Jam 8 kami sudah siap untuk mengeksplore KL sesuai dengan rencana yang disusun tadi malam. Karena penginapan tidak menyediakan sarapan, kami mampir di rumah makan kecil yang menyediakan jajanan pasar yang di jajakan di pinggir jalan, di dalam boks plastik. Selain meja kursi di dalam rumah makan mereka juga menyediakan meja kursi di tepi jalan. Pilihan jajanannya mirip-mirip di Jakarta, dan pagi itu saya memilih nasi lemak yang dibungkus kecil (mirip nasi kucing) dan adik saya memilih yam cake yang rasanya ternyata agak aneh. Minumnya, so pasti Teh Tarik lagi.
Selesai sarapan, kami langsung menuju stasiun dan naik monorail menuju KL Sentral. Ternyata ketika kami sampai ke tempat pembelian tiket menuju Genting di lantai 2 tiket sudah habis dan hanya tersedia untuk keberangkatan pukul 12.30. Kami sempat bingung karena tidak mungkin menuju Genting sesiang itu. Sempat ditawari oleh rental mobil di counter sebelahnya yang menawarkan harga RM 25 sekali jalan. Awalnya adik saya ragu-ragu, sampai diturunkan lagi harganya menjadi RM 20 tetapi akhirnya kami dengan tegas menolah dan akhirnya memutuskan membeli tiket untuk keesokan harinya. Harga untuk bis termasuk cable car atau kereta gantung sekali jalan sebesar 14,3 RM dan lebih baik membeli sekaligus untuk pulang pergi karena lebih praktis.
Karena batal menuju Genting, kami mengubah itinerary menjadi ke Malaka. Berdasarkan petunjuk dari Anderson dan bertanya ke Information Center, untuk menuju Malaka pertama-tama kami harus menggunakan Transportasi KA Commuter Line menuju stasiun Tasik Bandar Selatan, harga tiket RM 1 dan perjalanan hanya sekitar 20 menit. Dari stasiun kami berjalan kaki menuju Terminal Bis Bersepadu Selatan yang terhubung dengan jembatan. Wah, terminalnya sangat besar dan bersih, seperti berada di Bandara. Benar-benar kagum dengan Malaysia yang membangun sarana transportasinya dengan sangat baik.
Saya segera menuju loket untuk antri karcis bis menuju Malaka, dimana kita bisa bebas memilih operator bis mana yang keberangkatannya paling cepat dari sebuah layar monitor, kerenlah pokoknya, karena di Jakarta tidak ada yang seperti ini. Akhirnya, kami memilih Metrobus yang karcisnya seharga RM 9 dan menunggu bis di jalur 3.
Bis datang tepat pukul 11 dan semua penumpang masuk bis dengan tertib. Bisnya bersih dan nyaman. Sehingga saya tertidur setelah 15 menit perjalanan. Selama di KL setiap naik bis saya pasti tertidur tidak lama setelah bis berjalan. Selain karena capai mesti jalan kaki berkilo-kilometer, bis yang nyaman dan berjalan dengan santai, membuat saya selalu merasa ngantuk. Tapi kadang saking santainya perjalanan jadi terasa lama sekali. Mungkin yang bisa ditempuh selama 1 jam jadi molor menjadi 1,5 jam, seperti perjalanan menuju terminal Sentral Malaka ini. Bis baru tiba di terminal sekitar pukul 12.30. Dan dari terminal ini kami melanjutkan perjalanan ke pusat kota Malaka, tepatnya area seputar Jongker Street dengan menggunakan bis line 17 dengan tiket seharga RM 1.
Karena hari itu kami berencana ke Genting, saya ternyata meninggalkan brosur dan peta Malaka di kamar penginapan. Menyesal, karena tidak biasanya saya melakukan hal tersebut. Semua kertas informasi biasanya selalu saya bawa-bawa di dalam tas. Alhasil, sesampainya di Malaka, kami hanya menggunakan ingatan atas apa yang telah dibaca sebelumnya. Saya sudah berencana untuk meminta peta Malaka di salah satu penginapan di sana. Karena ketika saya menuju Information Center di Jongker Street, tutup dan baru buka kembali jam 14.00.
Segera kami mengeksplore kota Malaka yang cantik, penuh dengan bangunan-bangunan bersejarah bergaya Portugis. Sebenarnya banyak bangunan dan museum yang bisa dikunjungi, tetapi karena waktu kami yang terbatas kami hanya mengunjungi beberapa, seperti Gedung Stadhuys, St. Francis Xavier Church, Musium Etnografi dan Musium Sejarah. Itupun kami hanya foto-foto saja.
Setelah makan di sebuah resto kecil bernama Malacca Jonker Street Rice Ball (habis RM 17,5 ber dua) Alamat : Lorong Hang Jebat, No 17, kami melanjutkan perjalanan menelusuri seputar Jonker Street, dan ketika melewati sebuah hotel kecil saya masuk dan akhirnya mendapatkan peta Malaka. Chicken rice ball merupakan makanan khas Malaka, jadi memang harus dicoba.
Museum Baba Nyonya dan Cheng Ho Cultural Museum hanya dilewati, tetapi saya menyempatkan sholat di Mesjid Kampung Keling, salah satu mesjid tertua di Malaysia dan dilindungi oleh Kementerian Musium dan Purbakala Malaysia. Lelah berjalan, kami mencari tempat ngopi yang enak dan memilih diantara sekian banyak tempat memang agak sulit, terutama yang harganya terjangkau dan lumayan nyaman. Akhirnya setelah berhenti membeli oleh-oleh tempelan kulkas dengan harga yang lumayan murah RM 10 untuk 4 buah kami mampir di sebuah tempat ngopi bernama Sin Sing Kafe, di sini kami memesan ice coffee dan roti kaya yang enak sekaligus beristirahat sejenak setelah jalan kaki begitu jauh. Di sini kami juga bisa membeli kopi instan yang bermerk sama dengan nama kafenya. Sedang offer alias sale jadi kami tertarik untuk membeli beberapa bungkus dan akhirnya mendapat hadiah tas.
Hujan rintik-rintik turun sehingga sudah saatnya kami meninggalkan Malaka yang cantik. Sempat menyesal karena tidak sempat menginap di sini, karena saya melihat ada sebuah guest house cantik dan asri dengan pemandangan menghadap sungai yang bersih, bernama River View. Bisa dibayangkan kalau malam suasana pasti bertambah ramai dengan night market dan pertunjukan di sepanjang jonker street ini. Serta dapat mengunjungi obyek-obyek wisata yang lainnya seperti : Cheng Ho Teng Temple, A Formosa, St Paul’s Hill, Taming Sari Revolver Tower dan mengikuti river cruise.
Untuk kembali ke Terminal Bis Sentral Malaka, kami harus menuju ke arah pusat kota, dan untuk mempersingkat waktu karena sudah mulai hujan, kami naik becak khas Malaka yang dihias bunga-bunga, dengan ongkos RM 10. Ini lebih murah karena kami mencegatnya di tengah jalan, kalau naik dari pangkalan mereka mematok harga RM 15. Setelah sampai di Mall Mahkota Parade, kami agak bingung mencari lokasi untuk naik bis dan memutuskan naik taxi ke Terminal dengan ongkos RM 16, tidak pakai argo. Dari sini kembali kami naik bis Metro Bus yang berangkat paling cepat serta dengan harga yang lumayan ekonomis. Di sini banyak sekali operator bus yang menawarkan bis-bis mereka, kita bebas menentukan untuk memilih yang mana.
