk rumah kecil beratap ijuk. Di depannya ada kolam yang dipinggirnya bisa untuk lesehan juga, kalau mendadak banyak pengunjung yang datang dan kursi sudah penuh. Sesuai namanya, kedai ini khusus menjual aneka jenis teh yang disajikan dalam teko berbentuk unik.
Jenis tehnya bermacam-macam, apabila kita bingung, sang pemilik akan dengan senang hati menjelaskan jenis racikan teh dan khasiatnya. Serta menunjukkan jenis-jenis teh yang belum pernah kita lihat, seperti, teh berbentuk bunga.
Untuk saya yang senang juga minum kopi ada racikan teh khusus bernama Teappocino, teh yang beraroma kopi yang khas, dimana bubuk teh dan kopi diracik dengan takaran yang pas sehingga rasa kopi dan teh tetap terasa, tanpa salah satu terlalu dominan. Untuk teman saya yang ikut, Ida, memilih teh India, berupa teh dengan campuran rempah-rempah, seperti cengkeh, jahe dan kapulaga. Semua jenis teh yang tersedia juga tertera campurannya di buku menu. Ada hijau, teh hitam, teh import, tea with art and style dan spesial dingin. Harganya juga tidak terlalu mahal berkisar Rp. 5000 sampai dengan Rp. 18.000.
Selain teh, tersedia juga makanan untuk teman minum teh, walau jenisnya tidak terlalu banyak. Untuk pilihan makanan berat ada mie sapi, mie sapi tauco, nasi goreng, ayam BBQ. Kalau tidak ingin makan berat dan hanya ingin makan camilah, bisa memesan risoles , seperti saya siang itu, yang ternyata, rasanya lumayan enak.
Apabila masih dirasa kurang atas pilihan makanan dari menu di Kedai Teh ini bisa memesan dari tempat makan lain yang berada di lokasi Agri Park. Ada toge goreng, serta dimsum, yang letaknya bersebelahan dengan Kedai Teh ini. Menu yang lainnya masih banyak lagi, dan semuanya bisa dinikmati sambil menyeruput teh yang nikmat.
Lokasi Agri Park yang strategis ini memang membuat betah, tak terkecuali, buat anak-anak. Tersedia pemainan seperti perosotan dan ayunan serta fasilitas kuda tunggangan. Di halaman taman, terdapat satu pohon besar yang dilihat dari bentuknya sudah sangat tua, daun-daunnya yang rindang membuat suasana taman sejuk apabila matahari sedang bersinar dengan terik. Membuat betah untuk duduk berlama-lama, sambil ngobrol.
Seandainya lokasi seperti ini ada di Jakarta, saya bisa lebih sering datang. Tetapi mungkin dengan lokasi yang berada di Bogor, membuat saya harus lebih banyak meluangkan waktu untuk menjenguk kota ini.


Kedai Teh Laresolo
Agri Park
Jl. Taman Kencana No 3
Bogor
Telp 08159127156

Thursday 21 October 2010

Semalam di Kota Pinrang, Sulawesi Selatan




Pinrang adalah kota kabupaten di Sulawesi Selatan, jarak Makassar – Pinrang sekitar 180 km dengan waktu tempuh melalui darat dengan menggunakan mobil pribadi sekitar 3,5 jam. Setelah meninggalkan Makassar sepanjang jalan mata dihibur oleh pemandangan sawah yang menghijau dan pegunungan di kejauhan yang cantik berseling dengan pemandangan pantai di sebelah kanan jalan ketika kita memasuki Kota Pare-Pare, tempat kelahiran mantan wakil Presiden BJ Habibie. Kota Pare-pare sangat bangga sebagai tempat kelahiran tokoh nasional ini sehingga tampak tulisan yang sangat besar ketika kami memasuki kota Pare-Pare, Selamat Datang di Kota Kelahiran Bapak BJ Habibie.
Sebelum memasuki kota Pare-Pare, di daerah Pangkep, banyak terdapat penjual kue khas Makassar yang bernama Dange. Tampilannya mirip kue pancong, setengah lingkaran dengan warna hitam yang eksotis. Cie.. warna hitam berasal dari ketan hitam yang menjadi bahan baku utama kue dange ini, yang dicampur dengan parutan kelapa dan gula merah dan setelah dimasukka dalam cetakan lalu dibakar. Hmmm..rasanya kenyal dan manis. Mantab, buat camilan selama perjalanan.
Memasuki kota Pinrang, suasana tidak terlalu ramai karena masih banyak toko yang tutup, maklum kami ke sana satu hari setelah Lebaran. Setelah dijamu makan siang di rumah salah satu saudara dengan menu bandeng bakar dan sop ayam, kami melanjutkan perjalanan ke tempat kami akan menginap malam itu, sebuah rumah di salah satu desa di pinggir kota Pinrang yang terletak di sebelah sungai Saddang. Sungai Sadang berhulu di Enrekang dan mengalir melewati Pinrang, merupakan salah satu sungai besar di Sulsel. Arusnya sangat deras, terlebih saat itu hujan baru saja turun. Dan ketika kami mampir ke bendungan Benteng di dekat desa tersebut, arus airnya benar-benar dashyat, derasss sekali. Konon, bendungan tersebut sudah ada sejak jaman Belanda sehingga bangunannya masih tetap kokoh sampai sekarang. Selain itu, karena arus airnya yang deras, bendungan tersebut sudah banyak memakan korban, terutama anak kecil yang lepas dari pengawasan orang tuanya, sehingga jatuh ke dalam sungai.
Esok paginya, acara dilanjutkan dengan makan di tengah sawah dengan lauk ikan hasil tangkapan dari kolam sendiri, sayur daun kelor dan tumis kangkung Minumnya kelapa muda segar petik pohon. Air kelapanya manis, dagingnya empuk, lebih manis dari kelapa yang dihasilkan dari pohon kelapa di pantai. Semuanya terasa berkali lipat lebih lezat dengan makanan yang segar langsung dari alam.
Karena habis hujan jalanan menjadi agak becek, sehingga berjalan di pematang sawah harus lebih hati-hati supaya tidak terpeleset. Beruntung pagi itu sangat cerah, pemandangan dari tengah sawah sangat menyejukkan mata, sejauh mata memandang hijau menyapa.
Setelah puas makan dan makan lagi, kami kembali ke rumah, mandi dan packing untuk kembali ke kota Makassar. Dalam perjalanan pulang, kami mampir ke Kupa Beach, yang terletak di Kabupaten Barru. Di sini ada resto dengan pantai yang sayanganya pantainya kotor dengan sampah dan dedaunan. Sehingga kami tidak nyaman untuk berlama-lama main di sana. Tetapi pemandangan sunset yang cantik bisa dinikmati dari resto sambil makan camilan seperti panekuk, pisang goreng keju dan roti bakar dengan aneka minuman, yang rasanya cukup lumayan. Selain resto ternyata tersedia juga penginapan di sana. Karena jalan tersebut merupakan jalan trans sulawesi yang menuju ke kabupaten Enrekang dan Toraja, mungkin tempat ini biasa disinggahi oleh orang-orang yang melakukan perjalanan ke sana.
Ternyata masih ada dua kali pemberhentian lagi di perjalanan menuju Makassar. Ketika sore menjelang malam penjual makanan mulai bermunculan, menggantikan dange yang berjualan saat siang hari. Kali ini ada dua makanan lain yang wajib dibeli.
Yang pertama adalah penjual gogos, semacam lemper bakar tanpa isi yang dimakan dengan telur asin dan jagung rebus khas makassar, Jagung Pulut, yang bulir-bulirnya berwarna putih susu. Rasanya legit dan gurih, dicocol dahulu pada campuran garam dan cabai. Hmm..nyam-nyam.. lupa kalo barusan abis makan gogos, tetep maunya makan dan makan lagi. hehe.. Sampai rumah tinggal istirahat dan tidur dengan perut kenyang.


Thursday 14 October 2010

Pantai Losari 2010




Setiap kali ke Makassar tempat yang wajib dikunjungi adalah pantai Losari. Pelatarannya yang luas sangat nyaman untuk duduk-duduk santai sambil menikmati sunset. Sayang ketika beberapa kali ke sana cuaca selalu mendung, sehingga tenggelamnya matahari tidak tampak sempurna. Selain duduk-duduk, pengunjung bisa naik perahu keliling pantai atau duduk-duduk di dermaga yang terbuat dari plastik tebal sehingga bisa bergoyang-goyang.
Sekarang ada lokasi baru untuk menikmati sunset di Pantai Losari, berada di depan Benteng Fort Rotterdam, terdapat semacam foodcourt bernama Kampung Popsa. Di sini bisa menikmati sunset dengan lebih nyaman karena bisa sambil makan. Tetapi kalau terlambat datang siap-siap antri karena sudah pasti lokasi strategis sudah penuh.

Trans Studio, Makassar




Setelah satu tahun dibuka akhirnya kesampaian juga mengunjungi Trans studio. Tahun ini mall Trans yang berada satu kompleks dengan Trans sudah dibuka, mungkin karena di bulan puasa, mall dan Trans Studio terlihat sepi. Harga tiket masuk adalah Rp. 110 ribu yang berlaku untuk 15 permainan utama. Jadi kalau misalnya nggak main dan hanya masuk saja tetap harus membayar Rp 110 ribu. Dan untuk paket permainan yang lain, diluar yang 15 permainan itu harga tiketnya Rp. 135 ribu. Tiketnya sendiri berupa kartu plastik seharga Rp. 10 ribu dan bisa dipakai kalau suatu saat hendak berkunjung lagi.
Suasana di dalam Trans Studio mirip dengan arena permainan di Mall seperti di Grand Indonesia atau Mall of Indonesia. Tetapi dalam ukuran yang jauh lebih besar dengan permainan seperti Dufan tapi dalam ukuran yang lebih kecil. Roller Coasternya juga tidak seheboh Halilintar demikian juga dengan komidi putar atau kincir seperti Bianglala dan Niagara serta Ontang-anting dan Kora-kora juga ada, serta bom-bom car dan permainan kereta. Ada juga studio 4 Dimensi yang tidak sempat masuk karena jam pertunjukkan terlalu malam.
Semua permainan bertabur lampu sehingga suasana menjadi meriah. Kelebihan dari Trans Studio ini adalah karena di dalam ruangan sehingga tidak merasakan panas atau hujan, jadi siap-siap lupa waktu. Kalau ingin makan dan minum harus membeli di dalam, dimana sudah tersedia beraneka ragam makanan dan harus memakai kartu tesebut yang diisi ulang terlebih dahulu.
Permainannya banyak memakai nama-nama acara yang terdapat di Trans TV, seperti si Bolang dan Dunia Lain. Yang lucu, ketika sedang antri masuk di arena permainan dunia lain, sudah ada orang yang memakai baju hitam panjang untuk membuat kaget pengunjung. Tapi suasana di dalamnya sih biasa aja, tidak terlalu seram. Oh iya, untuk menarik minat pengunjung disajikan pertunjukkan operet di panggung utama dan ketika operet sedang berlangsung, permainan di wahana-wahana yang ada dihentikan sehingga semua orang mau tidak mau menonton pertunjukkan itu.

