Friday, 18 November 2011

Traveling To KL - Day 1

Bukit Bintang



Hari pertama, perjalanan Jakarta -KL
Akhirnya pesawat Air Asia yang membawa kami menuju Kuala Lumpur terbang pukul 15.30, terlambat sekitar 30 menit dari jadwal yang tertera pada tiket. Harap maklum karena 2 jam sebelumnya hujan turun dengan deras, tepat ketika kami sudah hampir tiba di Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta. Beruntung kami sudah sampai dan tidak perlu stress karena terjebak kemacetan akibat hujan. Masih banyak waktu untuk makan siang dan antri imigrasi dengan santai. Apalagi sekarang Air Asia mengharuskan penumpangnya untuk melakukan web check in terlebih dahulu.
Mendarat di LCCT (Low Cost Carrier Terminal) khusus untuk Air Asia sekitar pukul 18 dengan waktu di Malaysia lebih cepat 1 jam dari pada di Jakarta.
Sebelum memulai perjalanan, saya dan adik saya memang sudah mengumpulkan informasi mengenai tempat-tempat yang akan kami datangi berikut transportasi dan penginapan karena kami memang akan melakukan perjalanan hemat. Lebih tepatnya ala flashpacker, yaitu bepergian secara hemat tetapi untuk situasi tertentu tetap mengutakan kenyamanan. Bagi saya yang baru pertama kali ke Malaysia, mengexplore tempat baru adalah hal yang sangat menyenangkan. Kalau untuk adik saya ini adalah kunjungan yang kedua kali, jadi saya memang banyak depend on her.
Setelah melalui pemeriksaan imigrasi, kami keluar menuju halaman bandara setelah sebelumnya membeli karcis bus Air Asia yang menuju ke stasiun KL Sentral, pusat dari segala transportasi di Kuala Lumpur. Harga karcisnya RM 9. Tetapi ternyata selain bus Air Asia ada bus dari operator lain, Metrobus, dengan karcis RM 8 dengan rute yang sama. Ada juga bis dengan rute ke terminal bis Pudu Raya. Kami harus menunggu sekitar 45 menit sebelum akhirnya bis berikut membawa kami, setelah bis sebelumnya sudah penuh. Hujan sempat turun walau tidak lama. Cuaca di sini pastilah tidak berbeda dengan di Jakarta, jadi memang harus siap dengan cuaca yang berubah-ubah.
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 1 jam, mulai tampak lampu-lampu kota menyambut kami, sebagai tanda sebentar lagi kami akan sampai di pusat kota. Karena sangat lapar tetapi berencana makan malam di daerah dekat penginapan, kami mampir dahulu di 7-11 untuk membeli makanan kecil, dengan harga sekitar 2,5 RM perbuah untuk chicken pie dan sosis gulung serta membeli air minum yang disini sekitar 1 RM untuk sebotol air mineral ukuran 600 ml.
Stasiun KL Sentral sangat luas, bagus serta bersih dan menjadi pusat dari layanan transportasi publik Sistem rapid transit di Kuala Lumpur yang terdiri dari tiga transportasi rel yang berbeda. Transportasi rel tersebut adalah RapidKL RAIL, KL Monorail, dan KTM Komuter. Untuk mengetahui jalur apa yang akan membawa kami ke penginapan di daerah Bukit Bintang, adik saya yang telah berpengalaman mulai mengecek peta jalur transportasi kereta api yang tertera di dekat mesin tiket. Semuanya tertera dengan jelas dan apabila masih ragu-ragu bisa bertanya ke counter information centre dan tourist centre untuk mendapatkan brosur secara gratis.
Untuk menuju ke penginapan di daerah Bukit Bintang ternyata dilayani oleh KL Monorail yang stasiunnya terletak di seberang KL Sentral. Karena saat itu stasiun sedang direnovasi kami harus berjalan keluar dan menyeberang jalan terlebih dahulu, membeli tiket elektronik seharga 2,1 RM dan menunggu monorail datang. Hanya dalam waktu sekitar 15 menit kami telah sampai di stasiun Bukit Bintang.
