Tuesday 29 January 2008

Harry Potter dan Relikui Kematian

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Science Fiction & Fantasy
Author:JK Rowling
Tanggal 26 Januari kemarin akhirnya buku Harry Potter yang udah di inden sebelumnya dikirim juga. Emang sengaja pesen yang soft cover yang keluar selang 2 minggu dari edisi hard covernya.
Novel ini sengaja nggak langsung dibaca, mau disayang-sayang sampe bener-bener nggak ada bacaan, dinikmati banget bacanya karena ini buku terakhir dari serial Harry Potter. Untuk ceritanya sendiri gw udah tau sih karena udah baca di http://id.wikipedia.org/wiki/Harry_Potter_dan_Relikui_Kematian. Nggak sengaja nemu waktu lagi browsing.
Yah…nggak ada lagi deh yang ditunggu-tunggu… kecuali menunggu film bioskopnya. :(


Foto Bertiga

Voila, tiba-tiba anak gw jadi dua orang. Ini foto gw sama anak tetangga, kalo pagi Raiyan, sering diajak makan ke taman depan rumah, trus Candy, umurnya 8 bulan, anak tetangga itu juga ke taman, main-main di kereta dorongnya. Tadi pagi iseng minta difoto-in bertiga sama Raiyan dan Candy. Keliatan banget ya bukan anak gw secara si Candy putih banget gitu. Hehehe....                               

Tuesday 22 January 2008

Duduk Di Sebelah Orang Gila

Seperti biasa pagi ini gw ke kantor naik metro mini P15, dapet duduk di bangku paling belakang. Nggak berapa lama ada bapak-bapak memakai baju seragam dinas pemda yang warnanya hijau lumut muda, rambutnya udah agak-agak putih dan pake kaca mata tebal, naik ke bis dan duduk di sebelah gw.

Tiba-tiba, bapak-bapak di sebelah gw itu ngomong sendiri dengan bahasa yang aneh. Aduh, mampus deh gw. Bapak ini pasti gak waras deh. Gw beraniin ngelirik ke kanan, dia lagi posisi menunduk dengan mata terpejam, dan masih ngomong sendiri. Orang-orang yang berdiri otomatis pada ngeliatin, ada satu bapak-bapak yang malah ekstrem banget langsung pindah berdiri ke depan. Sambil matanya menatap ke gw dengan pandangan bertanya, kenapa dengan orang di sebelah lo? Ih, mana gw tau. Lagian gw juga dalam keadaan takut setengah mati dan sibuk berdoa, misalnya bapak itu lagi kesambet atau kemasukan setan, setannya nggak pindah ke gw.

Tiba-tiba bapak itu berdiri sambil nunjuk-nunjuk dan merepet dengan bahasa yang aneh itu. Pokoknya seperti bahasa dari planet lain deh. Aduh, mampus deh gw, kalo dia tiba-tiba nomprok gw, gawat kan. Kayaknya kalo bisa diliat muka gw udah pucet kali. Tapi untuk pindah duduk juga nggak mungkin karena semua tempat duduk penuh. Mau berdiri males, udah dapet duduk. Keneknya kok juga cuek berlagak nggak denger, penumpang di sebelah gw juga cuek aja. Jadi daripada gw bikin heboh satu bis, gw juga sok cuek-lah, belagak nggak ada apa-apa. Padahal sumpah mati, gw takut banget dan sibuk berdoa semoga tempat gw turun cepet nyampe. Akhirnya, tempat gw turun nyampe juga dan selamatlah gw dari bapak-bapak gila itu. Bener-bener perjalanan ke kantor yang paling menegangkan.

Tuesday 15 January 2008

Nonton Bee Movie bersama Raiyan

Anak saya, Raiyan, 2 bulan lagi berumur 3 tahun. Karena dia termasuk anak yang nggak bisa diem, saya nggak berani ngajak nonton bioskop. Padahal anaknya temen suami yang sebaya udah dari umur 2 tahunan diajak nonton dan ok ok ajah tuh. Kalo Raiyan sih udah pasti langsung rewel dan ngambek ngajak pulang atau nggak bisa duduk manis, pasti maunya jalan-jalan di dalam bioskop. Kan gawat tuh.

Tapi, saya liat kelihatannya dia sekarang udah mulai bisa ngerti, karena udah beranjak besar. So,  rencana minggu kemarin saya ajak dia nonton film Bee Movie di Blitzmegaplex yang di Grand Indonesia. Kami nonton film pertama yang jam 12.30. Duduk di deretan E di tengah-tengah. Sebenernya agak-agak salah juga pilih di deretan E karena ada penonton lain,  nanti kalo Raiyan rewel dan ganggu penonton lain gimana ya…

Akhirnya film dimulai, sampai pertengahan film diputar, keadaan masih aman terkendali, walau sempat bosen dan minta pindah duduk sama saya tapi dia bisa duduk kembali di tempat duduknya dengan manis. Ternyata filmya lucu juga, saya ikutan seneng dan kayaknya jadi agak nggak rela juga kalo anak saya gangguin. Hihi... emaknya ketagihan nonton juga, secara udah lama banget nggak pernah nonton film kartun di bioskop.

Kebosanan terjadi pada ¼ film menjelang selesai, Raiyan sempat minta pulang dan berteriak-teriak, karena bosan. Sempet juga berdiri di kursi. Beruntung, masih bisa dibujuk dengan segala cara untuk tetap duduk menonton. Dan akhirnya, tulisan The End merupakan saat-saat yang paling melegakan. Seperti lulus ujian. Hehe….

Dan ini berarti, saya sudah bisa ngajak Raiyan nonton film lain nih….asyik.. Film berikutnya yang sudah ada di daftar, Alvin and the Chipmunk dong...

Monday 14 January 2008

TEATER TETAS PENTAS “REPUBLIK ANTHURIUM” DI GOETHEHAUS JAKARTA

Start:     Jan 22, '08 8:00p
End:     Jan 23, '08 8:00p
Location:     GeotheHaus Jakarta, jalan sam Ratulangi 9-15, Menteng, Jakarta Pusat.
Teater Tetas membuka tahun ini dengan mementaskan lakon berjudul “Republik Anthurium”. Naskah ini ditulis dan disutradarai oleh Ags. Arya Dipayana, dan akan ditampilkan pada tanggal 22 dan 23 Januari 2008, jam 20.00, di “Republik Anthurium ” merupakan suatu refleksi atas sebuah negeri yang. seluruh tatanannya dibangun dengan issue. Seluruh pranata politik, budaya, ekonomi maupun sosial dikendalikan oleh sesuatu yang berada di luar sistem – suatu kekuatan yang tidak tampak – dan perubahan dapat terjadi kapan saja, tanpa terduga sebelumnya. Segala hal menjadi nisbi sifatnya, bahkan juga tata nilai.

Setiap kali suatu issue dihembuskan, seluruh perhatian masyarakat akan tertuju ke situ, dan segera melupakan apa yang sebelumnya sedang mereka persoalkan. Digiring oleh kepentingan dari pemegang kendali, masyarakat justru seperti mabuk kepayang. Mereka larut dan menjadi bagian dari permainan. Sedemikian rupa, sehingga bahkan nasib mereka pun bergantung pada mekanisme sistem di mana mereka berada.

Sindrom anthurium dalam lakon ini tidak lain hanya salah satu dari beragam kecenderungan, yang dalam pertunjukan ini dipilih menjadi metafora untuk berbicara tentang banyak persoalan. Suatu umpan yang mengenai sasaran di suatu masyarakat yang tergila-gila pada eksotisme – dengan atau tanpa kepentingan ekonomi di baliknya.

Lakon ini diangkat justru pada saat Gelombang Cinta – salah satu dari keluarga Anthurium – berada di puncak popularitasnya, menjelang titik antiklimaks. Menjelang dihembuskannya issue yang lain, yang akan serta-merta meluluh-lantakkan tatanan sebelumnya.