Wednesday 13 October 2010

Wisata Kuliner Makassar




Libur Lebaran 2010 di Makassar, selain jalan-jalan juga dimanfaatkan untuk kulineran. Seperti biasa tiada hari tanpa makan di luar dan dari hari pertama sampe hari terakhir.

Pallu Basa
Yang favorit adalah di Jalan Serigala, milik H. Udin. Sebenernya ada juga pallu basa lain, tetapi diajaknya ke sini terus jadi terima ajalah. Pallu basa ini adalah semacam soto daging dengan kuah yang sarat bumbu dan taburan semacam serundeng di atasnya. Kalau ingin lebih gurih bisa ditambah telur ayam kampung. Hmm.. enak ..

RM Ulu Juku
Ulu Juku artinya kepala ikan. Tetapi makanan yang terbuat dari kepala ikan kakap namanya Pallu Mara. Kepala ikan kakap dimasak memakai kuah yang rasanya asam segar berwarna kuning. Daging ikan yang gurih dan empuk masih berbalut lemak ikan sangat nikmat dimakan dengan nasi panas. Sampai nambah nasi saking enaknya. Selain pallu mara tersedia juga gulai ikan kepala kakap, seperti di resto padang tetapi kuahnya tidak terlalu pekat. Semuanya tersedia di RM Ulu Juku yang baru dibuka di Jl. Racing Center 99 A, Makassar. Telp. 0411-421414. Sebenernya tahun lalu udah nyoba Pallu Mara di suatu rumah makan di Makassar, tapi rasanya memang masih kalah dengan rumah makan ini.

RM Niagara
Mampir di sini untuk menemani Siza yang sedang ngidam makan bubur ayam. Di makassar tidak seperti di Jakarta dimana tukang bubur ayam di gerobak masih tersedia sampai malam. Di sini tidak ada tukang bubur ayam gerobak jadi kalau mau makan bubur ayam harus ke resto chinese food. Salah satu yang dicoba adalah di resto Niagara, bubur ayamnya disajikan di piring besar, agak kental dan sudah dicampur dengan ati ampela, ayam, sayuran dan taburan potongan cakwe. Warna buburnya agak kekuningan. Yang awalnya tidak terlalu yakin dengan rasanya ternyata setelah dicoba lumayan enak juga. Di sini ada minuman yang saya suka, namanya Juice Kelapa.

Kedai Kopi Phoenam
Nggak pernah bosen ke sini. Es kopi susunya enak banget. Pasangan paling pas dimakan dengan roti bakar srikaya. Habis belanja di Careffour Mall Panakukang, mampir sekedar melepas lelah sambil isi perut.
Sayang banget, pemisahan ruangan untuk yang merokok tidak berfungsi, karena asap rokoknya tetap bisa terhirup dari ruangan tidak merokok. Menyebalkan.

Pusat jajanan, Jl Lasinrang
Ini juga tempat wajib untuk mengudap makanan kecil khas makassar yang bernama Jalangkote (semacam pastel), kroket, bikangdoang (semacam bakwan udang yang besar) dan lumpia khas Makassar, serta otak-otak.
Cara makan Jalangkote bukan dengan cabe rawit tapi dengan saus cabe encer yang pedas. Di sini ada beberapa kios yang berjualan, menurut saya semua sama enaknya.

Mie Awa
Terletak di jalan Bali, dibandingkan tahun lalu, rumah makan ini semakin penuh saja. Untuk tahun ini di pinggir jalan disediakan meja dan bangku plastik untuk pengunjung yang bertambah banyak. Jadi agak mengurangi kenyamanan, kalau makan harus cepat-cepat karena banyak yang antri. Tempat ini menjual bermacam-macam mie kering, ada mie kering, mie panggang (ada aroma bakar yang khas) dan mie kuah. Mienya buatan sendiri, kecil dan kenyal. Kuahnya juga melimpah isiannya, sayuran dan potongan bakso, ayam, udang, dan kekian. Nyam..nyam..

Mama Bakery
Bakery yang menyajikan kue-kue tradisional khas makassar, seperti roko-roko unti, barongko, cucur bayao dan lain-lain. Lokasinya di Jl Serui no 5. Selain kue-kue tradisional menyajikan juga es krim dengan resep jaman dulu.

Kampung Popsa
Ini tempat makan terbaru yang sedang hip di Makassar. Lokasinya yang strategis di pinggir pantai Losari, depan benteng Fort Rotterdam memang merupakan tempat untuk bersantai, makan-makan sambil melihat sunset. Merupakan food court yang terdiri dari bermacam gerai penjual makanan, dari ayam goreng, sampai bakso, dim sum, chinese food, ya kun kaya toast, es krim yoghurt dan lain-lain. Kalau datangnya kesorean pasti tidak bisa mendapat tempat duduk yang di luar karena pasti sudah penuh. Seperti yang kita alami sore itu. Yang beda adalah kalau kita ingin duduk di lantai dua, makanan yang bisa dipesan hanya dari tempat makan yang berada di lantai 2 saja.


Wednesday 18 August 2010

Pesona Ujung Kulon




Perjalanan ke Taman Jaya sebagai dermaga keberangkatan menuju Pulau Peucang ditempuh selama hampir 12 Jam, setelah beberapa kali berhenti, untuk menjemput salah satu peserta asal Singapore yang baru mendarat di Bandara pada jam 7 malam, berhenti untuk toilet time, mengganti ban yang bocor, sekitar jam 2 pagi, sholat subuh dan akhirnya sampai juga sekitar jam 10.30 pagi. Kami semua terdiri dari 33 orang yang rela ber backpacking ria untuk menikmati keindahan Ujung Kulon.

Cuaca mendung dan akhirnya turun hujan yang lumayan deras ketika kami naik ke kapal yang sudah siap mengantar kami ke Pulau Peucang, untuk mengurus ijin masuk dan selanjutnya menuju Cibom tempat kami bermalam. Beruntung cuaca hujan tidak lama, tetapi sinar matahari berganti-ganti antara mendung dan terik. Perjalanan ditempuh sekitar 3 jam dan kebanyakan diisi dengan tidur, menebus tidur yang tidak nyenyak di perjalanan tadi, setelah acara games konyol dipandu Deedee selesai.
Setelah beres mengurus ijin masuk ke areal Taman Nasional Ujung Kulon di Pulau Peucang, perjalanan dilanjutkan dengan kapal menuju Cibom, masih sekitar 1 jam perjalanan lagi dan karena kapal tidak bisa merapat dan boat yang seharusnya membawa kami menyeberang rusak, sehingga barang-barang termasuk tas, tenda, peralatan masak dan lain-lainnya, terpaksa diseberangkan bolak balik dengan menggunakan kano. Buat yang nggak bisa berenang dengan memakai life jacket meniti tali yang dipasang hingga ke pantai, jadi tetap aman tanpa khawatir tenggelam.

Sampai di daratan, kegiatan yang dilakukan adalah mendirikan tenda, ganti baju, beres-beres dan cuci-cuci badan di mata air. Nggak ada kamar mandi, jadi kalo mau buar air kecil dilakukan di balik batu besar dan dijaga orang lain supaya tidak ada yang mendekat. Bener-bener backpacker sejati deh.
Setelah menikmati makan malam, yang berasa makanan paling nikmat sedunia, karena siang nggak sempat makan. Dengan ditemani cahaya dari senter, kami menghabiskan malam mendengarkan cerita-cerita lucu dari Michael. Nggak percuma ditunggu sampe telat, karena he’s really funny, membuat semua terhibur. Inilah, malam pertama di ujung kulon ditemani debur ombak dan suara-suara binatang malam dari hutan.

Pagi hari, sarapan sambil menikmati sunrise, packing, foto-foto sebelum tracking menembus hutan menuju ke Tanjung Layar. Disini terdapat 3 lokasi mercu suar dari yang pertama dibangun pada tahun 1880. Keadaan mercu suar sudah tinggal sisa-sisanya saja karena runtuh akibat letusan gunung Krakatau pada tahun 1883. Mercu suar kedua hanya berupa menara dari besi yang sudah berkarat. Sedangkan mercu suar yang sampai sekarang masih beroperasi dibangun pada tahun 1972 dengan tinggi 40 meter.
Dari atas reruntuhan mercu suar pertama, pemandangan indah pantai Tanjung Layar terhampar indah di depan mata. Hanya kami ber empat yang sampai ke sini, sedangkan rombongan yang lain tidak naik sampai ke atas tetapi langsung menuju lokasi foto-foto di bawah dengan pemandangan pantai tanjung layar dengan batu-batu karangnya yang kokoh. Lokasi yang paling bagus untuk foto-foto.
Setelah puas berfoto ria, kami kembali harus naik ke kapal dengan menggunakan kano. Di sini terjadi tragedi pada beberapa kamera teman-teman. Tetapi the show must go on dan akhirnya perjalanan diteruskan menuju ke Pulau Peucang, mampir untuk mengurus ijin dan menuju ke Padang Penggembalaan di Cidaon untuk melihat kawanan banteng yang sedang bergerombol. Karena siang hari, tepat jam 12 siang, binatang yang bisa dilihat hanya banteng saja, karena binatang lain seperti merak dan rusa bergerombol di padang ini pada pagi dan sore hari Setelah makan siang perjalanan diteruskan ke Pulau Peucang lagi, kali ini untuk berenang dan snorkeling.
Selesai acara berenang dan snorkeling, dengan kembali menempuh perjalanan sekitar 2,5 jam dengan kapal menuju Pulau Handeleum, kami akhirnya bisa mandi, bisa menikmati listrik sehingga bisa ngecharge HP dan ada sinyal lagi. Hore, bisa berhubungan kembali dengan dunia luar.
Yang seru, sambil mendirikan tenda, ternyata banyak rusa berkeliaran dan mereka tidak takut dengan kami. Dan, sehabis makan malam seperti biasa acara games seru dan ngobrol-ngobrol.

Pagi berikutnya, hari terakhir, terjadi perubahan acara, yang seharusnya acara ber kano ria dirubah menjadi snorkeling ke pulau Badul. Agak menyebalkan karena sudah booking duluan dan tiba-tiba ada orang yang memakai kano tersebut di jam yang sama. :(
Pulau Badul ini dilalui dalam perjalanan ke pemberhentian terakhir di Sumur. Bukan di Taman Jaya lagi seperti awal perjalanan, sehingga perjalanan pulang bisa lebih cepat dan tidak melalui jalan rusak lagi.
Menurut teman-teman yang snorkeling, spotnya lumayan bagus.
Sekitar 1 jam acara snorkeling, perjalanan dilanjutkan kembali sekitar 1 jam dan setelah tiba di Sumur, makan siang, langsung back to Jakarta dan sampai dengan selamat di last stop parkiran dekat FX.
Walaupun banyak kendala-kendala yang terjadi di luar dugaan, tetap saja perjalanan ini mengesankan bagi saya, selain karena lokasinya yang berupa Taman Nasional, menghabiskan waktu yang sangat lama di kapal, tidur di tenda yang diterpa angin kencang di pagi hari, terakhir mesti minum pil kina yang rasanya super duper pahit selama 2 minggu sebelum dan 4 minggu setelah mendatangi Ujung Kulon karena termasuk lokasi endemik penyakit Malaria.

Hehe, foto-foto narsisnya ternyata banyak ya..