Bis berangkat tepat waktu, jam 16.30 dan sampai sekitar jam 18.45. Menunggu Commuter Linenya lumayan lama, karena ada gangguan sinyal. Yah, sama aja dong kalo gitu. Infomasi kereta sudah sampai mana di sampaikan dengan jelas, tetapi menunggu memang menyebalkan, apalagi kalau dalam keadaan capek. Tetapi suka dan duka dalam perjalanan tetap harus dinikmati. Sesampai di KL Sentral dengan menggunakan taxi (RM 8) kami menuju Petronas Tower. Lokasi yang harus dikunjungi ketika berada di KL. Menara kembar tersebut tampat menjulang dengan indahnya dan kami berbaur bersama para turis lain, sibuk berfoto ria.
Setelah puas, kami masuk ke Mall KLCC untuk makan malam dan kami memilih KFC sebagai menu malam itu, habis RM 15 untuk berdua. Ada menu ayam lada hitam yang sepertinya nggak ada di KFC Indo. Dari sini kami kembali ke penginapan dengan berjalan kaki dan ternyata jauh juga. Haduh, peta buatan Anderson agak menipu nih.. jalan yang terlihat pendek di peta ternyata jauh banget. Dan kesalahan kami tidak meminta peta KL yang lengkap di tourist centre. Dalam perjalanan kami melewati KL Tower dan hanya memotretnya saja. Dekat penginapan kami mampir membeli es teh tarik lagi sekaligus beristirahat sejenak.
Muter-muter di Melaka ini kira-kira cukup sehari ya?
ReplyDeleteApalagi cemilan kalo bukan ini :)
ReplyDeletespanduknya ganggu ya
ReplyDeleteSorry Umar, kok baru liat ada komen. Iya, sebenernya sih kurang, soalnya kalo malem lebih asyik lagi dan masih banyak lokasi lain yg bisa dilihat. Penginapan di tepi sungainya keren.
ReplyDeletembak ervita, sy mau ke KL mei ini, mau tanya tentang anjung KL, kalo pesan order pake DP gak ya, sy pernah baca di blog lain, tp kalo booking harus mencantumkan CC, untuk charge 1 hari sebagai DP atau selama kita menginap disana. thanks ya mbka informasinya.
ReplyDeleteMbak, waktu itu saya hanya memasukkan no CC saja dan tidak memakai DP. Nanti pihak Anjung KL akan membalas melalui email, jadi nanti bisa email2an untuk meminta penjelasan lebih lanjut. Tidak jauh dari sana ada hostel Green Hut, bisa dijadikan alternatif. Search saja di Google.
ReplyDeleteHave a nice trip ya..
lupaaa...bilang tengkyu...gara2 tulisan ini gue ama bini nekat melancong kesono juga, walaupun salah hari jadi sepi dan banyak toko yg tutup :D
ReplyDeleteWaaaah...senangnya... memangnya hari apa ke sana? waktu itu saya juga hari biasa kok. Selain ke Malaka kemana lagi?
ReplyDeletedah lama sih bulan april lalu, ke malaka pas nggak weekend (kesalahan besar), itu juga gara2 ada voucher hotel murmer jadi nekat mampir malaka, cuma sehari aja lanjutnya balik ke KL mampir jg ke genting
ReplyDeleteooh, padahal saya juga pas nggak weekend kok, tp kayaknya rame deh. Mungkin karena saya bulan oktober. Yg sepi pas malemnya ya? Di malaysia berapa hari?
ReplyDeletetotal di m'sia cuma 4 hari, (17-20 april) di malaka cuma 1 hari
ReplyDeletesepi dlm artian toko/objek di malaka banyak yg tutup, kalo spot turis mah teteup rame
Saya waktu itu cuma 3 hari 2 malam, jadinya ya setiap hari full day dan ada tempat yang belom dikunjungi. Sempat ke batucave?
ReplyDeletenasi kucing yg 1 RM itu ya? juara banget nih rasanya, harganya juga cocok buat budget traveler
ReplyDeleteiya nih, murah meriah... :P pengen balik lagi kapan yaa..
ReplyDeletekmren belon sempet....ya kl ada rejeki insya allah lah...
ReplyDelete