Jam 5 pagi alarm
di HP saya berbunyi. Di tengah gelapnya kamar saya ganti baju lari dan ke kamar
mandi untuk sikat gigi dan cuci muka serta akhirnya berjalan keluar hostel. Di
depan hostel saya bertemu dengan cowok yang jaga di resepsionis dan sempat
ngobrol. Saya memberitahukan bahwa nanti siang saya akan check out dan menuju
bandara Don Muang untuk kembali ke Jakarta dengan pesawat Air Asia.
Sayang sekali,
cowok tersebut tidak bisa membantu memberikan alternatif bus untuk menuju ke
Bandara Don Muang dan hanya menyarankan untuk naik Taxi.
Padahal sewaktu
browsing di internet tadi malam saya menemukan alternatif bus yang menuju ke
sana dan harganya tentu saja jauh lebih murah.
Saya mulai
berlari kecil menuju ke dermaga Phra Atit lagi, melalui jalanan Khao San yang
mulai menggeliat dengan aktivitas usai keramaian malam sebelumnya. Jalanan
tempak masih basah oleh air hujan tadi malam. Beberapa orang melihat saya
sekilas tetapi mereka tampak tidak peduli. Saya juga tidak merasa takut berlari
sendirian di tengah orang-orang yang berada di sana. Cuaca pagi itu masih agak
gelap karena mendung sisa hujan tadi malam.
Karena hanya
berjarak sekitar 2 km, dalam sekejap saya sudah sampai di dermaga yang masih
sepi. Tidak ada seorangpun berada di sana. Informasi yang saya dapat kapal
pertama yang berjalan pada pagi hari adalah pukul 5.30 pagi.
Saya berdiri di
pinggir sungai sambil melihat dengan cemas ke arah sungai yang penuh dengan
tanaman enceng gondok. Jangan-jangan karena hujan semalam, sungai dipenuhi
dengan tamanan tersebut dan kapal tidak jalan.
Ternyata rasa
cemas saya tidak beralasan, lamat-lamat terdengar bunyi peluit yang nyaring di
tengah udara pagi itu yang dingin dan mendung. Ah, lega rasanya, kapal akhirnya
datang juga. Ternyata walaupun sungai penuh dengan tanaman enceng gondok, kapal
masih bisa berlayar. Mungkin memang tanaman itu tidak mengganggu kapal.
Saya segera naik
ke atas kapal yang sudah penuh dengan anak sekolah dan para pekerja kantoran.
Saya mengikuti jalur seperti pada hari pertama, saya turun di dermaga yang
terdapat stasiun BTS dan ketika bertanya ke petugas bahwa saya akan ke Lumpini
Park saya diberi tahu untuk turun di Stasiun Silom.
Dan benar saja,
dari stasiun saya tinggal turun di pintu keluar yang mengarah ke Lumpini park dan
akhirnya saya sudah tiba di Taman terluas di Bangkok tersebut. Dari atas
jembatan saya bisa melihat ke bagian depan taman dimana terdapat patung dengan
ukiran khas Thailand.
Ah senangnya
akhirnya bisa berlari di taman ini. Sejak senang olahraga lari saya memang selalu
menyempatkan diri untuk berlari di setiap kota yang saya datangi. Dan sudah
jadi impian saya kalau ke Bangkok saya akan berlari di sini.
Lumpini park ini mempunyai luas 0,57 km persegi dan terletak di Distrik Sarthorn, di pusat Kota Bangkok yang dikelilingi gedung-gedung pusat bisnis dan perkantoran. Tepatnya di persimpangan Jalan Ratchadamri dan Rama IV. Taman ini dibangun pada tahun 1920an mengambil nama tempat Buddha dilahirkan di Nepal. Buka mulai pukul 4.30 pagi sampai 11 malam dan gratis.
Setelah puas
berfoto ria saya segera mulai aktivitas lari pagi keliling taman. Saya banyak
berhenti untuk foto-foto karena taman yang cantik ini penuh dengan sudut yang
bagus untuk foto-foto. Di tengah taman terdapat danau luas yang indah.
Oh iya, ketika
saya ke sana pagi itu sepertinya ada kebakaran di suatu tempat karena asap
tebalnya terlihat dari tamani. Ketika saya berhenti untuk melihat ke arah asap
itu, saya sempat diajak ngobrol memakai bahasa Thai dengan seorang bapak yang
berdiri di sebelah saya. Saya hanya mengangguk sambil tersenyum saja. Hahaha,
pasti saya dikira gadis Thai. Karena masih berasal dari Asia Tenggara
penampilan saya memang tidak terlalu berbeda dengan cewek-cewek di Bangkok.
Malah sewaktu saya ke Phuket beberapa tahun lalu saya sering dikira cewek
Filipina. Malah ketika saya sedang berjalan sendirian di pantai Kuta pun saya
dikira cewek Filipin. Itu sih asal banget yang bilang. hehehe
Saya berlari
sejauh 5km dan mengakhiri acara lari hari itu dengan makan bekal untuk sarapan
yang saya beli tadi malam. Saya sarapan sambil menikmati pagi yang tenang di
tepi danau. Bangku-bangku yang nyaman memang disediakan di seputar taman dan di
tepi danau.
Tak terasa hari
sudah semakin siang, saya harus bergegas kembali ke hostel untuk check out dan
ke bandara. Sengaja lebih cepat karena akan memakai transportasi bus supaya
lebih murah.
Saya memggunakan
rute yang sama dengan rute berangkat tadi pagi. Sewaktu menunggu kapal ternyata
lebih lama dari biasanya. Dan saya sempat bingung karena ada dua dermaga dimana
dermaga yang satu lagi khusus untuk kapal wisata.
Akhirnya saya
sampai juga di hostel setelah sebelumnya mampir dulu makan coconut ice cream di
Khao San. Ini adalah makanan yang harus dicoba jika berada di Bangkok. Es krim
kelapa yang lembut di letakkan di dalam batok kelapa yang sudah dibentuk kotak.
Enak banget. Kalau tidak.bisa menahan diri pengennya sih makan 2 porsi.
Setelah selesai
packing dan menukarkan kunci dengan deposit sebesar 100 Baht saya segera
berjalan menuju halte bus dekat Democracy Monument.
Disini saya
melakukan kesalahan fatal yaitu lupa nomor bus untuk menuju ke bandara Don
Muang. Dan saya lupa mencatatnya di HP saya, alhasil saya naik bis yang salah
dan terbawa ke arah Istana Royal Palace. Saya agak panik karena waktu berjalan terus
dan bandara Don Muang entah berada dimana. Saya sempat bertanya ke cewek yang
duduk disebelah saya yang karena tidak terlalu lancar bahasa Inggris akhirnya menelpon
seseorang dan memberikannya kepada saya. Saya harus naik bis dengan arah
sebaliknya. Jadi saya harus turun dari bis dan menyeberang. Tetapi karena sudah
telat saya terbawa sampai Royal Palace dan ikut sampai bis memutar dan baru
turun di halte berikut. Kondektur bis sudah menuliskan nomor bus yang
seharusnya saya naiki.
Untunglah tanpa
menunggu terlalu lama bis saya akhirnya datang juga. Saya segera naik dan duduk
manis di pinggir jendela.
Rasa cemas
kembali datang ketika bis tidak kunjung sampai ke tujuan. Saya takut sekali
ketinggalan pesawat karena jika hal itu terjadi saya harus mengeluarkan biaya
tambahan yang cukup besar untuk membeli tiket baru.
Akhirnya bis
berhenti di terminal Mo Chit, terminal akhir dari rute bis yang menuju bandara dan
saya langsung melompat keluar untuk bertanya kepada seseorang. Panik to
the max rasanya karena seperti berada in the middle of nowhere. Saya tidak
mengira kalau Mo Chit ini adalah terminal besar dengan bermacam-macam rute bis
ke seluruh Bangkok.
Saya bertanya
kepada orang yang berada di terminal dan diberi tau bahwa saya harus naik bis
lagi yang menuju ke halte tempat bis A1 menuju bandara.
Saya sempat
mengatakan bahwa akan naik taksi saja karena bis tampaknya masih lama berjalan.
Tetapi karena melihat muka saya panik, wanita tadi yang ternyata adalah
kondektur bus yang harus saya naiki langsung menyuruh saya naik ke bus tersebut
dan bus langsung berangkat. Saya lupa bus ini nomer berapa. Jadi lain kali
mesti check lebih jelas ke kondektur atau orang di terminal yang mengetahui
mengenai bus ini.
Dengan bantuan
penumpang lain yang bisa bahasa Inggris, mbak kondektur membantu menjelaskan ke
saya bahwa jarak halte yang dimaksud sudah dekat dan saya tidak perlu panik
karena tidak akan ketinggalan pesawat. Justru jika naik taxi akan lebih lama
karena susah mendapat taxi susah di daerah itu.
Dan benar saja
akhirnya saya diturunkan di halte dimana saya akan naik bis A1 menuju Bandara
Don Muang. Selama saya menunggu ada beberapa orang yang datang sambil membawa
koper. Saya juga sudah bertanya kepada penjaga di halte tersebut dan diberi tau
kalau tidak lama lagi bus akan datang.
Akhirnya bis A1
datang juga, aah .. lega rasanya karena waktu masih mencukupi. Bus ini rutenya
tinggal masuk high way menuju bandara dan dalam sekejap saya sudah sampai di
terminal kedatangan. Alhamdulilah. Karena sudah check in saya tinggal menunjukkan
boarding pass, melewati imigrasi dan akhirnya duduk manis di ruang
tunggu. Lega dan puas rasanya. Belum pernah saya merasa sepuas saat itu
karena berhasil naik bis ke bandara Don Muang yang berarti bisa menghemat uang
ratusan ribu untuk ongkos taxi. Tapi kalau mengingat rasa deg-degan dan panik
tadi sih rasanya kapok juga. Lain kali mesti lebih teliti lagi sebelum
memutuskan naik angkutan umum ke Bandara.
Tapi untuk saya
sih justru kejadian-kejadian unik seperti ini yang bikin traveling menjadi seru
dan mengasyikkan. Kejadian yang tidak akan kita dapatkan jika kita
berjalan-jalan dengan mengikuti paket tur.
Sekedar catatan, untuk yang maniak foto-foto jika ingin ber solo traveling kudu dan harus siap tongsis jika ingin hasil foto selfienya lebih bagus. Jika nggak suka pake tongsis kayak saya harus siap-siap menerima hasil selfie yang apa adanya.
Waktu foto-foto sendirian di Lumpini Park saya sampe diliatin orang-orang yang lari-larian karena saya sibuk foto selfie berulang-ulang. Malu siih, tapi gimana dong.. masak nggak punya foto. Udah gitu saya kadang sibuk menikmati pemandangan jadi lupa untuk foto. Nggak apa-apa deh kan memory last forever. Biarpun nggak ada fotonya tapi kenangan tetap terus ada. Cie..
Sekedar catatan, untuk yang maniak foto-foto jika ingin ber solo traveling kudu dan harus siap tongsis jika ingin hasil foto selfienya lebih bagus. Jika nggak suka pake tongsis kayak saya harus siap-siap menerima hasil selfie yang apa adanya.
Waktu foto-foto sendirian di Lumpini Park saya sampe diliatin orang-orang yang lari-larian karena saya sibuk foto selfie berulang-ulang. Malu siih, tapi gimana dong.. masak nggak punya foto. Udah gitu saya kadang sibuk menikmati pemandangan jadi lupa untuk foto. Nggak apa-apa deh kan memory last forever. Biarpun nggak ada fotonya tapi kenangan tetap terus ada. Cie..
Berikut link yang
berguna untuk info jalan-jalan di Bangkok :
No comments:
Post a Comment