Monday 16 August 2010

Fish n co




Sebelum nonton Balagan Sirkus, kita makan malam dulu supaya nggak laper. Untuk praktisnya nyari tempat makan yang berada satu lantai dengan Ballroom Ritz Carlton Pacific Place yaitu di lantai 4.

Akhirnya pilihan jatuh kepada Fish n Co, selain karena udah lama nggak makan di sini, sedang ada promo diskon 30% pakai CC Mandiri untuk makanan. Yah, lumayanlah.

Makanan yang dipesan Coriander Catch, yang memakai ikan dori sebagai bahan utama. Kalau pilihanku Skate Black Pepper, kalo nggak salah ikannya adalah ikan pari, yang seratnya agak kasar tapi lumayan empuk. Durinya besar-besar tapi pipih. Semuanya dihidangkan di dalam wadah serupa wajan, lengkap dengan french fries dan potongan wortel dan melon serta jeruk nipis.

Untuk dessertnya kita pesan Hot Fudge, warm chocolate cake dengan es krim vanila, hmm.. yummy.... oh iya, minuman yang kita pesan Jungle Freeze, dihidangkan dalam gelas raksasa dan memang untuk sharing 2 orang.

Saturday 14 August 2010

Balagan, Cirque Of The World




Tiba-tiba di suatu hari sabtu sore masuk sms dari Deniya, bertanya apakah ada acara besok Minggu. Karena tidak ada acara, jadi deh, diajak nonton sirkus, bersama Raiyan. Wah, asyiknya, rejeki nomplok. Kalau nggak dapet tiket gratisan kayaknya nggak bakal nonton sirkus ini deh, secara harga tiketnya mahal. Kelas Silver yang saya dapet ini aja, harganya Rp. 600.000,-

Balagan adalah sirkus yang berasal dari Rusia, disutradarai oleh Mikhail Matorin. Di dalam pertunjukkan sirkus ini tidak ada atraksi hewan sama sekali, hanya akrobat dan ketangkasan bermacam-macam alat serta drama musikal dan komedi. Didatangkan ke Indonesia oleh Indika Group.

Sayang tempat duduknya kurang nyaman, Ritz Carlton Ballroom, Pasific Place agaknya kurang sesuai untuk pertunjukkan sirkus sehingga kursi diletakkan sejajar dan tidak berundak-undak, mengakibatkan pandangan terhalang oleh orang di depan kita.
Kalau sodara saya, Deniya, yang mengajak, karena memamakai kursi roda beruntung bisa duduk di bagian VIP bersama Raiyan, karena kursi roda sulit untuk naik ke bagian Silver yang letaknya di atas.
Sirkus ini sepertinya tidak terlalu cocok untuk anak-anak karena Raiyan bilang mengantuk sewaktu ditanya kesannya menonton sirkus ini dan anaknya temanpun sampai hampir tertidur padahal umurnya 8 tahun, lebih tua 3 tahun dari Raiyan. Maklum, biasanya anak-anak tertarik nonton sirkus karena ada atraksi bermacam hewan yang lucu-lucu.
Foto-foto ini diambil memakai kamera Lumix dengan full zoom, karena letak tempat duduk yang jauh dari panggung, jadi hasilnya kurang maksimal.

Tips Diet

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama mempunyai berat normal antara 47-48 kg, berat badan saya naik menjadi 50. Memang cuma naik 2 kg, tapi karena saya pendek, terlihat jelek sekali, apalagi pinggul saya besar, dan gemuknya di sekitar perut. Sehingga tambah tidak proporsional sama sekali.
Gimana nggak naik, kerjanya makan terus. Kebetulan sedang sering diajak ketemuan sama teman sepulang kantor dan pasti dilanjutkan makan-makan. Ditambah lagi saya juga lagi senang mencoba resep. Dan yang dicoba adalah Tiramisu dan Cheese Cake! Yang kalorinya tidak terkira banyaknya, apalagi dimakan tiap hari. hehe...

Awalnya saya mencoba detoks ala pak Bondan Winarno, 2x24 jam hanya minum juice setiap 2 jam sekali. Juicenya bisa memakai juice literan yang dijual di supermarket, dengan pilihan yang unsweetend. Sampai sekitar jam 4 sore saya masih bisa bertahan, tetapi karena harus lembur, pertahanan saya jebol juga karena teman-teman kantor memesan indomie rebus. Bayangan indomie rebus dengan telor yang kuningnya 3/4 sehingga masih kental dan taburan cabai rawit iris benar-benar menggoda iman. Alhasil, detoks gagal pada hari pertama.
Tetapi saya sempat merasakan efek detoks yang memang membuat agak lemas dan pusing. So, indomie rebus sore itu adalah indomie rebus yang paling enak sedunia.

Tiba-tiba saya ingat dengan metode diet yang pernah saya baca di majalah Fit, yaitu metode diet pisang, yang kemudian saya kombinasikan dengan tips diet dari Dr Phaidon Toruan yang sering menulis di milis majalah Fit. Sehingga di hari berikutnya saya memutuskan untuk mencoba diet tersebut.
Sarapan : makan satu buah pisang ambon dan minum air putih
Siang : selembar roti tawar gandum dengan sayuran.
Malam : saya hanya minum susu low fat dan kalau lapar sekali saya makan nutri jell yang dibuat dengan gula sedikit saja. Atau kalau benar-benar lapar saya makan sepotong crackers.

sebenarnya untuk hasil terbaik disarankan untuk tidak minum manis, tetapi karena saya maniac kopi, saya tetap minum kopi 3 in 1 di siang hari.
Untuk roti gandum bisa diganti dengan nasi merah, oatmeal, atau kentang yang direbus, pokoknya jangan makan nasi putih, karena nasi putih adalah karbohidrat murni yang membuat tubuh mudah menjadi gemuk.

Berkat diet seperti di atas, akhirnya saya berhasil menurunkan berat menjadi normal dan mudah-mudahan bisa turun lagi menjadi 45, berat badan ideal jaman dulu. Mengingat sudah bulan puasa, mudah-mudahan bisa turun lagi deh....
Kunci sukses diet hanya 1 : disiplin, karena sekali kita tergoda makan yang lain, pasti diet kita akan gagal.

Tuesday 20 July 2010

Kawah Kereta Api, Kawah Kamojang, Garut.




Ini adalah kawah kereta api di lokasi wisata Kawah Kamojang, Garut.
Tekanan uap yang kuat, asap panasnya menyembur dengan tekanan 2,5 bar dengan kapasitas 2-3 ton per jam, dibuat sedemikian rupa oleh bapak Guide seperti bunyi kereta api dengan menggunakan suatu besi panjang.

Tuesday 13 July 2010

Explore Garut (2)




Ternyata kami semua bisa bangun pagi sesuai rencana, padahal badan sudah pegal-pegal setelah seharian kemarin jalan-jalan non stop. Mungkin berkat mandi berendam air panas dari sumber air panas alami, jadi otot-otot yang tegang bisa kembali lemas dan siap dipakai untuk bertualang lagi hari ini. Ditambah dengan udara yang cerah, menambah semangat kami hari itu, untuk memulai petualangan, dengan tujuan awal :

Kawah Papandayan

Setelah melalui jalan menanjak selama sekitar 30 menit sampailah kami di lokasi parkir untuk menuju ke kawasan gunung Papandayan. Dari tempat parkir ini kami masih harus berjalan kaki lagi melalui jalan yang berbatu-batu untuk menuju ke lokasi kawah papandayan. Gunung aktif yang terakhir meletus pada tanggal 12 November 2002 ini, mempunyai beberapa kawah yang bisa dinikmati pengunjung penyuka traveling. Kami tidak mendaki sampai ke salah satu kawah, hanya sampai ke salah satu aliran air panas tempat kami bisa berendam sambil berfoto-foto ria. Perjalanan menuju ke kawah gunung memang lumayan sulit, harus berhati-hati karena jalanan berbatu-batu dan cukup curam. Kalau mempunyai waktu banyak, disarankan untuk trekking sampai ke padang edelweiss atau malah lanjut saja sampai ke puncak. Untuk info tour guide bisa menanyakan di lokasi parkir. Karena sewaktu kami sedang menuju kawah ada 2 orang turis asing diantar seorang guide, mungkin akan mendaki sampai ke puncak.




Berkat informasi dari salah satu pengunjung kami menuju lokasi wisata selanjutnya yaitu

Curug Orog

Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam dan melewati jalan masuk yang agak berbatu akhirnya kami sampai juga di air terjun Curug Orok, terletak di desa Cikandang kecamatan Cikajang Kabupaten Garut. Saya kira lokasi air terjun ini tidak terlalu jauh dari gunung papandayan, ternyata lumayan jauh juga. Air terjun ini dinamakan curug orok karena menurut cerita masyarakat setempat pada tahun 1968 ada seorang ibu yang membuang bayinya dari atas air terjun. Wah, tragis sekali ya …
Kami tidak terlalu lama di lokasi air terjun ini karena untuk menuju ke sana harus menuruni undakan lumayan jauh ke bawah. Sehingga kami hanya foto-foto dari jauh saja. Terdapat 3 air terjun, yang paling besar tingginya sekitar 30 meter dan 2 yang lain lebih kecil. Kalau bisa bermain air pasti lebih seru lagi. Sayang kami terburu-buru karena sudah jam 1 siang dan belum makan siang.
Late lunch kami siang itu sudah di rencanakan di :

Resto Mulih Ka Desa, alamatnya di Jl. Samarang, Garut.

Selain resto, mereka juga menyediakan penginapan berbentuk bungalow yang dindingnya terbuat dari bambu. Model restonya adalah khas sunda, dengan saung-saung di tengah empang dan selama makan kita ditemani iringan kecapi sunda. Wiih, mantap, apalagi kami sudah kelaparan karena jam makan yang telat. Makanannya juga enak-enak kok, tanda diolah dengan benar dan tidak sekedar menjual suasana saja.
Karena ditujukan untuk keluarga, permainan anak-anak cukup lengkap, malah anak-anak bisa merasakan naik kerbau. Sayang, toiletnya kurang bersih. 
Setelah kenyang, tujuan selanjutnya adalah mencari oleh-oleh apalagi kalau bukan dodol Garut. Di pusat kota kami mampir di salah satu toko oleh-oleh, dimana saya menenukan makanan bernama Chocodot alias Coklat dodol garut. Untuk rasanya? Hmm.. sok atuh ke Garut … biar ngerasain, soalnya sepertinya di Jakarta belum ada yang jual. Hehe…
Mampir ke sentra penjualan barang-barang dari kulit, lanjut ke hotel untuk mengambil baju ganti trus berendam lagi di Kampung Sumber Alam. Rasa capek langsung hilang dan tidur jadi nyenyak.
Esok pagi, setelah sarapan roti panggang, kami check out dari hotel dan pulang ke Jakarta. Kami tidak langsung pulang ke Jakara dan tidak mampir ke kota Bandung tetapi sepakat untuk mampir ke Pengalengan, sekaligus menghindari jalur Nagrek supaya tidak terjebak macet. Jalur yang kami tempuh ini melewati deretan pegunungan hijau yang cantik sehingga sayang kalau sampai tertidur. Dipuas-puasin melihat pemandangan hijau karena ini hari terakhir liburan.
Di Pengalengan, kami bingung makan di mana dan akhirnya memutuskan untuk mampir ke :

Situ Cileunca




Setelah beberapa kali menanyakan arah, akhirnya kami sampai juga ke Situ Cileunca, Desa Warnasari, Kecamatan Pangalengan, Jawa Barat.
Danau ini merupakan danau buatan yang dibangun pada jaman Belanda pada tahun 1918. Di dekat Situ Cileunca terdapat sungai Palayangan yang bisa digunakan untuk kegiatan rafting.

Sayang sekali, keindahan danau tidak ditunjang dengan fasilitas tempat makan yang memadai. Hanya ada rumah makan dengan kondisi yang seadanya dengan menu makanan yang seadanya pula. Dan sambil browsing di internet kami mendapat info bahwa rumah makan tersebut sangat tidak direkomendasikan karena memasang harga yang selangit dengan rasa yang menyedihkan.
Sungguh kontras dengan situasi saat itu dimana sedang diadakan kejuaraan pekan olah raga dan pertandingan olah raga mendayung tingkat daerah.
Melihat potensi yang ada, seharusnya pemerintah daerah bisa menata kawasan itu menjadi lebih baik lagi. Halo pak Dede Yusuf? Atau siapapun pemerintah daerah yang bertanggung jawab ..
Menurut info yang saya dapat (ini saya cari kemudian), memetik strawberry bisa dilakukan di seberang danau dengan menumpang perahu selain bisa berkunjung ke kebun arbei yang terletak di dekatnya.

Kami juga agak kesulitan mencari rumah makan di seputar Pengalengan, ternyata di sana tidak ada rumah makan keluarga yang cukup besar. Memang kesalahan kami juga, tidak mencari info lengkap terlebih dulu mengenai rumah makan di daerah ini. Karena berharap akan menemukan rumah makan di pinggir situ Cileunca.
Akhirnya kami singgah di rumah makan Asti yang tepat berada di ujung kelokan jalan, sebelum meninggalkan area Pengalengan. Tulisan di depannya, rumah makan ini menyediakan sop buntut.
Ah, akhirnya, ada juga rumah makan yang cukup baik. Dan setelah melihat menunya, selain sop buntut ada menu lain seperti ayam goreng dan gepuk. Gepuknya enak, gurih dan empuk. Sop Buntutnya juga lumayan.
Di sini juga menjual aneka ragam olahan dari susu untuk oleh-oleh, seperti kerupuk susu, permen susu, nougat susu dan dodol susu.

Setelah itu perjalanan ke Jakarta relatif lancar, dari Pengalengan kembali ke Banjaran dan lanjut menuju Bandung. Hanya sedikit macet di pasar sebelum masuk ke tol Cipularang melalui pintu tol Moch Toha dan sampai di Jakarta sekitar jam 7 malam.

Sunday 11 July 2010

Explore Garut (1)




Hari Jumat, tepat jam 8 pagi dimulailah perjalanan menuju Garut. Lalu lintas lumayan lancar, selepas tol cipularang, balik arah, ambil jalan mengarah ke Garut lewat Nagrek. Di sini mulai ada sedikit tersendat, tetapi masih normal. Dan akhirnya sekitar jam 12 siang, sampai di obyek wisata yang paling awal dikunjungi yaitu :

Citu Cangkuang

Citu Cangkuang adalah sebuah danau kecil atau situ dimana dibagian tengah dari situ tersebut terdapat Candi yang bernama Candi Cangkuang. Untuk menuju ke candi tersebut kita harus naik rakit terlebih dahulu. Sewa rakit sebesar Rp 60 ribu rupiah pergi pulang. Jika berbarengan dengan pengunjung lain sebenarnya kita hanya membayar Rp. 3 ribu saja. Pemandangan danau cukup indah, air situ yang berwarna kehijauan dilatari dengan gunung dikejauhan membuat betah untuk berlama-lama. Apalagi udara cukup sejuk. Candi Cangkuang adalah sebuah candi Hindu yang ditemukan pertama kali pada Abad VIII dan dilakukan pemugaran pada tahun 1966. Di dekat candi terdapat museum dimana di sana terdapat naskah khutbah jumat paling panjang di Indonesia dan naskah Al Qur’an pada abad XVII. Sayang keadaan museum agak kotor dan kurang terawat walaupun ada satu orang penjaga di sana. Disamping Candi cangkuang terdapat sebuah pemukiman penduduk bernama Kampung Pulo. Kampung tersebut terdiri dari enam buah rumah dan kepala keluarga. Jumlah kepala keluarga di kampung ini memang harus 6 orang, apabila ada perkawinan sehingga menyebabkan kepala keluarga bertambah maka salah satu harus meninggalkan kampung adat ini. Pada awalnya penduduk kampung Pulo menganut agama Hindu tetapi setelah Embah Dalem Muhammad singgah di daerah ini, beliau mulai menyebarkan agama Islam kepada penduduk kampung Pulo sampai akhirnya beliau wafat dan dimakamkan di sini. Walaupun 100% masyarakat kampung Pulo beragama Islam tetapi mereka juga tetap melaksanakan sebagian upacara ritual Hindu.
Setelah puas menikmati keindahan Situ serta Candi Cangkuang, kami singgah makan siang di rumah makan yang terletak tidak jauh dari sana. Rumah makan Dapur Cobek, bergaya saung-saung ditengah danau buatan dengan pohon-pohon hijau menambah asyik suasana makan, apalagi perut sudah lapar berat. Untuk praktisnya, kami semua memesan paket nasi bakar yang sudah lengkap dengan tahu tempe dengan pilihan ayam goreng atau empal. Recommeded. Di rumah makan tersebut terdapat fasilitas ruang meeting, tempat memancing dan permainan anak-anak.



Tujuan wisata selanjutnya adalah :

Kawah Kamojang

Perjalanan ke kawah Kamojang diwarnai hujan dan kabut tebal, karena letaknya yang di di ketinggian sekitar 1.730 meter di atas permukaan laut.
Di tempat inilah untuk pertama kalinya dibangun pembangkit listrik tenaga panas bumi di Indonesia. Sebenarnya terdawat 23 kawah di areal PLTU Kamojang, tetapi kami hanya mengunjungi beberapa saja. Kawah yang berbentuk danau dengan asap yang mengepul dari permukaan airnya tersebar di beberapa tempat, satu diantaranya bernama kawah Manuk. Selain kawah berbentuk danau, ada pula Kawah Kereta Api yang sebenarnya adalah bekas sumur panas sedalam 60 meter yang dibuat oleh Belanda pada tahun 1928. Asap panasnya menyembur dengan tekanan 2,5 bar dengan kapasitas 2-3 ton per jam. Uap yang keluar dari sumur ini terdengar nyaring, menunjukkan betapa kuatnya tekanan dari perut Bumi. Bapak guide yang mengantar kami menunjukkan bagaimana dari tekanan uap tersebut dapat dibunyikan layaknya bunyi kereta api. Seruu… Apalagi kita dapat mandi uap istilah kerennya, sauna di alam terbuka dengan menggunakan uap dari kawah yang terdapat tidak jauh dari kawah kereta api tersebut. Selain sauna, pada kawah di dekatnya kita bisa merasakan akupuntur, percikan air kawah diarahkan oleh bapak guide ka arah badan kita yang berdiri membelakangi kawah, sehingga rasanya seperti ditusuk-tusuk jarum. Asyik banget.
Saran saya, untuk mengeksplore lebih jauh lokasi wisata Kawah Kamojang, memang lebih baik menggunakan jasa pemandu, selain kita lebih banyak mengetahui tentang lokasi-lokasi kawah juga untuk keamanan.



Check in penginapan kami selama explore Garut adalah Hotel Augusta, hotel ini berbeda dengan penginapan dengan fasilitas kolam rendam air panas yang berada di daerah Cipanas, Garut. Hotel Augusta sengaja dipilih karena kami akan lebih banyak jalan-jalan diluar dan hotel hanya sebagai tempat bermalam, jadi tidak perlu yang terlalu mewah. Cukup hanya kamar dengan fasilitas TV dan air panas, tetapi ternyata tidak memakai AC.

Jika ingin tempat menginap dan membawa keluarga bisa memilih : Kampung Sumber Alam, Hotel Sabda Alam, Tirtagangga atau Danau Dariza serta penginapan lain yang letaknya agak ke atas dengan pemandangan pengunungan seperti Bukit Alamanda atau yang ekslusif dengan danaunya seperti Kampung Sampireun dengan cottage di pinggir danaunya. Kami sempat mampir ke sana sepulang dari kawah Kamojang untuk berfoto-foto.

Malamnya, karena di hotel tidak ada tempat berendam air panas, kami menuju Kampung Sumber Alam untuk berendam di kamar rendam yang disewakan di sana.

Makan malam dilakukan di pasar Ceplak yang berada di tengah kota Garut, di sana terdapat bermacam-macam makanan ala warung kaki lima. Tinggal pilih sesuai selera, kami memilih makan ayam bakar Yogjo sesuai rekomendasi dari seorang tukang parkir dan memang warung tersebut terlihat paling ramai. Rasanya lumayan enak, tidak mengecewakanlah.
Jam 9 malam kami sudah sampai hotel lagi karena akan menonton pertandingan semi final World Cup antara Jerman – Argentina.

Thursday 20 May 2010

Bali, I'm coming..




Asyik..asyik…akhirnya jadi juga ke Bali… senangnya..
Beberapa hari sebelumnya udah browsing cari-cari informasi. Maklum lah, dana terbatas, gara-gara bulan sebelumnya udah abis-abisan, dipake jalan-jalan ke Phuket.
Untuk hotel , karena kebetulan jalan sendiri (yang nemenin mendadak nggak bisa ikut ) udah booking online di Tune Hotel, Kuta. Murah meriah dengan fasilitas setara hotel berbintang. 2 malam Cuma Rp. 236 ribu rupiah.
Sewa mobil, udah ok dengan bantuan teman yang tinggal di Bali, dapet harga yang lumayan murah, mobil Katana dengan sopir. Dan ternyata setelah confirm dengan pemilik sewa mobil, sekalian di booking-in untuk rafting di Sungai Telaga Waja. Siiplah..
Sehari sebelum berangkat, telpon teman yang tinggal di Bali, ternyata dia bersedia menemani, no problemo berangkat sendiri. Selama masih di Indonesia.

Hari I
Pesawat Air Asia tiba dengan selamat di Bandara Ngurah Rai jam 5 sore, nawar taxi untuk ke hotel di daerah Kuta, langsung check in di Tune Hotel. Proses check in lumayan cepat, setelah memberikan print-an booking hotel, mengisi data-data lalu diberikan kartu untuk kunci kamar, dengan jaminan Rp. 15 ribu.
Walaupun termasuk low budget hotel, fasilitasnya lumayan lengkap, ada lift dan mini market di lobby hotel. Karena di kamar memang tidak disediakan fasilitas air minum. Hotelnya mirip dengan kost-kostan, dengan deretan kamar dan gang di depannya yang berhadapan dengan taman kecil Kamarnya kecil, tapi tempat tidur ukuran single-nya memakai kasur king koil, jadi cukup nyaman. Kipas angin terpasang di langit-langit kamar, apabila ingin memakai ac tarifnya Rp. 50 ribu selama 12 jam. Jadi cukup hemat. Kamar mandi memakai shower dengan air yang cukup deras, air dingin dan panas lengkap tersedia, pokoknya ok banget. Tetapi tidak ada handuk dan toiletries. Tidak ada TV dan Kulkas. Ada meja kecil yang bisa dilipat dan ada gantungan baju lengkap dengan beberapa hanger untuk menggantung baju.
Setelah meletakkan tas, tujuan berikut adalah : pantai Kuta, hanya berjalan selama 5 menit, sampailah di pantai yang sore itu rameee bangettt…karena ada rombongan bis-bis wisata. Maklum udah masuk libur sekolah.
Malamnya bersama teman makan malam di warung Mina, Denpasar, dengan menu of the day adalah gurami betutu. Cukup unik, yang biasanya menggunakan ayam kali ini adalah ikan. Tapi cukup enak kok, tidak mengecewakan.
Sampai di hotel langsung tidur, persiapan bangun pagi buat besok.

Hari 2
Pagi jam 8 udah duduk manis di lobby hotel, nunggu jemputan dari Pak Komang, driver mobil sewaan saya hari itu. Made, teman perjalananan saya datang bersamaan dengan Pak Komang, jadi bisa langsung berangkat. Halaman hotel yang kecil membuat tidak banyak mobil yang bisa parkir. Ternyata, tadi pak supir sempat salah jemput ke Tune Hotel yang satu lagi, di Legian. Ya jelas aja nggak ketemu. Menu sarapan pagi itu, yang dibawa oleh teman saya adalah nasi ayam betutu yang enak banget, sayang saya udah lupa dia beli di mana.
Mobil diarahkan ke daerah Karangasem, tempat sungai Telaga Waja berada. Yup, hari ini saya mau rafting! Finally, my dream come true, rafting di sungai Telaga Waja. Di Bali, terdapat dua sungai yang biasa dipakai untuk rafting, Sungai Ayung di daerah Badung dan Sungai Telaga Waja. Tetapi setelah bertanya ke teman, ternyata lebih menantang sungai Telaga Waja, selain itu airnya lebih jernih.
Tiba di lokasi, begitu pintu mobil dibuka, saya disapa dengan sapaan dalam bahasa Inggris dan ketika yang turun adalah saya mereka jadi bingung.. hehe…terlihat dari muka mereka yang tampak terpesona.
Maklum, semua peserta rafting hari itu adalah turis asing kecuali saya. Dan menurut informasi dari pengurus rafting, kebanyakan memang turis asing yang berminat rafting, turis lokal sedikit sekali.
Saya satu perahu dengan sepasang turis asal Korea, sehingga perintah dari skipper untuk mendayung maju atau mundur menggunakan bahasa Korea dan saya harus menyesuaikan dengan bahasa tersebut. Hehe… Sebenernya saya lagi rafting di Bali atau bukan ya?
Setelah menuruni tangga yang lumayan jauh akhirnya sampai juga di tepi sungai. Waah…air sungainya jerniiihhh dan dingin. Jeram-jeramnya panjang, membuat kita harus terus waspada untuk mendayung. Tidak ada jeram yang cukup ekstreme, tetapi kontur sungai yang berbatu-batu dan naik turun membuat jeram-jeramnya menjadi panjang dan cukup mengasyikkan, ditambah pemandangan pepohonan hijau di sepanjang sungai serta beberapa air terjun yang cukup deras membuat perjalanan selama 2,5 jam tidak terasa. Apalagi perhentian untuk kami beristirahat adalah di sebuah air terjun yang lumayan indah…asyiik banget..
Sebagai kejutan, untuk penutup rafting ternyata bukan hanya jeram yang ekstreme berupa pusaran air atau sebangsanya. Skipper tidak menjelaskan, kami diminta duduk di didasar perahu sambil berpegangan kencang pada tali yang tersedia dan ternyata….perahu terbang menuruni air terjun, ketika perahu melayang di udara dan mendarat lagi di sungai dengan mulus, jantung serasa berhenti berdetak tetapi.. itulah saat yang paling mengasyikkan dari rafting. Pokoknya, seru banget.
Setelah mandi dan makan siang dengan menu prasmanan yang telah disediakan, perjalanan kembali dilanjutkan menuju Tanjung Benoa.
Sekitar 2 jam barulah kami sampai di Tanjung Benoa, memang agak jauh letaknya karena harus memutar, melewati Denpasar dan Sanur. Begitu sampai di lokasi, disambut oleh para operator yang menawarkan aktivitas air di sini. Ada banana boat, parasailing, flying fish dan jet ski.
Saya langsung menawar harga untuk parasailing dan tanpa diberi kesempatan untuk berpikir lagi (awalnya agak ragu karena takut) saya langsung dipakaikan perlengkapan untuk parasailing tersebut. Sambil diberi instruksi, bahwa saya harus sedikit berlari sewaktu boat berjalan dan ketika hendak turun akan diberi tanda dengan bendera merah atau biru, dimana bendera biru berarti tangan kanan yang menarik tali dan sebaliknya.
Ternyata, hanya sekejap saja saya berlari dan dalam hitungan detik saya sudah ada di udara, ditarik oleh parasut yang mengembang. Senangnya bisa terbang seperti burung… pemandangan laut biru sejauh mata memandang dengan kapal-kapal di bawah yang semakin kecil bentuknya. Tapi ternyata satu putaran itu hanya sebentar sekali, tidak lama saya mendengar aba-aba dari toa bahwa saya harus menarik tali sebelah kanan, karena kalau tidak ditarik nanti parasut tidak akan turun. Ah, leganya bisa mendarat dengan selamat.

Hari 3

Hari terakhir. Pagi-pagi jalan ke Pantai Kuta, monumen Bom Bali, balik lagi ke pantai Kuta dan sewaktu sedang jalan-jalan di pantai, mendengar pengumuman bahwa akan dilakukan pelepasan penyu di pantai Kuta.
Wah, kebetulan nih, ada tontonan menarik. Karena pesawat jam 1 siang, saya memutuskan untuk balik dulu ke hotel untuk check-out (batas check out maksimal jam 10.30) dan langsung menuju pantai Kuta lagi untuk melihat pelepasan penyu-penyu yang semuanya berjumlah 70 ekor. Yang dilepas ini bukan tukik alias bayi penyu, tetapi penyu yang besar-besar. Belakangan saya baru tau kalau penyu-penyu itu adalah hasil sitaan dari kawanan penyelundup. Penyu-penyu tersebut didatangkan dari kawasan pantai Sulawesi dan akan dijual di Denpasar. Polisi menemukannya di sebuah gudang. Kasian sekali, penyu-penyu tersebut tampak menderita, dengan kaki depan yang terikat tali dan nampak kekeringan. Jadi sewaktu mereka di turunkan dari kendaraan langsung disiram menggunakan air. Dan ternyata, Karena penyu-penyu ini adalah hasil sitaan dari penyelundup, maka untuk acara pelepasan ke lautpun harus menunggu Kapolda Bali yang masih agak lama baru datang. kasian penyu-penyu itu harus kepanasan menunggu upacara seremonial, padahal laut hanya berjarak beberapa meter. *sigh*
Tetapi, akhirnya, pelepasan penyu berlangsung mulus, semua penyu berhasil dilepas ke laut lepas, bebas kembali ke habitatnya. Beruntung penyelundupan berhasil digagalkan, kalau tidak kasihan sekali nasib mereka harus berakhir di perut manusia.
Dari pantai Kuta, saya langsung naik taxi ke Bandara dan pesawat lepas landas dengan mulus walau telat 10 menit. Oh iya, dalam perjalanan ke bandara sempat mampir ke Nasi Pedas Bu Andika yang letaknya tepat di depan Joger, lumayan buat makan siang :)

Monday 10 May 2010

Pentas Teater Tetas "Durna Rumangsa"

Hari      :  Minggu, 23 Mei 2010
Waktu  : 15.00 - 16.30
Tempat : Gedung Pewayangan Kautaman - TMII

Melihat kondisi bangsa yang semakin carut-marut, tata nilai semakin tumpang-tindih, manusia lebih menuruti naluri daripada nurani, Resi Durna mendadak bertanya-tanya, kalau-kalau ada perannya sebagai guru bangsa yang ikut melantarkan situasi tersebut. Ia pun mencoba mawas diri, merenungkan kembali perjalananan hidupnya. Mencoba menimbang dan menilik berbagai peristiwa yang telah dilaluinya.

Penggalan cerita itu merupakan bagian dari pertunjukan “Durna Rumangsa”, yang ditulis dan disutradarai oleh Ags. Arya Dipayana, yang akan dipentaskan oleh Teater Tetas di Gedung Pewayangan Kautaman, Taman Mini, Jakarta Timur. Pementasan tersebut akan dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 23 Mei 2010, jam 15.00.

Pentas Teater Tetas kali ini diprakarsai oleh Teater Wayang Indonesia, bekerjasama dengan Sena Wangi, Pepadhi, Gedung Pewayangan Kautaman, dengan dukungan dari Depbudpar. Di samping sebagai pentas rutin yang setiap bulan di Gedung Pewayangan, pertunjukan kali ini dimaksudkan pula sebagai cara lain dalam memperingati Hari Kebangkitan Nasional.

“Kita selalu bingung ketika berpikir tentang bagaimana harus memperbaiki negeri ini. Saya kira hal pertawa yang bisa kita lakukan adalah rumangsa,” kata Drs. Solichin, Ketua Umum Sena Wangi. Lebih jauh beliau mengharapkan bahwa pertunjukan ini dapat mengetuk hati para guru bangsa, yang segala perilakunya menjadi contoh bagi rakyatnya.

“Durna Rumangsa” akan dipentaskan dalam format semi kolosal dengan durasi 90 menit, didukung pemain-pemain Teater Tetas seperti Didi Hasyim, Meyke Vierna, Hari Prasetyo, Harris Syaus, Artasya Sudirman dan banyak lagi. Penata musik Nanang Hape mendukung pertunjukan ini dengan mengusung musik kontemporer berbasis karawitan Jawa.

Pentas ini terbuka untuk umum, dengan harga tanda masuk sebesar Rp. 100.000. Untuk pemesanan dan keterangan, dapat menghubungi sekretariat Teater Wayang Indonesia, di nomor 021-87799886.

Saturday 8 May 2010

Puding Roti Kukus

Mudah dibuat, tinggal campur-campur bahan aja. Apalagi buat yang nggak punya oven.
Dimuat di tabloid Bintang Indonesia, tanggl 2 Mei 2010.

Tips :
untuk cetakan, karena saya tidak menyiapkan cetakan mangkuk aluminimum foil, adonan di jadikan satu saja.


Bahan :

5 lembar roti tawar, sobek-sobek
700 ml susu cair
2 butir telur ayam, kocok lepas
1/2 sdt vanili
125 gram gula pasir
100 gram margarin, cairkan
100 gram kismis
100 gram keju parut

Cara membuat :

1. Campur roti tawar, susu cair, telur, vanili, gula pasir, aduk rata hingga gula larut.
2. Tambahkan margarin cair, kismis dan 3/4 bagian keju parut, aduk rata kembali
3. Tuang adonan roti ke dalam cetakan mangkuk aluminium foil yang telah diolesi margarin, beri taburan keju parut, kukus hingga matang.

Friday 7 May 2010

Sinou Kaffe Hausen

Tertarik dengan reviewnya di suatu majalah, saya mengajak seorang teman untuk hangout di tempat ini, di suatu sore menjelang malam di hari Senin awal bulan.
Sebenarnya, bukan saat yang tepat untuk makan malam, karena dari pagi sudah makan terus. Hari ini jadwal kunjungan bos dari luar kota, dan seperti biasa, ada ajakan makan keluar. Pagi sudah sarapan di lokasi wisata kuliner Mandiri Syariah di jl Sabang, kalau pagi ada kedai Bu Min yang lezat. Jualannya selain ayam goreng, ada bandeng duri lunak dan empal serta tahu dan tempe goreng. Tempatnya juga nyaman, karena sudah tertata rapi dengan kursi dan meja aluminium. Siang menjelang sore, saya makan bihun goreng. Dan malamnya, jelas sudah nggak mungkin makan yang berat-berat.
Lokasi kaffe ini di jalan Panglima Polim V No 26. Dari apotik Jaya, menyusuri jalan dan belok kiri di perempatan setelah ILP Panglima Polim, tidak jauh dari belokan,  di sebelah kanan jalan sudah tampak bangunan 2 lantai yang tampak cozy. Kalau mengutip dari majalah Free Magazine, tema resto ini adalah Industrial Warehouse. Dengan meja dan bangku kayu serta beberapa sofa empuk. Tempat duduk di lantai bawah sudah penuh, beruntung sofa di lantai 2 masih ada.
Pesanan awal, yang menjadi menu spesial untuk appetizer adalah Cheese Stuffed Mushroom, jamur goreng dengan lelehan saus keju yang gurih. Jamurnya renyah karena lapisan tepungnya tidak terlalu tebal. Minumnya, teman saya akhirnya pesan Ice caramel Latte setelah sebelumnya hendak memilih minuman teh.. sepertinya, karena saya memilih Ice Green Cappucino. hehe..
Setelah agak malam dan capek ngobrol, barulah pesan makanan lagi, kali ini langsung pesan dessert saja, karena melihat meja sebelah, cakenya terlihat yummy. Blueberry Cheese Waffle jadi pilihan kami berdua. Udah males protes karena pesenannya sama, emang sengaja biar nggak bisa sharing, kata temen saya. Ih, curang nggak sih, mentang-mentang udah keduluan pesen pilihan waffle yang paling enak ya....Soalnya saya yang duluan pesan blueberry waffle. :P Dimana-mana waffle atau pancake dengan toping blueberry cheese memang jadi favorit.

Ternyata agak lama pesenan baru diantar dan sepotong waffle dengan es krim vanilla dan topping blueberry sauce terhidang cantik di atas meja. Rasanya, cukup enak, walau tidak terlalu special. Cream chessenya baru terasa di potongan terakhir, berkumpul di bawah es krim vanilla.
Buat hang out bersama teman, tempatnya cukup asyik, sayang sofanya kurang banyak, kalau harus ngobrol tapi kursinya dari kayu kan agak kurang enak ya..
Untuk makanan utama yang tidak sempat dicoba ada sup buntut dan berbagai macam pasta,
yang lainnya nggak sempet baca nih, karena sibuk difoto... maklum narsisnya kumat kalo liat kamera. :))

Alamat :
Jl. Panglima Polim V No 26
Jakarta Selatan.
Telpon : (021) 725 8568.

Thursday 6 May 2010

Museum Joang '45




Gara-gara acara Just Travelers di Gedung Joang '45 saya jadi tertarik untuk mengunjungi musium ini. Sewaktu hari Minggu datang ke Just Travelers, sudah niat mau mampir, eh ternyata, pas jam 12 mereka tutup karena petugasnya makan siang. ya sutralah.. akhirnya pintong makan siang ke gado-gado bonbin.
Kesempatan ke musium ini malah datang 2 hari kemudian, kebetulan ada teman yang mau ke sana juga.
Hmm.. seperti museum di jakarta pada umumnya, suasana sangat sepi, sewaktu saya datang hanya 1 orang pengunjung, seorang bapak, yang terlihat sangat tekun mengamati seluruh isi ruangan. Mungkin beliau adalah mantan prajurit TNI dan datang untuk bernostalgia.
Dahulu, museum ini adalah bekas hotel bernama Schomper 1 yang dibangun khusus bagi pejabat tinggi Belanda,pengusaha asing dan pejabat pribumi. Ketika Jepang menjajah Indonesia, hotel ini dikuasai oleh pemuda Indonesia dan dijadikan asrama dan tempat pendidikan nasionalisme para pemuda Indonesia. Hotel Schomper 1 kemudian berganti nama menjadi Gedung Menteng 31 dan menjadi Museum Joang 45 yang diresmikan pada tanggal 19 Agustus 1974.
Para tokoh pada jaman itu seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Adam Malik, Chaerul Saleh, BM Diah, SK Trimurti, Achmad Soebardjo, Sukarni, Wikana dan Chairil Anwar, patung diri dan foto-fotonya terdapat di museum ini.
Koleksi museum cukup lengkap dan beragam, terdapat tanda jasa salah satunya dari dokter yang merawat presiden Soekarno, perlengkapan perang berupa pedang dan senapan, serta helm baja yang juga berfungsi sebagai mangkok untuk memasak makanan. Terdapat mesin jahit tua yang dipergunakan untuk menjahit baju-baju para prajurit dan celana panjang yang konon pernah dipakai bung Karno saat membacakan teks proklamasi.
Ada pula mobil kenegaraan bung Karno dan bung Hatta pada saat itu serta para pengunjung bisa mengakses pidato bung Karno yang terdapat pada sebuah komputer lengkap dengan speaker yang sudah disediakan. Ingin mendengarkan pidato Nasakom bung Karno yang terkena tersebut?
Silahkan datang ke museum ini.


Berikut alamat lengkapnya :
Museum Joang '45
Jl. Menteng Raya No 31
Jakarta Pusat
Telp (021) 3909148, Fax (021) 3923185
email : museumjoang45@telkom.net

Tuesday 27 April 2010

Trip to Phuket -Day 4




Kami dijemput oleh supir travel untuk menuju ke dermaga keberangkatan menuju Pha Nga Bay dan James Bond Island atau Khao Phing Kan, dalam bahasa Thai.
Tour guide kami kali ini adalah seorang lelaki Thai yang lawakannya cenderung garing sehingga kurang menarik dibanding tour guide sewaktu ke Phiphi hari sebelumnya. Ditambah kami tidak mendapat fasilitas teh dan kopi gratis sebelum berangkat. Untuk kapal sama bagusnya dan tetap kami bisa duduk di kursi yang paling nyaman di sebelah supir kapal. Lokasi perhentian pertama kami adalah james bond Island, dimana pantai ini pernah menjadi lokasi syuting film James Bond, The Man With The Golden Gun pada tahun 1974 yang dibintangi oleh Roger Moore. Wah ternyata sudah lama sekali ya.. Yang paling menarik dan menjadi incaran para turis untuk berfoto adalah sebuah bukit batu berbentuk unik yang menjulang ke atas. Bukit batu tersebut bernama Khao Ta Pu. Di Pulau tersebut juga terdpat gua batu, di bagian depan dan belakang pulau. Gua batu yang di depan berbetuk unik seperti atap rumah, untuk gua bagian belakang harus menyeberang laut jadi saya agak malas. Jadilah kami hanya duduk-duduk saja sambil melihat para turis yang bersliweran dengan bermacam gaya dan busana. Sempat juga ngobrol dengan salah satunya yang berasal dari Italia kalau nggak salah, teman satu kapal.

Sehabis mengunjungi James Bond Island, perjalanan dilanjutkan dengan makan siang di sebuah tempat yang bernama Muslim Village di Panyee Island. Dilihat dari namanya, sudah jelas ini perkampungan yang penduduknya beragama Islam. Terdapat rumah makan tempat kita akan makan siang. Tetapi tidak seperti tour ke kemarin, kali ini makanan tidak disediakan secara buffet tetapi per meja. Karena sibuk foto-foto saya dan Fita telat bergabung dan akhirnya terpaksa pisah meja. Lauknya standar ya, kalau nggak salah ada cap cay, dan udang goreng plus ikan goreng. Wah.. kalau nggak di depan turis-turis bule itu pengen rasanya menggerogoti ikan yang masih banyak dagingnya, cuma tengsin la yauw.. hehe..

Setelah makan, perjalanan dilanjutkan kembali ke bagian laut yang mempunyai tebing-tebing karang yang tinggi dengan gua-gua di dalamnya. Jadi kita memasuki gua-gua tersebut dengan menaiki kano yang telah disediakan. Kano didayung oleh seorang pemandu yang kebetulan berasal dari Malaysia, jadi diajak cakap Malay lagi lah, begitu tau kami dari Indonesia. Air laut di seputaran bukit-bukit batu yang mejulang tersebut sangat tenang, berwarna hijau dan tidak ada ombak sedikitpun sehingga tanpa kesulitan pemandu mengarahkan kano ke dalam gua yang gelap dan kami harus menunduk untuk menghindari atap gua yang rendah.
Setelah berkano di seputaran gua-gua tersebut, kami kembali ke kapal dan perjalanan dilanjutkan ke sebuah pulau bernama Naka Island, dimana di sana kami dipersilahkan untuk berenang. Pantainya sangat tenang tanpa ombak sedikitpun. Cuaca yang sangat panas membuat saya mengantuk dan akhirnya tidur di atas handuk yang digelar di pantai.
Malamnya, seperti biasa, nge-mall lagi di Jungceylon, tapi kali ini ada sesuatu yang harus dicari di Careffour, yaitu thai ice tea sachet dari Nestle. Lumayan, bisa buat thai ice tea sendiri di rumah. 1 bungkus harganya 60 baht dengan isi 10 sachet. Dicari-cari di Seven Eleven nggak ada, untunglah di Careffour ada. Langsung ngeborong 3 bungkus, itu aja setelah sampai di Jakarta lagi nyesel nggak beli lebih banyak.
Untuk hari terakhir, kami sengaja makan malam yang agak asyik sedikit, di salah satu resto Italia kecil yang terletak di pantai Patong. Pizzanya lumayan lah.
Karena pesawat berangkat pukul 7.55, kami sudah pesan taxi dengan ongkos 600 baht untuk menjemput pukul 5 pagi. Untunglah, semua proses berjalan lancar dari check in sampai imigrasi dan akhirnyaaa tiba kembali di Jakarta dengan selamat.

Untuk foto-foto, sorry kalau ada yang nggak fokus soalnya pakai camdig adik saya yang ternyata mendadak eror. huhu..sebell..




Trip to Phuket -Day 3




Phiphi Island


Jam 8 tepat kami dijemput oleh supir travel untuk menuju Asia Marina tempat kami berkumpul untuk memulai trip ke Phiphi Island. Tour guide kami bernama Fayo, gadis thai yang tomboi, ramah dan lincah menyapa semua peserta tour. Hanya kami ber tiga yang berasal dari Indo. Setelah perkenalan dan informasi dari Fayo mengenai tour hari ini, kami segera menuju boat yang telah tersedia. Boat ukuran sedang dengan kapasitas 50 orang. Kami dapat tempat duduk sebelah supir boat jadi tidak bercampur dengan penumpang di belakang dan depan kapal. Di bagian depan kapal tanpa atap jadi langsung mandi matahari, cocok banget untuk turis bule tapi untuk kami nggak lah ya….bisa gosong. Apalagi matahari sedang panas-panasnya.

Perjalanan sudah berlangsung sekitar 1,5 jam dan sampailah di bagian lautan dengan air yang jernih dengan gradasi warna biru yang cantik. Dikelilingi tebing batu yang menjulang kami merapat di pantai berpasir putih dan bersih bernama Maya Beach. Inilah pantai tempat mas Leonardo terdampar di film the Beach. Bersama banyak sekali turis kami berbaur untuk acara bebas selama sekitar 30 menit. Yup, waktu yang disediakan terbatas karena masih ada beberapa tempat lain yang akan dikunjungi. Sebelumnya kami melewati Viking Cave, dimana pada dinding batunya terdapat lukisan peninggalan orang Viking yang pernah tinggal di daerah ini.

Dari Maya Beach kami menuju ke Monkey Beach yang ternyata di sini hanya singgah sebentar untuk melihat monyet-monyet yang banyak bergelantungan di pohon-pohon di tepi pantai. Ketika ada kapal mendekat monyet-monyet tersebut segera menghampiri kami untuk meminta makanan. Jadi kami hanya berhenti untuk melihat monyet-monyet itu saja dan berfoto. Ternyata, hanya segitu saja…
Setelah itu kapal berpindah lokasi, berhenti di suatu bagian laut untuk snorkling. Saya nggak ikutan snorkling karena panasnya itu loh.. nggak tahan deh..

Setelah puas snorkling, kami menuju tempat makan siang yang terdapat di suatu pulau. Makan siangnya berbentuk buffet, jadi kita bebas mengambil makanan yang tersedia. Jenis makanannya standar, ayam goreng, fillet ikan goreng, spaghetti dan ada sejenis soup bening dengan kuah yang rasanya asam. Wah, harusnya ada kerupuk nih, biar lengkap. Hehe..
Seluruh peserta tour pada hari itu yang jumlahnya ratusan dan berasal dari berbagai macam travel, berkumpul jadi satu di tempat makan ini. Mungkin ini semacam pengelolaan dari pariwisata Thailand supaya lebih terorganisir dan pelayanan kepada turis menjadi lebih baik.
Setelah puas makan siang, kami melanjutkan perjalanan lagi menuju Khai Island. Di sini acara bebas sampai batas waktu yang telah ditentukan dan selanjutnya kembali lagi ke dermaga. Serunya, tidak perlu bermain air sampai ke tengah laut, di pantainya pun ikan-ikan datang mendekat, apalagi kalau diberi roti.

Oh iya, sewaktu awal keberangkatan tadi kita sempat difoto dan hasilnya telah dicetak dalam bentuk souvenir dengan tulisan Phuket Tour dijual seharga 150 baht, dengan alasan sesama Asia kami berhasil menawar menjadi 100 baht saja. Hasil cetak fotonya lumayan bagus kok.

Malamnya jalan kaki lagi ke Jungceylon Mall untuk makan malam. Seperti biasa makan burger saja supaya cepat dan hemat. Maklumlah namanya juga backpacker, harus ngirit. Sempat mengeksplore mall ini dan menemukan fakta kalau harga Crocs lebih murah. Hanya sekitar 300 ribuan untuk sepatu yang di sini bisa sekitar 750 ribu. Hampir saja tergoda untuk membeli, untung berhasil ditahan. Walaupun bisa pakai credit card tapi kalo nanti kursnya mahal kan bisa gigit jari. Setelah dari mall, kami membeli oleh-oleh di pasar sebelah Jungceylon karena memiliki barang yang lebih beragam dibanding di Mall dan setelah puas belanja, saya dan Fita jalan kaki kembali ke hotel sedangkan adik saya menonton pertunjukan Thai Boxing dengan temannya. Adik saya tertarik untuk melihat thai boxing, selain karena dia harus pulang duluan dan tidak sempat ikut kami ke Pha Nga Island, ditambah karena iklannya memang atraktif sekali. Mereka berkeliling sepanjang jalan Patong Area dengan menggunakan mobil di mana pada bagian atasnya telah dimodifikasi menjadi seperti ring tinju dan ada dua orang berperan senagai para petarung tinju. Satu orang memegang sansak kecil dan yang lain memukul-mukulnya sehingga menimbulkan suara yang keras. Ditambah iklan woro-woro dengan memakai toa yang super kencang, “Come dan see, Thai boxing at Bangla Stadium….
Sementara adik saya melihat Thai Boxing, kami harus menyimpan tenaga untuk besok yang masih ikutan tour lagi ke Pha Nga Beach. Order melalui travelnya si Byu, dengan harga 1200 baht.

bersambung... day 4

Monday 26 April 2010

Trip to Phuket - Day 1




Setelah menunggu selama 6 bulan akhirnya tibalah saat yang ditunggu-tunggu, my first trip to Thailand dengan tujuan Phuket. Seiring dengan dibukanya jalur penerbangan langsung dar i Jakarta – Phuket dengan maskapai Air Asia, promosi harga murahpun diberlakukan, apalagi jika membeli dengan kartu kredit HSBC- Air Asia. So, kesempatan emas ini tidak dilewatkan oleh adik saya. Rencana awal pergi ber 4 tetapi karena jadwal beli dan terbang yang lumayan lama, akhirnya yang jadi berangkat hanya 3 orang. Awalnya, adik saya juga nyaris batal berangkat karena ada urusan kerjaan yang tidak bisa ditinggal tetapi akhirnya bisa diakali, pulang lebih awal dengan membeli tiket dengan harga normal. Rugi sih, tapi beginilah resikonya jika memesan tiket jauh lebih awal apalagi jaraknya sekitar 6 bulan, banyak hal bisa terjadi.

Sebulan sebelum keberangkatan, adik saya, Vany, mulai sibuk browsing untuk mencari informasi mengenai Phuket. Sesekali saya membantu mencarikan informasi tetapi yang menyusun itinerary semuanya adalah dia bersama temannya. Karena dari awal status saya hanya diajak. Katanya, saya nggak boleh protes. Apalagi ini trip saya pertama ke luar negeri. Jadi ya sutralah… hehe.

Untuk paspor saya membuatnya dengan menggunakan jasa travel agen. Kebetulan sekalian memperpanjang paspor suami yang sudah habis dan membuat paspor untuk anak saya. Travel agennya berada di Jakarta Barat sehingga pembuatan paspor dilakukan di kantor Imigrasi Jakarta Barat yang terletak di kompleks museum Fatahilah, Jakarta Kota. Pengurusannya cukup praktis, foto copy dokumen yang diperlukan cukup dikirimkan melalui pos, lalu diberikan jadwal untuk foto dan wawancara 4 hari setelah dokumen diterima dan sekitar 8 hari kerja kemudian paspor sudah bisa diambil. Harga yang diberikan adalah Rp. 500 ribu untuk paspor dewasa dan Rp. 700 ribu untuk paspor anak-anak. Kalau harga normal dengan melalui proses mengisi formulir dan lain-lain kalau tidak salah sekitar Rp. 275 ribu. Tetapi bagi saya yang harus kerja sepertinya cukup membuang waktu jadi terpaksa membayar lebih mahal untuk sedikit lebih praktis.

Setelah urusan paspor selesai, urusan penukaran uang jangan sampai dilupakan. Menurut rekomendasi teman, money changer yang ratenya bagus adalah di Blok M Plaza lantai 2 depan lift, maaf namanya lupa. Saya menelfon untuk menanyaka rate baht dan ternyata sebesar Rp 290 untuk 1 baht. Teman kantor mengusulkan untuk menanyakan ke Ayumas Gunung Agung yang lebih dekat dari kantor dan ternyata ratenya sama. Jadilah saya menukarkan ke sana, tetapi sayangnya mereka hanya memiliki pecahan besar 1000 baht, untuk pecahan kecil tidak ada. Tapi saya tetap menukar di sana, sedangkan Vany menukar ke money changer di blok M Plaza dan mendapatkan pecahan-pecahan kecil, 100 dan 200 serta 500 baht.

Untuk penginapan, sudah booking melalui online di SOM Guest House di daerah Patong beach dengan rate sebesar 700 baht semalam untuk kamar dengan 3 bed. Fasilitas ac, kamar mandi dengan shower air panas, kulkas dan TV layar lebar. Vany hanya memesan 2 malam dengan asumsi bisa dengan mudah perpanjang karena kami mempunyai rencana pindah hotel.
Akhirnya hari H pun tiba, sebenarnya kondisi saya kurang fit, masih sering batuk, tetapi the show must go on. Jadwal keberangkatan pesawat adalah 11.20. Taxi ke Bandara berangkat pukul 9 supaya masih banyak waktu untuk makan dan tidak terburu-buru, tetapi ternyata semua bisa berubah.
Sekitar jam 9.30, perjalanan menuju bandara lancar dan taxi langsung ke terminal 3 dengan asumsi penerbangan ke luar negeri dengan Air Asia dari terminal 3 yang khusus Air Asia. Dan ternyata ketika kami akan masuk petugasnya memberi tahu kalau ternyata penerbangan Air Asia ke Phuket tetap dari terminal 2D khusus keberangkatan ke luar negeri. Walah, gimana sih infonya… dengan menumpang bis bandara kami bergegas ke terminal 2 D dan langsung check in, tanpa bagasi untuk menghemat waktu di bandara Phuket, tidak perlu antri lagi. Setelah itu kami makan di AW hingga sekitar pukul 10.30.

Kesalahan kedua terjadi, kami tidak memprediksi bahwa antrian di imigrasi akan panjang karena banyaknya orang yang akan umroh. Jadi, setelah mendapat bukti bebas fiskal, kamu segera antri imigrasi yang panjang banget penuh dengan orang-orang akan umroh dari berbagai macam tour. Yang membuat saya makin BT petugas imigrasinya terlihat lambat sekali, sehingga membuat saya bertambah cemas. Nggak lucu dong, gagal ke Phuket gara-gara ketinggalan pesawat dengan alasan konyol karena terhambat antrian imigrasi. Yang ada saya ngomel panjang lebar ke adik saya yang sudah sering bepergian ke luar negeri sebelumnya, tidak memprediksi antrian imigrasi yang lama. Mungkin sewaktu adik saya pergi sebelumnya, tidak bersamaan dengan waktu umroh sehingga antrian tidak sepanjang ini. Yang menyebalkan, sewaktu sedang cemas menunggu antrian, sempat-sempatnya ada petugas dari sebuah travel umroh yang menawarkan untuk mendapatkan fasilitas imigrasi cepat tetapi dengan membayar Rp. 300 ribu. Buset deh, mbak.. yang bener aja .. Beruntung, saat itu ada petugas dari Air Asia sehingga saya bisa pesan untuk ditunggu karena masih antri imigrasi.

Bayangkan, waktu keberangkatan sudah tinggal 15 menit lagi ketika akhirnya petugas imigrasi bertampang jutek, yang sepertinya sengaja berlama-lama, selesai mencap paspor saya. Itupun saya masih harus lari-lari karena jarak imigrasi dan terminal 4D jauh sekali ditambah masih ada pemeriksaan petugas terhadap barang bawaan. Di sini botol dengan cairan sebanyak lebih dari 100 ml sudah pasti tidak akan lolos, pengecualian, ternyata cairan softlens saya diperbolehkan.

Akhirnya, lega banget rasanya bisa duduk di kursi pesawat setelah harus dobel sport jantung karena stress takut ketinggalan pesawat dan lari-lari menuju terminal. Pesawat segera berangkat tidak lama setelah kami duduk, kondisi pesawat hanya terisi setengahnya memungkinkan penumpang untuk pindah menempati kursi-kursi kosong di deretan belakang. Lumayan bisa lebih leluasa selonjoran. Perjalanan Jakarta – Phuket ditempuh selama sekitar 3 jam dan tidak ada perbedaan waktu. Pengumuman diberikan dalam bahasa Thai dan bahasa Inggris logat Thai sehingga agak kurang jelas.

Sampai di Phuket , antrian imigrasi lancar, petugasnya dengan ramah sedikit bertanya mengenai lama tinggal dan kota tempat tempat tinggal saya di Indonesia. Beda banget dengan petugas imigrasi jutek di bandara sana. *keluh*

Di depan bandara kami diserbu oleh supir-supir taxi yang menawarkan jasa antar ke tempat tujuan turis. Rata-rata menawarkan harga sekitar 600 baht menuju hotel kami di Patong area. Entah bagaimana, akhirnya kami memilih supir taxi yang bernama Saichon dengan taxi vios matiknya yang berwarna abu-abu, penuh dengan bekas-bekas cat sisa acara Songkran Festival hari sebelumnya. Pak sopirnya tidak terlalu lancar berbahasa Inggris, membuat agak sulit berkomunikasi dan bikin frustasi karena banyak yang hendak ditanyakan tetapi yang bersangkutan tidak mengerti.

Sayang sekali ketika kami datang acara Songkran Festival sudah selesai dan tanggal 14 April, ketika kami datang, adalah hari Libur di sana. Festival Songkran merupakan hari perayaan nasional untuk menyambut Tahun Baru Thai. Dan acara saling siram menyiram air merupakan tradisi di masyarakat, sehingga bisa dibayangkan suasana meriah yang terjadi akibat perayaan tersebut. Sayang sekali we missed that moment. Karena justru setelah tanggal tersebut tiketnya berharga murah.

Perjalanan ke daerah patong area melalui jalan raya beraspal mulus. Udara panas sekali siang itu, sepertinya lebih kering dari pada Jakarta. Semua billboard dan tanda penunjuk memakai aksara Thai sehingga sulit dimengerti. Suasana kota, deretan rumah penduduk dan ruko-ruko di sepanjang jalan tidak terlalu jauh berbeda dengan Jakarta dan kota-kota lain di Pulau Jawa.
Tiba-tiba, di tengah jalan, supir taxi berhenti di suatu tempat yang ternyata adalah sebuah travel. Hmm..saya mulai mencium gelagat tidak beres. Saya pernah membaca, sudah hal yang biasa di Thai apabila supir taxi bekerja sama dengan travel atau toko tertentu untuk mendapat komisi .

Ketika kami masuk ke dalam ruangan kantor travel tersebut, disambut oleh seorang wanita, yang setelah basa-basi menanyakan asal kami, langsung menawarkan beberapa paket tour, diantaranya ke Phiphi Island dan James Bond Island. Harga yang ditawarkan lumayan mahal, kata adik saya sebesar 3000 baht, dimana harga normal sekitar 1100 – 1500 tergantung fasilitas yang diberikan. Akhirnya setelah pembicaraan yang lumayan lama, kami berhasil menghindar dari paksaan untuk mengikuti paket tour yang ditawarkan. Bayangkan saja, bagaimana tidak mencurigakan kalau kami harus membayar paket tour pada saat itu juga, tidak diberi kesempatan untuk berpikir dan mereka tidak bersedia memberikan nomor telepon yang bisa dihubungi. Untungnya pak supir taxinya baik, masih bersedia melanjutkan perjalanan mengantar kami ke hotel walau kami tidak jadi mengambil paket tour di travel tersebut.

SOM Guest House terletak dekat Patong Beach, pemiliknya adalah orang Korea. Mirip-mirip daerah kuta di Bali, jadi hampir semuanya berisi penginapan untuk turis mancanegara. Tidak terlalu jauh pula dari Bangla Road, tempat hiburan malam yang paling terkenal di Phuket. Semuanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki dari hotel. Jadi lumayan irit kalau hendak berjalan-jalan. Tempat makan juga tidak susah, banyak supermarket Seven Eleven dan Family Mart. Dekat situ juga ada tenda yang menjual seafood, yang baru buka menjelang malam, persis di Benhil deket rumah.
Sayang pemesanan kamar untuk 3 orang melalui online hanya untuk dua malam, dan malam setelahnya ternyata sudah ada yang booking, so, we have move ke guest house sebelahnya dengan ukuran kamar yang lebih kecil dan harus membayar 200 baht lebih mahal karena tidak melalui pemesanan online.Jadi lebih baik pesan langsung sekaligus melalui online supaya mendapat harga lebih murah.

Kamarnya cukup bagus untuk harga 700 baht (sekitar Rp. 210 ribu, 1 baht sekitar Rp. 300,-). Bed ukuran single 3 buah dengan ac, shower air panas, dan kulkas serta lemari dan TV layar datar 17 inchi. Sayang acnya agak panas, mungkin karena suhu udara di luar yang memang panas banget dan kering. Sambil beristirahat kami membicarakan rencana trip selanjutnya.
Sore hari, mulai mencari informasi mengenai paket tour ke Phiphi Island, di SOM Guest House juga ada paket tour yang ditawarkan, tetapi harganya lumayan sebesar 1500 baht. Menurut info ada paket yang seharga 1100 baht. Mungkin yang 1500 baht itu paket yang lebih eksklusif. Kami memutuskan hendak mencari paket lain yang lebih murah dimana di sepanjang jalan ke pantai Patong, banyak sekali booth kecil di pinggir jalan yang menawarkan paket-paket tour. Selain ke Phiphi Island, ada paket tour ke Pha Nga Island alias James Bond Island. Paket city tour dengan kunjungan city tour sekitar Phuket, seperti air terjun, rafting, elephant trekking, agrowisata, semuanya hampir sama dengan yang ada di Indonesia. Serta pantai-pantai lain selain Patong, seperti Pantai Kamala, Kata, Karon dan lain-lain.

Hampir jam 18.30 malam ketika matahari tenggelan di pantai Patong. Pantainya mirip dengan pantai Kuta tetapi relative lebih bersih. Yang menyebalkan, banyak anjing yang berkeliaran menyebabkan adik saya dan temannya ketakutan. Sebenarnya saya juga takut anjing, tapi masih bisa-lah jaim sedikit. Sambil menikmati makanan kecil yang dijual di gerobak pedagang yang mangkal di area sekitar pantai, kami menikmati suasana pantai sore hari. Makanan yang dijual adalah bermacam-macam satai, ada daging ayam, hati ayam, daging sapi, sosis, dan lain-lain yang semuanya sudah berbumbu, kita hanya tinggal memilih jenis yang disuka dan setelah dipanggang tinggal disantap. Harga per tusuk 20 baht.

Ada juga abang yang membawa pikulan berisi cumi kering yang digantung serta telur ayam. Sampai sekarang masih penasaran makanan apa yang dijual bapak itu, tapi untuk bertanya sepertinya percuma karena pasti dia tidak bisa menjelaskannya dalam bahasa Inggris, so dari pada frustasi lebih baik nggak usah nanya deh. Waktu ada orang yang beli, cumi dan telur itu digabung jadi satu di kantung plastik. Masih penasaran nih, apa ya jualan orang itu. Mau beli takut rasanya aneh, nanti malah sakit perut.
Dari pantai kami berjalan kaki dengan sambil mencari makan dengan tujuan akhir Junceylon Mall. Dan di jalan inilah kami mendapatkan paket dengan harga lumayan murah untuk besoknya ke Phiphi Island. Sebesar 1100 baht dengan fasilitas antar jemput ke hotel, tour guide, alat snorkeling dan makan siang. Siplah. Untuk paket ke Phanga Island ditawarkan 1200 baht. Penjaga booth ini seorang anak muda bernama Byu, yang ramah dan sangat informatif. Dia memberikan informasi, bahwa hampir semua travel yang mengelola paket ke Phiphi Island memberi harga 1000 baht, jadi setelah sampai di agen kecil seperti yang dikelola Byu ini harga bisa berubah tergantung margin keuntungan yang ingin didapat.

Makan malam akhirnya di pilih di resto di pinggir pantai dengan makanan ala thai. Pemiliknya anak muda keturunan china-thai dengan ramah mengajak kami ngobrol. Makanan yang dipesan sup tom yam gung (udah pasti), thai fried rice dan pad thai. Yang paling enak tom yum-nya, rasa pedas dan asamnya benar-benar menggigit, rempah-rempahnya terasa sekali. Padahal kami sudah memilih tingkat kepedasan yang medium. Pad Thai nya memakai mie seperti soun tetapi rasanya standard.
Sempet mampir di mini market Seven Eleven yang banyak sekali di sana, menurut informasi ada sekitar 5000 minimarket Seven Eleven di seluruh Thailand. Mungkin seperti Indomaret di Indonesia. Tetapi di sana memang Seven Eleven yang mendominasi dan buka 24 jam. Kalau sedang ingin makan murah meriah kami makan burger di sini hanya 20 baht, sandwich isi tuna 10 baht, roti isi coklat hanya 6 baht. Pilihan minumannya, self service, tinggal masukkan es batu tinggal pilih cappuccino, thai ice tea atau yang lain. Selama di sini saya keranjingan thai ice tea, hampir setiap hari saya mampir di seven eleven atau Family Mart (minimarket yang lain) untuk membelinya. Harganya 14 baht ukuran kecil, bahkan terakhir ada harga khusus 15 baht ukuran medium. Sedapppp!!

Catatan : saat ini sudah ada beberapa Seven Eleven yang membuka gerainya di Jakarta, menyediakan makanan self service seperti hot dog serta disediakan tempat buat duduk-duduk, menyasar segmen anak muda Jakarta yang suka ngumpul.
Jalan kaki menuju mall Junceylon melewati kawasan Bangla Road yang terkenal dengan bar-bar dan kehidupan malam Thai. Dimana banyak turis asing bersama dengan gadis-gadis Thai yang nggak jelas, apakah itu perempuan asli atau lady boy. Tetapi kami merasa aman-aman saja jalan di sana. Seseruan foto-foto dan menikmati suasana malam. Jalan kaki di sana sampai malampun tidak terasa khawatir.
JUNGCEYLON MALL, mall dekat Pantai Patong, lumayan besar bertingkat 3. Di sini terdapat resto-resto cepat saji seperti Mc Donald dan Burger King serta Swensens dan hypermart Careffour. Di lantai dasar terdapat tempat jualan cindera mata khas Thailand dengan harga yang bisa ditawar dengan kualitas yang lumayan baik. Menjelang jam 10 malam, ada booth DJ di halaman mall dan banyak anak muda yang ber break dance ria di sini.
Pulangnya, karena capek, kami memutuskan mencarter tuk-tuk seharga 200 baht. Tuk-tuk ini mirip angkot di indo. Besok-besoknya karena persediaan uang yang makin menipis kami akhirnya berjalan kaki saja apabila pulang dari mall yang ternyata tidak terlalu jauh

Bersambung yaa... ke Day 2.