Pertunjukan ini akan didukung oleh Youva Triwahyuni Meyke Vierna, Harris Syaus, Hari Prasetyo, Barlyanta, Lalu Zulkarnaen, Intan Permata, Yosep Viar dan lain-lain. Tata artistik dikerjakan oleh Sugeng Yeah, penata musik Nanang Hape, tata cahaya oleh Heri W. Nugroho. Akan tampil secara khusus dalam pertunjukan ini koreografer Elly D. Lutan dan dalang topeng Wangi Indriya dari Indramayu.

Pertunjukan berdurasi 75 menit ini merupakan kerjasama antara Goethe Institut Jakarta dengan Teater Tetas. Terbuka untuk umum, tanpa dipungut tanda masuk.

Kontak: Ags. Arya Dipayana (0818709075)



Thursday 3 January 2008

Baby Sitter Bikin Pusing

Urusan satu ini emang jadi masalah besar buat ibu-ibu bekerja yang udah punya anak. Biasalah, urusan baby sitter dan pembantu rumah tangga alias PRT.

Hal ini juga menimpa saya, sejak tiga tahun lalu ketika baru punya anak. Baby sitter pertama saya awalnya baik-baik saja, sampe lama-lama baru ketauan kalo suka membawa anak saya yang waktu itu baru 9 bulan jalan-jalan ke tetangga atau ngeceng ke satpam, tukang ojek sampe tukang bangunan deket rumah sesorean sampai saya pulang kantor. Belom lagi siangnya yang suka dibawa ke warung trus ngobrol lama-lama. Kalo ditegur mukanya langsung cemberut. Mo marah nggak sih…

Padahal di luar itu, sebenernya dia bersih banget atau keterlaluan bersihnya sampe sehari bisa berkali-kali nyuci baju, piring dan itu berarti pemborosan juga. Ditahan-tahanin deh sampe rada korban perasaan, yang penting anak ada yang ngurus, akhirnya gak tahan juga. Begitu mau pindah rumah kontrakan, kesempatan untuk mengakhiri hubungan kerja.

Penggantinya, bekas baby sitter teman suami saya, rekomendasi bagus karena dari teman suami. Rumahnya juga gak jauh dari rumah saya jadi dia bisa pulang kalo saya udah pulang kantor. Pagi-pagi baru dateng lagi. Soalnya yang ini udah punya suami. Jadi kalau bisa pulang hari moga-moga aja dia betah dan gak bikin ulah macem-macem yang menyusahkan. Baby sitter yang ini paling hafal tempat saya naro barang-barang yang saya suka lupa, jadi memudahkan sekali.

Lama-lama baru deh ketauan kalo hobbinya ijin pulang kampung dan tidak kembali pada waktunya masih terjadi juga. Ini menambah masalah yang lain lagi, terpaksa nyokap dipinjem untuk jagain si kecil. Atau suatu kali, pembantu nyokap yang dipinjem, yang karena suka nonton sinetron misteri jadinya anak saya ikutan nonton. Wuaaa….gawat nih.

Sampe akhirnya, karena udah seminggu nggak ada kabar kapan pulangnya dengan alasan neneknya meninggal, suami ambil baby sitter dari yayasan lewat koran. Beruntung, kali ini baby sitternya baik. Bener-bener beruntung karena yayasannya cuma dari iklan baris koran, kerjanya rajin, bersih, sabar, kalo pulang nggak molor,  walau emang sih masih ada kurangnya juga….ya iyalah, manusia kan tidak ada yang sempurna.

Ini cerita ttg baby sitter saya ke dua itu yang suka molor pulangnya. Akhirnya dia balik lagi kerja di temennya suami saya. Nggak tau juga deh, kenapa dia mau mempekerjakan baby sitter itu lagi, karena waktu keluar modus operandinya sama, pulang kampungnya lama, nggak balik-balik. Sampai akhirnya kemarin, dengan alasan neneknya sakit (kali ini nenek suaminya) dia memaksa pulang kampung, disuruh tunggu sampai dapat gantinya nggak mau karena udah ditunggu sama suaminya di stasiun. Terpaksa, temennya suami saya akhirnya ngasih warning, dan keluarlah dia. Untuk kedua kalinya dari majikan yang sama.

Akhirnya saya yang ketiban pulung, dimintain tolong nyariin pengganti, udah kayak makelar aja. Untungnya dapet. Pembantu saya yang tinggal deket baby sitter yang keluar itu ketemu deket rumahnya, nggak lagi di stasiun tuh, bener-bener alesan ajah.

Padahal apa coba kurangnya, gaji udah gede, tiap weekend bisa pulang, kadang-kadang suaminya bisa nginep segala, sempet dikasih kompor gas, fan, dispenser bekas, busyet, kurang apa coba, teteup ajah… banyak ulah. Nggak mikir apa cari kerja sekarang susah. Udah dapet kerja enak masih aja banyak tingkah. Heran deh sama orang kayak gini. Apa sih yang ada di otaknya. Emosi dot com.      

Wednesday 2 January 2008

Tahun Baru 2008 di Pulau Bidadari




Tiba-tiba saya di sms suami, ada temennya yang ngajak malam tahun baru di Pulau Bidadari. Hmm...sebenernya sih agak ragu-ragu karena situasi cuaca yang selain hujan juga tingginya permukaan air laut. Liat aja di Muara Baru sana yang jadi banjir gara-gara pasang naik. Tapi karena ada jaminan dari pihak pulau bahwa keadaan aman ya sudah nurut aja lah, toh suami bertanggung jawab. Hehe…Lagian seru juga ada unsur petualangannya. Dan yang lebih penting lagi, sudah lama saya pengen ke salah satu pulau di kepulauan seribu ini. Suami saya juga kayaknya sudah hilang traumanya kejebak badai dikapal sewaktu ada tugas ke pulau Nunukan, Kalimantan.

Hari Senin tgl 31 Desember jam 10.30 pagi berangkatlah dengan naik boat dari Dermaga 17 Marina, Ancol. Ternyata kapal lumayan penuh juga. Dalam hari, banyak juga orang-orang yang nekat seperti kami. Saya, suami dan anak kami, Raiyan serta keluarga teman suami saya, Yadi, Tia dan anak mereka, Fio. Yadi ini memang sahabat dekat suami, jadi kalau malam tahun baru memang hampir selalu menghabiskan waktu bersama. Dari sejak single sampai sama-sama menikah.
Perjalanan berlangsung mendebarkan, karena ombak tinggi, kapal dibanting-banting ombak. Aduh, mendebarkan sekaligus seru… tapi dalam hati sih berdoa-doa juga. Kemungkinan terburuk paling, terjebak di pulau karena laut tidak dapat disebrangi kapal, yang gawat kalau persediaan makanan habis trus kelaparan. (hiperbola deh…).
Akhirnya setelah 20 menit perjalanan, sampailah kami di dermaga Pulau Bidadari, disambut dengan welcome drink warna merah, ternyata sirup cocopandan. Pasirnya bersih tapi air laut tidak terlalu jernih dan ombaknya itu besar sekali.
O iya, paket tahun baru ini sebesar 600 ribu rupiah per orang dengan fasilitas makan siang, makan malam, kambing guling dan makan pagi, termasuk acara malam tahun baru serta tour tiga pulau Pulau Khayangan, Onrust dan Kelor.
Untuk mengelilingi pulau bisa dengan menyewa sepeda sebesar Rp.15ribu per 1 jam dan perjam berikutnya Rp 5000,-, ada juga motor ATV dengan sewa Rp 30ribu per 10 menit bisa 2 kali keliling pulau. Trus yang lainnya ada juga banana boat dan jetski. Tapi karena situasi ombak besar gitu kayaknya nggak ada yang sewa deh.
Untuk kamarnya sendiri terdiri dari double bed yang berjajar, kamar mandi dan TV serta 1 lemari. Kamar mandinya pakai shower dengan air yang keluar langsung air hangat. Kamar pakai AC. Fasilitas lain, hanya kolam renang untuk anak-anak yang penuh dengan bola plastik warna warni jadi sambil main air sekaligus mandi bola.
Restaurannya dua lantai menghadap laut. Ada kolam ikan dengan ikan koi warna warni. Disediakan makanan ikan yang bisa dibeli.
Untuk makan siang, menunya standard, menu buffet, sop, ikan asam manis, ayam goreng, capcay, dll. Tapi lumayan kok rasanya.
Sekeliling pantai ada gubuk-gubuk tempat duduk-duduk melihat pemandangan pantai dan ada yang jual kelapa muda juga. Di tengah pulau ada bangunan benteng atau menara pengawas bekas pertahanan Belanda sewaktu Belanda masih berkuasa. Juga bekas-bekas meriam masih bisa dilihat di sekeliling pulau.

Jam 13.30 tour ke tiga pulau dimulai, ombak masih besar tapi kita enjoy saja, malah saya sempat ke belakang kapal untuk memotret pulau Kelor dengan bekas bangunan menara yang ada disana, karena ternyata kami hanya berhenti di Pulau Onrust untuk melihat sisa-sisa peninggalan jaman Belanda dan ada museum di sana. Kalau di pulau Khayangan ada bangunan bekas penjara. Sayang saya tidak sempat memotret dari dekat sewaktu kapal lewat. Waktu memotret pulau Kelor-pun, kalau tidak pintar-pintar jaga keseimbangan bisa kejebur ke laut.

Nama Onrust menurut bahasa Belanda artinya tanpa istirahat atau sibuk dalam bahasa Inggris (unrest). Penduduk setempat menyebutnya pulau kapal karena pada abad 17-18 pulau ini sangat sibuk disinggahi kapal-kapal VOC. Juga sebagai tempat perbaikan dan pembuatan kapal. Antara tahun 1803-1810 Pulau Onrust digempur oleh Inggris dan serangan terakhir tahun 1811 dipimpin oleh Admiral Edward Pellow menghancurkan sarana dan prasarana Pulau Onrust.
Tahun 1848, pulau Onrust dan sekitarnya mulai difungsikan oleh Belanda sebagai pangkalan angkatan laut namun lalu semuanya hancur oleh letusan Krakatau tahun 1883.
Kemudian tahun 1911-1933 pulau Onrust diubah fungsinya menjadi karantina haji. Pada awal masa kemerdekaan pulau Onrust dimanfaatkan sebagai RS Karantina bagi penderita penyakit menular di bawah pengawasan Dep Kes hingga awal tahun 1960. Sejak tahun 1960-1965 pulau ini dimanfaatkan untuk penampungan gelandangan dan pengemis serta latihan militer. Pada tahun 1968 terjadilah penjarahan besar-besaran di pulau Onrust sehingga bagunan bersejarah tinggal puing-puingnya saja.

Yang masih utuh adalah bagunan bekas rumah dokter yang difungsikan sebagai museum yang berisi sisa-sisa peninggalan penduduk di pulau ini, yaitu pecahan piring, mangkok dll. Terdapat juga bangunan bekas menara pengawas dan bangunan sekertariat jemaah haji jaman dahulu sewaktu masih dijadikan tempat penampungan jemaah haji. Sayang saya tidak sempat eksplore bangunan lain karena anak saya sibuk berlarian mengejar-ngejar ayam. Di brosur yang dibagikan ada gambar ruang bawah tanah dan makam Belanda.

Setelah balik lagi ke kamar setelah tour selesai, kami beristirahat di kamar. Anak-anak tidur dan saya main di pantai. Ombaknya besar sekali jadi saya hanya duduk-duduk saja di sambil main air. Di tengah laut banyak kapal nelayan yang sedang mencari ikan.
Makan malam diumumkan dimulai jam 7 malam, menunya lebih beragam dari pada makan siang, ada tambahan pudding dan kambing guling. Setelah makan malam, kami terpaksa kembali ke kamar karena turun hujan deras.
Hujan ternyata berhenti jam 10.30 malam dan terdengar panggilan dari panggung tempat acara malam tahun baru. Acaranya menyanyi, pembagian doorprize, dance dan ada tarian sajojo dari sekelompok pemuda dan anak-anak yang dihias seperti orang irian. Pembawa acaranya 3 orang waria yang super centil dan heboh. Untuk doorprize kami akhirnya mendapat tiket Atlantis dan hotel Sparks. TV, DVD dan minicompo lewat.
Countdown pergantian tahun diakhiri dengan penyalaan kembang api. Kami langsung berlarian ke tepi pantai, karena kalau di tempat kami duduk kembang api tidak terlihat tertutup pohon-pohon. Dari pantai pulau Bidadari terlihat di kejauhan kota Jakarta dengan ratusan kembang api yang menyala bersamaan. Indah sekali. Dari yang semula senang, lama-lama anak saya ketakutan akan suara kembang api yang keras. Dan setelah itu tidak lama anak saya minta balik ke kamar dan tidur.
Esok paginya, kami bangun jam 8 pagi, ternyata air laut sudah pasang naik tinggi sekali sampai ke halaman cottage kami. Tapi masih bisa berjalan menuju ke restaurant untuk sarapan nasi uduk. Menunya memang hanya nasi uduk saja dengan kopi dan teh.
Sehabis sarapan, kami menghabiskan waktu dengan keliling pulau naik ATV trus di kamar saja menunggu kapal berikutnya yang kembali ke Marina jam 14.30. Kami sengaja tidak makan siang di hotel, bosan-lah menunya itu-itu saja.
Perjalanan pulang relatif tenang, kapal tidak melawan ombak sehingga kami tidak dibanting-banting seperti waktu berangkat. Lega sekali rasanya bisa menjejakkan kaki di daratan Jakarta.
Untuk makan siang menjelang sore kami memilih makan di Bandar Jakarta. Suasana Ancol masih ramai sekali, tetapi masih ada tempat kosong di restaurant tersebut walau harus menunggu lama sampai makanan datang, minumnya juga lama, bahkan setelah datang piringnya belum datang. Tapi sebanding-lah dengan makanannya yang enak. Kami memesan udang asam manis, calamari, ikan kerapu serta tumis kangkung.
Kalau dipikir-pikir, seram juga sih karena di saat cuaca yang tidak bersahabat kami nekat bertahun baru di pulau, tapi justru itu yang menjadi pengalaman yang tidak terlupakan.





Tuesday 1 January 2008

Grand Prix Marching Band XXIII – 2007 – Tontonan Nostalgia




Tanggal 30 Desember 2007 pagi-pagi jam 9.30 sampailah saya di Istora Senayan tempat acara Grand Prix Marching Band. Ini tontonan nostalgia jadi walo sendirian tetep aja dibela-belain. Udah lebih dari 15 tahun gak nonton, jadi kali ini saya ngerasa excited banget. Saya beli tiket seharga Rp 15 ribu. Untuk kelas dengan tiket yang paling murah ini para peserta yang tampil akan membelakangi penonton, karena letaknya berhadapan dengan Tribun Utama tempat kelas VIP dan juri. Para peserta jelas akan menghadap Tribun Utama dengan harga Tiket 75ribu dan 50ribu, kelas lain 30ribu.
Beruntung sekali, begitu saya datang, Korps Putri Tarakanita belum main, dan akan main setelah marching band yang saat ini sedang tampil. Pas banget.
Saya juga baru tahu, kalau sekarang perlombaan dibagi menjadi dua divisi sejak tahun 2000, yaitu Divisi Sekolah dan Divisi Umum. Tarki termasuk Divisi Sekolah. Lawan terberat Tarki adalah Bahana Cendana Kartika, Duri, Riau. BCK ini kayaknya pemain baru yang begitu tampil selalu menang. Begitu pula tahun lalu ketika giliran Putri Santa Ursula yang tampil. Karena Tarki dan Sanur tampil bergiliran selang-seling. Untuk GPMB ini bisa dilihat di websitenya www.gpmb.org.
Ketika diumumkan peserta selanjutnya adalah Korps Putri Tarakaita, suasana langsung meriah. Teriakan dan jeritan dari para supporter yang sebagian besar cewek-cewek langsung bergema meriah, lengkap dengan spanduk Viva Tar!! Teriakan-teriakan Viva Tar juga diteriakkan di sana sini. Pokoknya seru dan heboh. Sambil membayangkan belasan tahun yang lalu saya menjadi bagian dari keriaan itu. Penampilan Tarki masih seperti dahulu dengan koreografi yang cantik dan anggun dengan seragam Drum Band masih rancangan Chossy Latu, yang rupanya tetap dipakai sebagai perancang kesayangan Tarki.
Peserta selanjutnya adalah Bahana Cendana Kartika yang menjadi saingan terberat Tarki. Memang sih, karena ada pemain laki-lakinya, musik menjadi lebih hidup, karena ada alat-alat musik yang hanya bisa dimainkan oleh peserta laki-laki. Dari segi colour guard, istilah untuk cheerleaders yang memainkan bendera atau senapan mainan juga lebih meriah dibandingkan dengan Tarki.
Setelah divisi Sekolah selesai dan istirahat baru peserta dari Divisi Umum mulai tampil. Saya hanya nonton sampai makan siang dan pulang ke rumah. Baru sekitar jam 5 sore saya kembali lagi untuk mendengarkan pengumuman. Lagi-lagi saya beruntung karena sempat nonton penampilan Semen Padang dan Semen Gresik yang ternyata juara tahun lalu.
Langsung saja berikut saya tuliskan hasil dari 14 Finalis Divisi Umum : Juara I - Semen Gresik, II - Semen Padang, III – Universitas Udayana, IV – Madah Bahana UI Depok, berikutnya susunan berdasarkan nilai dari urutan V dstnya : MB Bhina Caraka Ditjen Bea Cukai, UGM Yogya, Gema Citra Telkom – Balikpapan, Garuda Indonesia, Gita Teladan Jakarta, ITB Bandung, Gita Surosowan Banten, Gita Pakuan Bandung, Gema Wibawa Mukti Bandung, Atma Jaya Yogya.
Untuk Divisi Sekolah, sudah pasti juara I nya Bahana Cendana Kartika, Riau, II Korps Putri Tarakanita, III – Sadaluhung Padjajaran Cirebon, IV Listya Dwijaswara Cirebon. O iya, Tarki jadi juara Favorit hasil polling sms.
Yang paling seru waktu nonton GPMB ini adalah menunggu-nunggu para peserta dengan kostumnya yang berwarna-warni, colourguard yang lincah, performance, display dan permainan musik dengan aransemen lagu yang keren.
Jaman dahulu sewaktu saya masih sekolah, belum ada pembagian divisi jadi Tarki harus bersaing dengan marching band lain di divisi umum. Tapi biasanya memang yang menjadi juaranya selalu pemain-pemain lama yang sudah berpengalaman. Harus ada modal besar untuk bisa membentuk group Marching Band supaya bisa bersaing dengan Marching Band lainnya. Waktu dulu jaman saya sekolah dulu, ekskul MB ini memang jadi anak emas. Saya sempat daftar sebagai pilihan ekskul tapi karena latihannya yang berat, ditambah mesti belajar karena teman-teman sekelas pinter-pinter semua, jadilah saya keluar dan pilih fotografi. Itu aja asal punya ekskul.