Sejak berhasil
finish lari Full Marathon tahun 2014 di Bali, rencananya setiap tahun pengen lari
FM. Tapi sepertinya tahun 2016 hal itu tidak bisa terlaksana.
Selain karena
tiba-tiba daftar HM (Half Marathon) Jakarta Marathon dan tiba-tiba daftar Indorunners
University dan diterima, membuat saya harus ikut pelatihan ketat selama
1,5bulan. Dan begitu pelatihan selesai saya
merasa exhausted dan bosen banget sama lari-larian. Jadi Borobudur Marathon
yang rencananya ikut Full terpaksa turun grade jadi HM. Itu pun ikut karena ada
BIB teman yang tidak terpakai. Selain itu karena ada rumah tante di Yogya,
untuk akomodasi jadi lebih mudah dan murah karena tidak perlu sewa
hotel.
Seperti biasa
untuk penghematan saya memesan kereta api ekonomi ac jurusan Senen – St
Lempuyangan. Berangkat Jumat siang sekitar jam 10.30. Jadi seperti sebelumnya saya
cuti hari Jumat dan Senin saja.
Kereta berangkat
tepat waktu dan kebetulan masih ada tempat duduk yang kosong jadi saya bisa pindah
kesana. Maklum deh kereta ekonomi kan tempat duduknya sempit jadi kalau ada kesempatan
pindah tempat duduk itu adalah hal yang tidak boleh dilewatkan. Lumayan jadi
lega trus bisa memakai charge HP dengan leluasa.
Iseng-iseng
saya memperhatikan tetangga saya yang duduk di kursi depan. Seorang mas-mas tampak duduk tenang sambil
melihat hpnya. Dan setelah kereta berjalan beberapa lama dia mulai ngajak ngobrol.“
Mbak, kereta ini sampai di Purwokerto jam berapaya?” Di tiket mas jam berapa?
Begitulah awal mula percakapan di kereta siang hari itu. Yang lucu dan membuat saya
pengen ketawa adalah, ternyata hari itu adalah kali pertama si mas naik kereta.
Dia bercerita panjang lebar mengenai kisahnya mengapa dia tidak pernah naik kereta.
Sepertinya dia mempunyai phobia naik kereta karena menganggap kereta yang
berjalan di atas rel itu tidak seimbang dan akan jatuh karena bergoyang ke kiri
dan ke kanan. Jadi sampai detik dia naik kereta hari itu dia selalu bisa menghindar
dari keharusan naik kereta. Misalnya ada teman-temannya yang ngajak naik kereta
bersama sama dia selalu menolak dan pilih naik pesawat sendiri. Akhirnya dia terpaksa
naik kereta api karena ada acara yang
mengharuskan datang pada sore harinya di Purwokerto dan pagi harinya dia ada acara
dulu di kantor. Untuk pesan travel sudah
tidak keburu waktunya. Jadi satu-satunya cara adalah dengan naik kereta. Sepertinya sih walaupun agak tegang dia lumayan
menikmati perjalanannya. Waktu pramugara kereta lewat menawarkan makan siang dia
memesan makanan dan sepertinya sudah tidak gelisah seperti tadi. Mudah-mudahan aja
phobia naik kereta si masnya bisa hilang dan akan naik kereta lagi lain kali. Hmm..
tapi jangan-jangan itu cuma alasan untuk ngajak ngobrol. Masak iya ya belum
pernah naik kereta.
Akhirnya
setelah sekitar 8 jam ditambah telat 30 menit saya tiba juga di Stasiun
Lempuyangan. Kebetulan saya dijemput teman yang sama-sama ikut Borobudur Marathon
dan abis itu cuss makan mie rebus. Mie rebus yang dipilih teman saya adalah mie
rebus Mbah Hardi, Terban. Saya sih ngikut aja karena tinggal duduk manis.
Sempet kelewat karena google mapnya nggak jelas, tapi setelah bertanya
diberitahu kalau tempat mie rebusnya ada di belakang pom bensin. Jadi memang
tidak terlalu keliatan dari pinggir jalan.
Suasana di
bakmi Jawa tersebut cukup ramai. Kami menunggu agak lama sebelum mendapatkan
pesanan makanan mie godog dan mie goreng. Maklum tiap pesanan di masak
satu-satu dengan kompor arang. Jadinya lamaaa… mana udah laper abis seharian
duduk di kereta api.
Kenyang
makan mie rebus, saya mampir ke rumah tante saya dulu untuk pamit karena akan
menginap di hotel bareng teman saya.
Beberapa
waktu yang lalu saya melihat status teman saya di Path yang sedang berada di
Yogya untuk acara kantor dan menginap di Greenhost Boutique Hotel, Jl
Prawirotaman. Hotel tersebut adalah hotel tempat syuting film Ada Apa Dengan Cinta
2. Adegan yang diambil di hotel tersebut adalah ketika Cinta datang ke suatu
pameran seni dan disana dia ketemu Rangga.
Jadi saya menghubungi
Rerie teman saya itu dan ternyata pada tanggal saya datang dia masih berada di
hotel itu. Asyiiik bisa ikutan nginep. Senangnya. Jadilah sehabis dari Bausasran saya langsung
ke Prawirotaman. Dari luar, bangunan
hotel sudah tampak berbeda dari hotel kebanyakan. Suasana temaran dengan
interior yang minimalis menyambut saya. Meja dan kursi yang terbuat dari kayu
tampak di lobby depan dan kolam renang juga terlihat di lantai tersebut. Hiasan
instalasi seni tampak terlihat di beberapa tempat. Hotel ini mengusung konsep
Eco Green, dimana semaksimal mungkin memanfaatkan sumber daya alam. Seperti meminimalisir pemakaian ac dengan
konsep ruangan yang serba terbuka.
Ketika saya
datang kebetulan banget teman saya juga sudah datang. Tadinya dia sudah
menitipkan kunci di resepsionis untuk jaga-jaga kalau saya datang duluan. Kamar
hotelnya juga unik, bergaya minimalis dengan tembok yang masih polos tidak
dicat, hanya semen saja dan interior yang serba kayu. Pokoknya keren banget.
Suka banget sama hotel ini.
Ketika
berada di lorong depan kamar, tampak deretan tanaman selada yang ditanam
disana. Sayang saya tidak sempat ke
rooftop hotel ini karena kata teman saya lokasinya sangat instagramable.
Karena sebelumnya sudah titip Gudeg Pawon sama Rerie, jadilah sebelum tidur saya makan Gudeg Pawon dulu. Nggak apa-apa deh, itung-itung carboloading sebelum race. Padahal sih untuk menutupi rasa bersalah karena makan terus. Gudeg Pawon salah satu gudeg yang terkenal di Yogya, selain karena bukanya malam hari, dijualnya juga dari pawon atau dapur dalam bahasa jawa. Dan selalu antri.
Karena sebelumnya sudah titip Gudeg Pawon sama Rerie, jadilah sebelum tidur saya makan Gudeg Pawon dulu. Nggak apa-apa deh, itung-itung carboloading sebelum race. Padahal sih untuk menutupi rasa bersalah karena makan terus. Gudeg Pawon salah satu gudeg yang terkenal di Yogya, selain karena bukanya malam hari, dijualnya juga dari pawon atau dapur dalam bahasa jawa. Dan selalu antri.
Sekitar jam
6.30 kami sudah turun untuk sarapan di resto dekat kolam renang dan taraaaa…
saya bertemu dengan teman-teman dari Golds Gym yang sedang sarapan. Karena saya tidak ada acara saya akhirnya
numpang ikut mereka yang akan wisata ke Gua Pindul. Plus ikutan nginep semalam
lagi di kamar mereka supaya bisa barengan ke Magelang besok pagi. Alhamdulilah,
ada aja rejeki untuk anak soleh.
Tanpa sempat
sarapan saya segera meletakkan tas di kamar teman saya, membawa kaos baju ganti
dan segera bergabung kembali dengan teman-teman saya. Tak lupa pamitan dengan
Rerie atas tumpangan kamarnya semalam. Dengan mobil sewaan kami langsung menuju
Gua Pindul yang terletak di daerah Wonosari, Gunung Kidul.
Perjalanan
lancar dan kami berhenti sebentar di minimarket untuk membeli bekal. Kelar belanja, perjalanan dilanjutkan, tetapi
tiba-tiba mobil kami di pepet oleh sebuah sepeda motor yang memberi tanda agak
mobil berhenti sejenak. Dengan agak bingung, teman saya, Taxi (iya namanya
Taxi!) yang menyetir membuka jendela dan si mas yang berada di sepeda motor itu
bertanya, apakah kami akan ke Gua Pindul. Setelah mengiyakan, si mas menawarkan
untuk membantu menunjukkan jalan menuju ke sana.
Ternyata di
suatu percabangan tadi ada tulisan menuju gua Pindul yang merupakan tanda bagi
wisatawan yang akan kesana dan petunjuk bagi operator tour Gua Pindul untuk
menjemput bola orang-orang yang akan berwisata. Sebenarnya tanpa petunjuk
itupun jalan tetap menuju ke satu arah yang sama.
Sesampainya
di lokasi kami diberi info mengenai harga beberapa paket tur ke Goa Pindul.
Kami memilih paket standard berupa kunjungan ke Gua Pindul dan arung jeram plus
gratis makan siang dan minum setelah selesai aktivitas. Ada paket lain yang
hanya ke gua Pindul saja dan paket lain dengan tambahan touring dengan mobil 4
wheel drive.
Setelah
berganti pakaian dan memakai life jacket kami segera naik ke atas mobil bak
terbuka menuju ke lokasi gua Pindul.
Sesampai di lokasi, kami diberi kesempatan untuk masuk ke sebuah gua
(sayang nih saya lupa nama guanya).
Pintu gua berada di tengah perkampungan penduduk tetapi ketika masuk memang
merupakan gua asli dimana terdapat stalaktit yang mempunyai bentuk yang unik.
Pemandu kami juga menceritakan hal-hal seputar gua yang kami datangi ini serta
membantu untuk mengambil foto. Tidak
bisa dipungkiri aura mistis sangat kental terasa di dalam gua. Sebelum masukpun
ada sederet peraturan dan larangan yang terdapat di papan pengumuman depan gua.
Setelah saya membaca info seputar gua pindul di internet, gua tersebut memang masih keramat dan malah pernah menelan korban. Jadi semuanya harus memakai life jacket supaya tidak tenggelam.
Setelah
menelusuri gua tersebut kami diarahkan menuju tempat start cave tubing. Kami
diberikan ban yang masing-masing dibawa dan nanti dipakai untuk masuk ke dalam
gua. Jadi kami duduk di ban tersebut dan mengikuti aliran sungai masuk ke dalam
gua. Ya ampun, hari itu gua Pindul ramaiii sekali, sehingga kami tampak seperti
cendol warna warni di tengah kuah kecoklatan.
Masuk guanya
pun harus antri karena banyak juga operator Cave Tubing selain yang kami pakai.
Akhirnya kami berhasil masuk ke dalam gua, suasana gua yang gelap dan ayunan
air membuat kami merasa nyaman dan hampir tertidur. Hahaha.. Sebenarnya sih sesuai dengan gambar yang terdapat
di interne, Jika tidak hujan sehari
sebelumnya, sungai di gua ini airnya berwarna kehijauan. Tetapi karena hujan air menjadi berwarna coklat. Yah nasib deh
datang sewaktu musim hujan. Ini aja saya sudah merasa sangat beruntung
karena bisa kesini tanpa direncanakan
lebih dulu.
Lokasi yang
hits di dalam gua Pindul ini adalah tempat dimana ada lubang di atap gua dan sinar
matahari masuk ke dalam membentuk lingkaran cahaya. Tidak lama ujung gua tampak dan akhirnya kami
semua menepi, naik ke atas dengan membawa ban masing-masing meneruskan
perjalanan. Kami naik mobil bak terbuka kembali menuju ke suatu tempa berupa
lapangan tanah dengan rumput ilalang. Disana kami turun dan sambil membawa ban
kami menuju tepi sungai. Asyik… kami
akan ber arung jeram. Sebenarnya namanya bukan arung jeram sih tapi body rafting
karena kami akan mengarungi sungai menggunakan ban masing-masing.
Ada kejadian
lucu ketika kami akan melewati arus sungai yang agak deras untuk menuju ke
tempat kami akan memulai perjalanan. Karena arus yang deras dan harus melewati
batu-batu saya beberapa kali kehilangan keseimbangan, cukup susah dan saya
jejeritan karena takut jatuh. Hahahaha… teman-teman saya malah ngetawain karena
lucu katanya udah biasa lari FM gak pantes banget jejeritan lewatin sungai gitu
doang. Gimana ya, anaknya agak lebay kadang-kadang.
Walapun
tidak terlalu jauh jaraknya, hanya sekitar 3km, body rafting menyusuri sungai
di daerah Gunung Kidul ini cukup menyenangkan. Ada bagian yang arusnya cukup
deras sehingga kami bisa merasakan sensasi terguncang-guncang. Yang lainnya sih cukup tiduran di ban sambil
menikmati alam sekitar.
Sekitar 30
menit kami akhirnya sampai dan naik ke atas, duduk di warung yang menjual
minuman dan cilok sambil menunggu mobil bak yang akan membawa kami kembali ke
lokasi awal kami parkir mobil dan mengembalikan life jacket. Sebenarnya kami
bisa menikmati makan siang di sini tetapi untuk menghemat waktu kami kembali ke
kota Yogya untuk makan gudeg di sana. Salah satu teman kami, Rani, juga akan
kembali ke Jakarta malam itu.
Akhirnya sekitar 1,5 jam kemudian kami sampai di pusat kota
Yogya dan memutuskan untuk parkir kendaraan di Malioboro dan naik becak menuju sentra gudeg wijilan untuk makan
gudeg. Gudeg yang kami pilih adalah Gudeg Yu Djum. Walaupun beberapa hari yang
lalu legenda pendiri gudeg Yu Djum wafat tetapi cabangnya yang disini tetap
buka. Kami disambut dengan deretan
panci-panci penuh berisi gudeg, ayam, telur pindang, krecek dan areh dan
lainnya. Para pegawai sibuk meracik pesanan untuk dimakan di tempat dan pesanan
gudeg di dalam box.
Gudeg favorit lah pokoknya Yu Djum ini. Setelah perut kenyang
saya kembali naik becak yang kami sewa Rp 50 ribu pp untuk kembali ke arah
Malioboro. Karena saya janjian dengan teman untuk ambil racepack Borobudur
Marathon saya turun di dekat stasiun Tugu.
Sambil duduk dekat pos polisi saya sibuk menikmati
pemandangan kota Yogya dan tiba-tiba teman saya menelpon kalau sudah sampai.
Segera saya berjalan menuju ke tempatnya menunggu dan kami menuju House of
Raminten untuk sekedar ngobrol bertukar cerita. Di pintu saya sudah disambut
oleh pelayan di sana dan ditanya untuk berapa orang karena ternyata kami masuk
waiting list. House of Raminten ini
kabarnya memang selalu penuh karena terkenal dengan varasi makanannya yang
banyak dengan harga murah dan rasa yang lumayan. Dari sejak berdiri
bertahun-tahun yang lalu, saya baru kali ini ke sini.
Dari House of Raminten, saya menuju jl Bausasran rumah tante
Ninik untuk mandi, beristirahat dan ngobrol sebelum kami pergi makan malam dan
saya harus kembali ke Hotel. Makan malam kali ini saya diajak tante Ninik makan
di ayam Ingkung Mbah Cempluk, Pakualaman.
Resto ini merupakan cabang yang baru buka dan paling dekat dari rumah
kami di Bausasran. Ayam Ingkung adalah ayam kampung bumbu opor yang disajikan
dengan wader Lombok ijo, trancam alias urap, tahu dan tempe goreng.
Ayam ingkung yang nikmat menjadi penutup hari Sabtu yang
sangat melelahkan. Full day beraktivitas dan besok pagi buta harus berangkat ke
Magelang. Saya memesan Gojek untuk mengantar saya ke Hotel dan baru kali ini
saya mendapat pengemudi Gojek wanita. Kalau di Jakarta saya selalu mendapat
pengemudi pria jadi baru kali ini ketika di Yogya malah dapet pengemudi wanita.
Sampai di hotel saya segera beres-beres dan tidur karena jam
2.30 pagi kami harus bangun.
Bersambung..
Kewl!! Love ur story.. 😍
ReplyDeleteThank you. Salam kenal ..
Delete