Menuruni tangga stasiun kami langsung disambut oleh suasana jalan daerah Bukit Bintang yang ramai dan terang oleh lampu-lampu iklan serta toko dan mall yang bertebaran di sana. Dan setelah beberapa kali bertanya akhirnya sampailah kami di penginapan kami yang bernama Anjung KL di jalan Tengkat Tong Shin No. 4 telp +60321486812, www.anjungkl.com. Karena terlalu semangat membaca peta, adik saya malah membawa kami berjalan-jalan menyusuri jalan tikus seputar Bukit Bintang, tetapi sudahlah yang penting akhirnya kami sampai juga.
Karena ini perjalanan hemat, kami sudah mencari info tentang guest house dengan tarif murah. Sebenarnya adik saya mengusulkan Guest House Green Hut yang berada di jalan yang sama, tetapi setelah menimbang-nimbang harga dan hasil bertanya ke Mr Google, saya memilih penginapan Anjung KL. Booking guest house ini sudah saya lakukan sejak 1 bulan sebelumnya. Dan memang ternyata saat itu guest house penuh sehubungan dengan hari raya Deepavali yang berlangsung di bulan Oktober. Deepavali adalah hari raya umat Hindu yang banyak dianut oleh warga negara India yang termasuk penduduk mayoritas di Malaysia.
Di meja resepsionis kami disambut oleh Mr Anderson, pria keturunan yang bertugas pada malam itu. Setelah mengecek nomor booking kami, mulailah Mr Anderson, yang setelah mengetahui kami berasal dari Indonesia meminta dipanggil Abang, menanyakan lokasi wisata mana saja yang kami kunjungi dan memberikan peta sederhana seputar Kuala Lumpur beserta jalur transportasi kereta api dan monorail. Beliau menjelaskan dengan lumayan detail mengenai tips and trics berjalan-jalan di Malaysia dan menjawab semua pertanyaan kami dengan tuntas tas tas. Jika masih kurang, ada beberapa brosur yang tersedia dan salah satu diantaranya adalah brosur tentang Pulau Sipadan, yang menawarkan keindahan bawah lautnya. Ada brosur tentang Malaka, salah satu yang akan kami kunjungi dan beberapa brosur lain seperti Pulau Langkawi.
Kami mendapatkan kamar ber ac di lantai bawah seharga RM 50 semalam, yang terdiri dari tempat tidur tingkat dan 1 cermin. Ya, that’s all. Kamar mandi diluar sebanyak 4 buah, rumah tamu di depan dilengkapi TV dan teras dengan kursi serta meja untuk duduk-duduk. Tidak disediakan sarapan, hanya air putih saja. Tetapi cukuplah, karena toh kamar hanya untuk tidur saja.
Setelah mandi dan beres-beres, kami keluar untuk mencari makan, di depan guest house ada resto India yang terlihat lumayan. Tetapi kami ingin memutari daerah tersebut untuk melihat-lihat siapa tau ada tempat makan yang lebih menarik. Ternyata tempat makan lain kebanyakan adalah chinese food yang terang benderang dan terlihat kurang nyaman, apalagi jam telah menunjukkan pukul 23.30 malam, sehingga kami memutuskan untuk makan di resto depan guest house saja setelah mampir di 7-11 untuk membeli minum. Di dekat guest house juga ada careffour express yang buka 24 jam.
Suasana resto masih ramai oleh pengunjung yang semuanya orang India, sibuk menonton TV yang memutar pertandingan sepak bola. Kami disambut oleh pelayan pria India kurus hitam dan berkumis yang dengan ramah menjawab pertanyaan kami tentang makanan yang tersedia dalam bahasa melayu. Makanan yang tersedia rata-rata seharga RM 3,5 dan ada makanan yang dapat diambil secara prasmanan. Akhirnya karena bingung saya memesan mie goreng dan adik saya nasi goreng dengan ayam kari. Minumnya, tentu saja The Tarik. Semuanya habis RM 13.
Sekitar jam 12 malem kembali ke guest house karena besok harus berangkat pagi untuk menuju tujuan wisata yang pertama.













2 comments: