Thursday 2 March 2017

Traveling to Yogya - Borobudur Marathon (1)



Sejak berhasil finish lari Full Marathon tahun 2014 di Bali, rencananya setiap tahun pengen lari FM. Tapi sepertinya tahun 2016 hal itu tidak bisa terlaksana.
Selain karena tiba-tiba daftar HM (Half Marathon) Jakarta Marathon dan tiba-tiba daftar Indorunners University dan diterima, membuat saya harus ikut pelatihan ketat selama 1,5bulan.  Dan begitu pelatihan selesai saya merasa exhausted dan bosen banget sama lari-larian. Jadi Borobudur Marathon yang rencananya ikut Full terpaksa turun grade jadi HM. Itu pun ikut karena ada BIB teman yang tidak terpakai. Selain itu karena ada rumah tante di Yogya, untuk  akomodasi jadi  lebih mudah dan murah karena tidak perlu sewa hotel.

Seperti biasa untuk penghematan saya memesan kereta api ekonomi ac jurusan Senen – St Lempuyangan. Berangkat Jumat siang sekitar jam 10.30. Jadi seperti sebelumnya saya cuti hari Jumat dan Senin saja.
Kereta berangkat tepat waktu dan kebetulan masih ada tempat duduk yang kosong jadi saya bisa pindah kesana. Maklum deh kereta ekonomi kan tempat duduknya sempit jadi kalau ada kesempatan pindah tempat duduk itu adalah hal yang tidak boleh dilewatkan. Lumayan jadi lega trus bisa memakai charge HP dengan leluasa. 

Iseng-iseng saya memperhatikan tetangga saya yang duduk di kursi depan.  Seorang mas-mas tampak duduk tenang sambil melihat hpnya. Dan setelah kereta berjalan beberapa lama dia mulai ngajak ngobrol.“ Mbak, kereta ini sampai di Purwokerto jam berapaya?” Di tiket mas jam berapa? Begitulah awal mula percakapan di kereta siang hari itu. Yang lucu dan membuat saya pengen ketawa adalah, ternyata hari itu adalah kali pertama si mas naik kereta. Dia bercerita panjang lebar mengenai kisahnya mengapa dia tidak pernah naik kereta. Sepertinya dia mempunyai phobia naik kereta karena menganggap kereta yang berjalan di atas rel itu tidak seimbang dan akan jatuh karena bergoyang ke kiri dan ke kanan. Jadi sampai detik dia naik kereta hari itu dia selalu bisa menghindar dari keharusan naik kereta. Misalnya ada teman-temannya yang ngajak naik kereta bersama sama dia selalu menolak dan pilih naik pesawat sendiri. Akhirnya dia terpaksa naik kereta api karena  ada acara yang mengharuskan datang pada sore harinya di Purwokerto dan pagi harinya dia ada acara dulu di kantor.  Untuk pesan travel sudah tidak keburu waktunya. Jadi satu-satunya cara adalah dengan naik kereta.  Sepertinya sih walaupun agak tegang dia lumayan menikmati perjalanannya. Waktu pramugara kereta lewat menawarkan makan siang dia memesan makanan dan sepertinya sudah tidak gelisah seperti tadi. Mudah-mudahan aja phobia naik kereta si masnya bisa hilang dan akan naik kereta lagi lain kali. Hmm.. tapi jangan-jangan itu cuma alasan untuk ngajak ngobrol. Masak iya ya belum pernah naik kereta.  

Akhirnya setelah sekitar 8 jam ditambah telat 30 menit saya tiba juga di Stasiun Lempuyangan. Kebetulan saya dijemput teman yang sama-sama ikut Borobudur Marathon dan abis itu cuss makan mie rebus. Mie rebus yang dipilih teman saya adalah mie rebus Mbah Hardi, Terban. Saya sih ngikut aja karena tinggal duduk manis. Sempet kelewat karena google mapnya nggak jelas, tapi setelah bertanya diberitahu kalau tempat mie rebusnya ada di belakang pom bensin. Jadi memang tidak terlalu keliatan dari pinggir jalan.
Suasana di bakmi Jawa tersebut cukup ramai. Kami menunggu agak lama sebelum mendapatkan pesanan makanan mie godog dan mie goreng. Maklum tiap pesanan di masak satu-satu dengan kompor arang. Jadinya lamaaa… mana udah laper abis seharian duduk di kereta api. 


Kenyang makan mie rebus, saya mampir ke rumah tante saya dulu untuk pamit karena akan menginap di hotel bareng teman saya.
Beberapa waktu yang lalu saya melihat status teman saya di Path yang sedang berada di Yogya untuk acara kantor dan menginap di Greenhost Boutique Hotel, Jl Prawirotaman. Hotel tersebut adalah hotel tempat syuting film Ada Apa Dengan Cinta 2. Adegan yang diambil di hotel tersebut adalah ketika Cinta datang ke suatu pameran seni dan disana dia ketemu Rangga.
Jadi saya menghubungi Rerie teman saya itu dan ternyata pada tanggal saya datang dia masih berada di hotel itu. Asyiiik bisa ikutan nginep. Senangnya.  Jadilah sehabis dari Bausasran saya langsung ke Prawirotaman.   Dari luar, bangunan hotel sudah tampak berbeda dari hotel kebanyakan. Suasana temaran dengan interior yang minimalis menyambut saya. Meja dan kursi yang terbuat dari kayu tampak di lobby depan dan kolam renang juga terlihat di lantai tersebut. Hiasan instalasi seni tampak terlihat di beberapa tempat. Hotel ini mengusung konsep Eco Green, dimana semaksimal mungkin memanfaatkan sumber daya alam.  Seperti meminimalisir pemakaian ac dengan konsep ruangan yang serba terbuka.
Ketika saya datang kebetulan banget teman saya juga sudah datang. Tadinya dia sudah menitipkan kunci di resepsionis untuk jaga-jaga kalau saya datang duluan. Kamar hotelnya juga unik, bergaya minimalis dengan tembok yang masih polos tidak dicat, hanya semen saja dan interior yang serba kayu. Pokoknya keren banget. Suka banget sama hotel ini.
Ketika berada di lorong depan kamar, tampak deretan tanaman selada yang ditanam disana.  Sayang saya tidak sempat ke rooftop hotel ini karena kata teman saya lokasinya sangat instagramable. 

Karena sebelumnya sudah titip Gudeg Pawon sama Rerie, jadilah sebelum tidur saya makan Gudeg Pawon dulu. Nggak apa-apa deh, itung-itung carboloading sebelum race. Padahal sih untuk menutupi rasa bersalah karena makan terus. Gudeg Pawon salah satu gudeg yang terkenal di Yogya, selain karena bukanya malam hari, dijualnya juga dari pawon atau dapur dalam bahasa jawa. Dan selalu antri. 






Sekitar jam 6.30 kami sudah turun untuk sarapan di resto dekat kolam renang dan taraaaa… saya bertemu dengan teman-teman dari Golds Gym yang sedang sarapan.  Karena saya tidak ada acara saya akhirnya numpang ikut mereka yang akan wisata ke Gua Pindul. Plus ikutan nginep semalam lagi di kamar mereka supaya bisa barengan ke Magelang besok pagi. Alhamdulilah, ada aja rejeki untuk anak soleh.
Tanpa sempat sarapan saya segera meletakkan tas di kamar teman saya, membawa kaos baju ganti dan segera bergabung kembali dengan teman-teman saya. Tak lupa pamitan dengan Rerie atas tumpangan kamarnya semalam. Dengan mobil sewaan kami langsung menuju Gua Pindul yang terletak di daerah Wonosari, Gunung Kidul. 
Perjalanan lancar dan kami berhenti sebentar di minimarket untuk membeli bekal.  Kelar belanja, perjalanan dilanjutkan, tetapi tiba-tiba mobil kami di pepet oleh sebuah sepeda motor yang memberi tanda agak mobil berhenti sejenak. Dengan agak bingung, teman saya, Taxi (iya namanya Taxi!) yang menyetir membuka jendela dan si mas yang berada di sepeda motor itu bertanya, apakah kami akan ke Gua Pindul. Setelah mengiyakan, si mas menawarkan untuk membantu menunjukkan jalan menuju ke sana. 
Ternyata di suatu percabangan tadi ada tulisan menuju gua Pindul yang merupakan tanda bagi wisatawan yang akan kesana dan petunjuk bagi operator tour Gua Pindul untuk menjemput bola orang-orang yang akan berwisata. Sebenarnya tanpa petunjuk itupun jalan tetap menuju ke satu arah yang sama.
Sesampainya di lokasi kami diberi info mengenai harga beberapa paket tur ke Goa Pindul. Kami memilih paket standard berupa kunjungan ke Gua Pindul dan arung jeram plus gratis makan siang dan minum setelah selesai aktivitas. Ada paket lain yang hanya ke gua Pindul saja dan paket lain dengan tambahan touring dengan mobil 4 wheel drive. 


Setelah berganti pakaian dan memakai life jacket kami segera naik ke atas mobil bak terbuka menuju ke lokasi gua Pindul.  Sesampai di lokasi, kami diberi kesempatan untuk masuk ke sebuah gua (sayang nih saya lupa nama guanya).  Pintu gua berada di tengah perkampungan penduduk tetapi ketika masuk memang merupakan gua asli dimana terdapat stalaktit yang mempunyai bentuk yang unik. Pemandu kami juga menceritakan hal-hal seputar gua yang kami datangi ini serta membantu untuk mengambil foto.  Tidak bisa dipungkiri aura mistis sangat kental terasa di dalam gua. Sebelum masukpun ada sederet peraturan dan larangan yang terdapat di papan pengumuman depan gua. 




Setelah saya membaca info seputar gua pindul di internet, gua tersebut memang masih keramat dan malah pernah menelan korban. Jadi semuanya harus memakai life jacket supaya tidak tenggelam.
Setelah menelusuri gua tersebut kami diarahkan menuju tempat start cave tubing. Kami diberikan ban yang masing-masing dibawa dan nanti dipakai untuk masuk ke dalam gua. Jadi kami duduk di ban tersebut dan mengikuti aliran sungai masuk ke dalam gua. Ya ampun, hari itu gua Pindul ramaiii sekali, sehingga kami tampak seperti cendol warna warni di tengah kuah kecoklatan.
Masuk guanya pun harus antri karena banyak juga operator Cave Tubing selain yang kami pakai. Akhirnya kami berhasil masuk ke dalam gua, suasana gua yang gelap dan ayunan air membuat kami merasa nyaman dan hampir tertidur. Hahaha..  Sebenarnya sih sesuai dengan gambar yang terdapat di interne,  Jika tidak hujan sehari sebelumnya, sungai di gua ini airnya berwarna kehijauan. Tetapi karena hujan  air menjadi berwarna coklat. Yah nasib deh datang sewaktu musim hujan. Ini aja saya sudah merasa sangat beruntung karena  bisa kesini tanpa direncanakan lebih dulu. 





Lokasi yang hits di dalam gua Pindul ini adalah tempat dimana ada lubang di atap gua dan sinar matahari masuk ke dalam membentuk lingkaran cahaya.  Tidak lama ujung gua tampak dan akhirnya kami semua menepi, naik ke atas dengan membawa ban masing-masing meneruskan perjalanan. Kami naik mobil bak terbuka kembali menuju ke suatu tempa berupa lapangan tanah dengan rumput ilalang. Disana kami turun dan sambil membawa ban kami menuju tepi sungai.  Asyik… kami akan ber arung jeram. Sebenarnya namanya bukan arung jeram sih tapi body rafting karena kami akan mengarungi sungai menggunakan ban masing-masing. 

Ada kejadian lucu ketika kami akan melewati arus sungai yang agak deras untuk menuju ke tempat kami akan memulai perjalanan. Karena arus yang deras dan harus melewati batu-batu saya beberapa kali kehilangan keseimbangan, cukup susah dan saya jejeritan karena takut jatuh. Hahahaha… teman-teman saya malah ngetawain karena lucu katanya udah biasa lari FM gak pantes banget jejeritan lewatin sungai gitu doang.  Gimana ya, anaknya agak lebay kadang-kadang. 


Walapun tidak terlalu jauh jaraknya, hanya sekitar 3km, body rafting menyusuri sungai di daerah Gunung Kidul ini cukup menyenangkan. Ada bagian yang arusnya cukup deras sehingga kami bisa merasakan sensasi terguncang-guncang.  Yang lainnya sih cukup tiduran di ban sambil menikmati alam sekitar. 
Sekitar 30 menit kami akhirnya sampai dan naik ke atas, duduk di warung yang menjual minuman dan cilok sambil menunggu mobil bak yang akan membawa kami kembali ke lokasi awal kami parkir mobil dan mengembalikan life jacket. Sebenarnya kami bisa menikmati makan siang di sini tetapi untuk menghemat waktu kami kembali ke kota Yogya untuk makan gudeg di sana. Salah satu teman kami, Rani, juga akan kembali ke Jakarta malam itu. 

Akhirnya sekitar 1,5 jam kemudian kami sampai di pusat kota Yogya dan memutuskan untuk parkir kendaraan di Malioboro dan naik  becak menuju sentra gudeg wijilan untuk makan gudeg. Gudeg yang kami pilih adalah Gudeg Yu Djum. Walaupun beberapa hari yang lalu legenda pendiri gudeg Yu Djum wafat tetapi cabangnya yang disini tetap buka. Kami disambut  dengan deretan panci-panci penuh berisi gudeg, ayam, telur pindang, krecek dan areh dan lainnya. Para pegawai sibuk meracik pesanan untuk dimakan di tempat dan pesanan gudeg di dalam box.



Gudeg favorit lah pokoknya Yu Djum ini. Setelah perut kenyang saya kembali naik becak yang kami sewa Rp 50 ribu pp untuk kembali ke arah Malioboro. Karena saya janjian dengan teman untuk ambil racepack Borobudur Marathon saya turun di dekat stasiun Tugu.
Sambil duduk dekat pos polisi saya sibuk menikmati pemandangan kota Yogya dan tiba-tiba teman saya menelpon kalau sudah sampai. Segera saya berjalan menuju ke tempatnya menunggu dan kami menuju House of Raminten untuk sekedar ngobrol bertukar cerita. Di pintu saya sudah disambut oleh pelayan di sana dan ditanya untuk berapa orang karena ternyata kami masuk waiting list.  House of Raminten ini kabarnya memang selalu penuh karena terkenal dengan varasi makanannya yang banyak dengan harga murah dan rasa yang lumayan. Dari sejak berdiri bertahun-tahun yang lalu, saya baru kali ini ke sini. 


Dari House of Raminten, saya menuju jl Bausasran rumah tante Ninik untuk mandi, beristirahat dan ngobrol sebelum kami pergi makan malam dan saya harus kembali ke Hotel. Makan malam kali ini saya diajak tante Ninik makan di ayam Ingkung Mbah Cempluk, Pakualaman.  Resto ini merupakan cabang yang baru buka dan paling dekat dari rumah kami di Bausasran. Ayam Ingkung adalah ayam kampung bumbu opor yang disajikan dengan wader Lombok ijo, trancam alias urap, tahu dan tempe goreng. 

Ayam ingkung yang nikmat menjadi penutup hari Sabtu yang sangat melelahkan. Full day beraktivitas dan besok pagi buta harus berangkat ke Magelang. Saya memesan Gojek untuk mengantar saya ke Hotel dan baru kali ini saya mendapat pengemudi Gojek wanita. Kalau di Jakarta saya selalu mendapat pengemudi pria jadi baru kali ini ketika di Yogya malah dapet pengemudi wanita.
Sampai di hotel saya segera beres-beres dan tidur karena jam 2.30 pagi kami harus bangun.
Bersambung..

2 comments: