Sejak beberapa tahun
terakhir, setahun sekali saya pasti
menjadwalkan agenda keluarga untuk liburan ke Anyer. Biasanya setelah ikut race Full Marathon, dimana saya harus berlatih lari hampir setiap
minggu, sehingga tidak ada waktu untuk jalan-jalan. Ditambah race lari yang biasanya diadakan
tiap hari minggu. Walaupun sekarang udah
jarang ikut race tapi setiap minggu biasanya waktunya kumpul dengaan teman-teman lari.
Tahun lalu saya booking
hotel yang lumayan murah, tetapi sayang tidak langsung menghadap pantai. Pantai
terdekat yang bisa diakses adalah pantai di belakang hotel Marbela dan dipisahkan oleh jalan raya anyer. Walaupun mesti berjalan kaki jika hendak
menuju pantai tetapi kami tetap menikmati.
Untuk kali ini saya mencari
hotel lain yang lebih bagus dengan akses pantai langsung dari belakang hotel. Setelah browsing di
beberapa website, akhirnya saya memutuskan untuk booking hotel Mambruk Anyer
melalui www.klikhotel.com dan mendapatkan harga yang cukup murah. Harga sudah termasuk pajak dan breakfast untuk 2 orang. Karena sibuk, saya sempat
lupa booking dan kamar dengan harga murah yang tersedia untuk bulan November
hanya tersedia pada tanggal 28 November saja. Akhir November memang sudah masuk musim
hujan, tapi tidak apa-apalah, berdoa saja mudah-mudahan cuaca cerah.
Setelah membaca review dari
beberapa orang yang sudah menginap lebih dulu, sepertinya hotel ini cukup bagus,
rating yang didapat hotel ini cukup lumayan dan tidak mengecewakan.
Akhirnya hari H pun tiba,
kami berangkat dari rumah sekitar jam 10 pagi.
Melalui tol tangerang arah merak, perjalanan lancar, hanya ada antrian
sebentar di pintu tol kebun jeruk. Setelah itu lancar sampai keluar tol Cilegon
Timur. Keluar pintu tol, ternyata ada
jalan yang sepertinya baru dibuka. Awalnya ragu-ragu, sempat belok kanan
mengikuti arahan google map, tapi kemudian saya bertanya kepada orang di pinggir
jalan dan kami disuruh putar arah untuk melalui jalan baru tersebut.
Mobil meluncur dengan mulus
di jalan raya yang relatif masih sepi.
Sisa-sisa perkerjaan pembuatan jalan masih tampak di kiri kanan jalan.
Bahkan di suatu tempat ada jembatan yang belum selesai dikerjakan, sehingga
mobil harus melalui bagian jalan sementara yang masih berupa tanah. Pengendara harus selalu awas karena selain
jembatan itu ada bagian jalan lain yang mendadak menjadi satu jalur. Mudah-mudahan jalan ini cepat selesai karena sangat membantu para wisatawan untuk mencapai Anyer
dengan lebih cepat. Lampu-lampu jalanpun juga sedang dalam proses pengerjaan. Pemandangan kiri kanan jalan adalah
pemukiman penduduk dengan tanah merah bekas galian pembuatan jalan.
Ketika akhirnya kami sampai
di ujung jalan, ternyata akhir jalan
tersebut adalah masih berupa bagian jalan utama Cilegon yang di kiri kanannya
ada pabrik, tetapi sudah bagian akhir
dari deretan pabrik-pabrik di Cilegon, sehingga hanya melewati 2 pabrik besar dan setelah itu mulai memasuki
area jalan raya anyer.
Pengerjaan renovasi jembatan
sebelum memasuki area wisata Anyer sempat membuat antrian kendaraan, tetapi
setelah itu jalanan lancar jaya.
*Setelah saya googling
ternyata jalan baru ini bernama Jalan Lingkar Selatan Cilegon - Ciwandan. Jalan tersebut sebenarnya sudah lama
dibangun tetapi sempat terkatung-katung
karena kurang dana. Sehingga walaupun sudah lama ada, jalan tersebut rusak
parah, sehingga sangat berbahaya jika dilalui kendaraan para wisatawan. Sepertinya saat ini pengerjaan sudah mulai
selesai, sehingga jalan tersebut dapat dilalui kendaraan.
Letak hotel Mambruk Anyer tepat bersebelahan
dengan Mercu Suar Anyer sehingga ketika saya sudah melihat mercusuar tersebut,
perlahan-lahan kecepatan mobil dikurangi dan tara… tampaklah tulisan Hotel
Mambruk Anyer di kanan jalan.
Suasana yang teduh langsung
menyambut kami begitu memasuki area hotel.
Hotel Mambruk merupakan salah satu hotel favorit di Anyer, sehingga kali inipun hotel full oleh rombongan peserta
outing.
Setelah check in, saya
dipandu oleh mbak petugas hotel menuju kamar type Lanais yang saya pesan.
Letaknya di sebuah bangunan bertingkat 2, di belakang sebelah kiri dari area
hotel. Saya mendapat kamar paling atas
di lantai 2. Walaupun bangunan lama,
tetapi kamar cukup luas dan nyaman. Selain kamar tidur di luar ada ruang tamu
dan dapur. Ada pula teras untuk melihat pemandangan. Pantainya jauh, jadi tidak
kelihatan tapi lumayan bisa mendapat udara segar. Handuk dan toiletries serta sandal kamar juga
tersedia.
Setelah meletakkan tas di
kamar, kami makan siang di halaman belakang hotel yang menghadap pantai.
Menunya ayam KFC dan nasi yang kami bawa dari rumah. Kami memang sengaja membawa makan siang dari
rumah supaya bisa makan sambil menikmati pemandangan laut dengan tiupan angin
pantai. Alhamdulilah, cuaca siang itu cerah ceria. Sehingga acara foto-foto di
pantai berlangsung sukses.
Pantai
yang terletak di belakang hotel bukan jenis pantai luas dan landai dimana
pengunjung bisa menyusuri pantai dengan berjalan kaki. Hanya ada sedikit lokasi
pantai berpasir yang bisa dipakai untuk berenang, selebihnya adalah pantai
berbatu-batu.
Di
bagian pantai berbatu tersebut terdapat bangunan berbentuk perahu yang bagus
sekali untuk foto-foto. Tempatnya agak tinggi, sehingga jika foto disana akan
mendapatkan latar belakang lautan biru yang cantik. Disana juga ada shelter kecil
tempat pengunjung bisa duduk-duduk menikmati pemandangan laut.
Setelah
puas foto-foto, kami kembali ke kamar untuk istirahat sebentar dan beres-beres.
Setelah itu tujuan kami berikutnya adalah Mercu Suar Anyer.
Mercu
Suar Anyer atau Mercu Suar Cikoneng, terletak sangat dekat, hanya berjarak
sekitar 100 meter dari hotel. Tidak perlu naik kendaraan, cukup berjalan kaki
santai selama 3 menit, kami sudah sampai.
Karena berjalan kaki dari arah hotel kami masuk melalui pintu Penginapan
Anyer Wisma Primkokarmar yang dikelola
oleh Dirjen Hubla.
Sore itu sudah banyak
pengunjung memadati lokasi, karena selain Mercu Suar disana juga terdapat tugu
peringatan Titik Nol Kilometer yang dibangun di lokasi awal tempat dibangunnya
Mercu Suar yang pertama yaitu pada tahun 1806. Mercu Suar tersebut telah musnah
akibat letusan gunung Krakatau pada tahun 1883.
Mercu Suar yang baru dibangun tahun 1885 saat jaman Raja ZM Willem III. Pada tugu peringatan tersebut bertuliskan : Di sini awal
berdirinya menara suar Cikoneng yang merupakan petanda titik 0 (nol) km Anyer-Panarukan”
Titik
nol ini adalah titik awal dari pembangunan jalan Anyer-Panarukan oleh Gubernur
Jenderal Hindia Belanda Daendels. Jalan ini dibangun dari Anyer ke arah
Tangerang, Jakarta, Sumedang, Cianjur, Bandung, Cirebon, Tegal, Kendal,
Semarang, Demak, Rembang, Caruban, Gresik, Surabaya, Pasuruan, Probolinggo, dan
berakhir di Panarukan.
Untuk memasuki Mercu Suar kami hanya ditarik bayaran sebesar Rp. 5000,- oleh bapak penjaga yang berada di sana. Tangga besi yang melingkar menyambut kami dan perlahan-lahan kami menaiki anak tangga menuju ke atas. Bangunan Mercu Suar ini masih sangat kokoh, walaupun usianya sudah ratusan tahun, terdiri dari 18 lantai dengan tinggi 75,5 m. Cukup melelahkan juga bagi yang tidak biasa bergerak. Siap-siap aja malam harinya kaki terasa pegal, karena harus melalui 286 anak tangga.
Untuk memasuki Mercu Suar kami hanya ditarik bayaran sebesar Rp. 5000,- oleh bapak penjaga yang berada di sana. Tangga besi yang melingkar menyambut kami dan perlahan-lahan kami menaiki anak tangga menuju ke atas. Bangunan Mercu Suar ini masih sangat kokoh, walaupun usianya sudah ratusan tahun, terdiri dari 18 lantai dengan tinggi 75,5 m. Cukup melelahkan juga bagi yang tidak biasa bergerak. Siap-siap aja malam harinya kaki terasa pegal, karena harus melalui 286 anak tangga.
Yang
sangat menarik, di lantai 2 dan 3 terdapat foto-foto sejumlah Mercu Suar yang
terdapat di Indonesia, lengkap dengan sejarah mercu suar tersebut. Saat itu
saya hanya sempat membaca tentang Mercu Suar di Pulau Edam, Kepulauan Seribu,
Mercu Suar di Tanjung Layar, Ujung Kulon, dan Mercu Suar di Pulau Lengkuas,
Belitung. Sisanya saya tidak ingat lagi.
Rencananya, saya akan googling saja di Internet untuk menemukan data jumlah
Mercu Suar di Indonesia dan membaca lagi sejarahnya. Ternyata hasilnya mengecewakan, karena data
yang saya temukan tidak lengkap. Jadi jika
ingin membaca tentang lokasi dan sejarah Mercu Suar di seluruh Indonesia, tampaknya
saya harus kembali lagi ke sini.
Pemandangan
yang sangat indah terbentang luas dari teras luar yang terdapat di lantai 17. Pemandangan laut biru laut Jawa di sisi depan
dan di bagian lain adalah pemandangan pegunungan dengan sawah yang membentang
dihiasi dengan rumah penduduk di sana sini.
Bagi
yang takut ketinggian saya sarankan untuk tidak keluar karena cukup menyeram kan.
Pagar pembatasny terbuat dari besi dan masih ada celah celah yang cukup lebar.
Saya sibuk selfie dengan berbagai gaya.
Dan karena itu sempat di
peringati oleh pegungunjung lain untuk berhati-hati. Takut kalau HP saya jatuh
karena keasyikan foto-foto. Hehe…
Sebelum
turun, saya mampir dahulu ke bagian paling atas dari menara yang merupakan
tempat yang paling penting dan utama dari sebuah menara Mercu Suar. Paling
penting karena disanalah tempat lampu mercu suar berada.
Setelah
puas kami turun kembali untuk menuju dermaga yang terletak di depan Mercu Suar
untuk menikmati pemandangan matahari tenggelam.
Setelah hari menjelang malam barulah kami kembali ke hotel.
*Selain
berkunjung ke Mercu Suar, ada beberapa lokasi wisata lain yang terletak tidak
terlalu jauh dari Hotel. Seperti berkunjung ke bekas stasiun kereta api Anyer,
Curug Gendang, wisata ke kerajaan Banten Lama atau berkunjung ke desa
Badui. Untuk airnya sudah pasti lengkap,
seperti banana boat, jetski dan
berkunjung ke pulau-pulau sekitar hotel.
Malamnya,
saya jalan-jalan ke tepi kolam renang untuk melihat suasana malam di
hotel. Ada acara ulang tahun yang sedang
berlangsung di ruang serba guna sebelah kolam renang. Acara lain dari tamu
hotel juga sedang berlangsung di restaurant hotel, mereka sibuk nyanyi –nyanyi
dan tertawa. Kolam renang hotel letaknya tepat di pinggir pantai, dengan
pemandangan ke laut lepas. Besok pagi jika saya foto-foto dari kolam renang,
pasti serasa di Bali.
Pagi
telah tiba, saya bangun pukul 6 dan memulai hari dengan lari pagi. Trek untuk
sekedar jogging santai tersedia di hotel, menyusuri bangunan-bangunan kamar
hotel dan melewati tepi pantai serta memutar ke arah depan hotel. Cukup sekitar
3km saja dan saya segera menjemput Raiyan ke kamar untuk sarapan pagi.
Sarapan
tersedia di restaurant hotel yang letaknya menghadap pantai. Menu yang ditawarkan cukup beragam, standard
breakfastr di hotel. Setelah kenyang,
saatnya tiba untuk berenang.
Yang
menjadi favorit saya dari kolam renang ini adalah, airnya yang cukup hangat.
Sehingga walaupun pagi itu cuaca agak mendung, tidak meyurutkan saya untuk
berlama-lama berenang. Kolam renangnya
ok-lah pokoknya. Dari kolam mau nyebur
ke air laut trus balik lagi ke kolam renang juga bisa. Di pinggir kolam renang juga ada bar, dimana
kita bisa pesan minuman di sana.
Acara
berenang terpaksa diakhiri karena hujan turun dengan deras. Balik ke kamar hotel, kami mandi dan
bersiap-siap untuk check out.
Perjalanan pulang lancar, saya kembali mengambl
jalan yang sama seperti waktu berangkat, sehingga tidak bisa mampir untuk membeli oleh-oleh. Jadi selepas jalan lingkar
selatan yang menghubungkan anyer dengan cilegon, mobil langsung masuk ke jalan tol. Sekitar jam 14.30 kami sudah sampai lagi di Jakarta.
No comments:
Post a Comment