Saat-saat
mengumpulkan info dan menyusun itinerary adalah saat awal yang
menyenangkan dan sudah sejak beberapa bulan sebelumnya saya mengumpulkan info
dari teman yang pernah traveling ke Ho Chi Minh City sebagai ibukota Vietnam
bagian Selatan yang menjadi tujuan traveling saya kali ini. Untuk tiket, sudah
dibeli sejak beberapa bulan yang lalu dengan penawaran promo murah Air Asia.
Harga yang didapat adalah Rp 1 juta PP dan saya berangkat dengan teman saya,
Ida.
Penginapan
yang direkomendasikan teman saya adalah sebuah hostel di daerah turis
backpacker di jalan Pham Ngu Lao, District 1. Daerah itu sangat strategis karena dekat
dengan terminal bus ke Phnom Penh, Kamboja. Untuk booking hostel saya
mengirimkan email atas referensi teman, dan setelah mendapat balasan ternyata
saya bisa booking langsung by email tersebut tidak perlu melalui Hostelworld
atau yang lain. Wah, senang sekali. Harga yang didapat adalah US$ 18,- untuk
kamar berjendela dengan fasilitas sarapan pagi, TV dengan TV Kabel, AC, Fan dan kamar mandi shower
air hangat di dalam serta ada free wifi dan fasilitas internet gratis. Booking
hotel dilakukan kira-kira 2 bulan sebelumnya, karena saya lihat rating Long
Hostel ini baik sekali, hampir seluruh tamu hostel memberikan rating sangat
memuaskan sehingga saya merasa senang akhirnya mendapat kamar di sini.
Setelah
urusan kamar selesai, kira-kira 3 minggu sebelum keberangkatan saya mulai mencari
info untuk menyusun itinerary trip. Dan ternyata ada kemungkinan cukup waktu untuk
menginap satu malam di Phnom Penh, Kamboja. Memang tidak bisa sampai ke Siem
Reap untuk melihat Angkor Wat yang legendaris itu, tetapi mengeksplore kota
Phnom Penh pun sepertinya sudah sangat menarik. Segera saya booking hostel di
Phnom Penh untuk hari Sabtu, tgl 6 Oktober setelah melihat info yang tertera di
salah satu blog.
Untuk
bekal uang selama di sana, saya menukarkan rupiah dengan US$ karena menukarkan
VND (Vietnam Dong) di Indonesia ratenya sangat rendah, sehingga sampai di sana baru menukarnya dengan VND.
Day 1
Setelah
semua beres, tinggal menunggu waktu keberangkatan, pada hari Kamis, 4 Oktober
2012, pesawat take off tepat jam 16.20 dari terminal 3 Bandara Soetta. Sangat tepat waktu, sehingga
kami yang terjebak kemacetan, dan santai-santai makan papa curry harus
buru-buru mengejar rombongan penumpang yang sedang menuju pesawat setelah lolos
dari antrian imigrasi yang tiba-tiba ramai.
Hah
lega banget rasanya, tinggal duduk manis dan mencoba tidur selama 3 jam
perjalanan menuju negeri Paman Ho. Tetapi... OMG, kami duduk dekat dengan
rombongan ibu-ibu yang luar biasa ramai sehingga suara mereka yang mengobrol
sepanjang perjalanan membuat saya susah tidur. Penumpang yang duduk di sebelah
saya kelihatan BT berat dan ngomel sendiri. Baru setelah agak lama banyak juga
penumpang lain yang bersama-sama ber ssttt ria, sehingga akhirnya mereka diam juga
beberapa saat, sampai akhirnya tiba waktu landing sekitar pukul 19.30 WIB eh
salah waktu setempat, soalnya sama sih, tidak ada perbedaan waktu dengan
Jakarta.
Setelah
proses pemeriksaan imigrasi yang lancar, tidak perlu mengisi form kedatangan, kami
menuruni eskalator dan menuju tempat penukaran uang yang merupakan counter bank di Vietnam. Kurs saat
itu adalah 1 US$ = 20.850 VND. Kami hanya menukar secukupnya untuk membayar
taxi.
Memasuki Imigrasi |
Bandara Tan Son Nhat ini lumayan bagus, bersih dan relatif sepi. Saya dan Ida duduk-duduk di depan bandara melihat-lihat suasana sambil menunggu taxi Vinasun yang direkomendasikan karena memakai argo . Taxi terletak di bagian ujung sebelah kiri, ada merek lain yang memakai vina juga jadi jangan sampai salah. Hampir semua taxi memakai mobil sejenis Kijang jadi lebih cocok untuk rombongan.
Begitu taxi keluar kompleks bandara dan
menuju jalan raya, waaah... ternyata banyak sekali motor di jalan dan semuanya
berjalan tidak tentu ke segala arah. Mungkin karena tidak macet dan jarang
lampu lalu lintas, maka motor-motor itu seperti berjalan tiada henti, sehingga
taxi yang kami naiki harus bermanuver diantara motor-motor tersebut. Satu motor kadang dimodifikasi dengan tambahan
tempat duduk sehingga bisa untuk 4 orang! Dan helm yang dipakai juga helm
proyek biasa bukan helm full seperti di Jakarta. Banyak sekali toko yang menjual helm cetok
tersebut dengan warna-warni yang mencolok.
Sumpah, deg-degan terus di sepanjang jalan,
tapi seru sih. Lalu lintas di Saigon menggunakan lalu lintas sebelah kiri,
sehingga setir mobil berada di sebelah kiri dan untuk menyebarang jalan jangan
sampai salah nengok, karena harus melihat ke arah sebelah kiri dahulu baru ke
sebelah kanan. Dan harus ekstra hati-hati karena motor sangat banyak dan
sepertinya mereka tidak mau mengerem laju motornya walau melihat orang
menyeberang, jadi harus lincah dan waspada. Juga harus extra perhatian terhadap
tas, karena sudah beberapa kali kami diperingati untuk selalu waspada terhadap
copet di keramaian. Yah, mirip di Jakarta-lah, pasti semua orang juga
memperingati turisnya dari copet-copet tersebut. Yang agak mengejutkan sih,
sewaktu saya menyeberang dan menghindar sebuah sepeda motor, pengendara
tersebut malah berteriak ke saya, watch your bag. Ih, jadi kaget. Kirain saya
mau ditabrak.
Akhirnya setelah sekitar 30 menit perjalanan,
kami sampai juga di jalan Pham Ngu Lao.
Proses membayar ternyata membingungkan karena supirnya tidak mengerti
bahasa Inggris dan kami agak bingung dalam membayarkan mata uang dong yang
ternyata kurang. Tetapi akhirnya
kekurangannya dibayar memakai US$. Untuk taxi dari bandara ke Pham Ngu Lao
kurang lebih adalah US$ 11 .
Long
Hostel masih masuk ke dalam gang kecil samping pasar kira-kira 50 meter, disebelah
Saigon Backpacker Hostel. Kami disambut Mrs Long sendiri yang sedang berada di
sana dan segera mengetahui bahwa kami adalah teman dari Mada yang
mereferensikan tempat tersebut. Setelah proses check in selesai, Mrs Long
memberikan peta HCMC lengkap dengan lokasi-lokasi wajib kunjung serta
membookingkan kami tour ke Chuchi Tunnel esok pagi. Tour sehari penuh ke Chuchi Tunnel dan Cao
Dai Temple adalah USD 7,- per orang dan kami akan dijemput pukul 8 pagi. Kalau hanya tour ke Chuchi Tunnel saja hanya
membayar US$ 5,-
Saya juga menjelaskan bahwa karena ada perubahan itinerary kami tidak jadi booking 3 malam, karena pada malam kedua kami akan ke Phnomh Penh dan ternyata Mrs Long tidak keberatan.
Saya juga menjelaskan bahwa karena ada perubahan itinerary kami tidak jadi booking 3 malam, karena pada malam kedua kami akan ke Phnomh Penh dan ternyata Mrs Long tidak keberatan.
internet gratis |
Meja unik dengan souvenir mata uang berbagai negara |
Kamar di Long Hostel |
Oiya,
setelah melihat-lihat di seputar ruangan hostel ini saya menemukan penghargaan
yang tergantung di dinding diantara hiasan yang lain dan ternyata penghargaan Winner
of Travellers’ Choice 2012 dari Trip Advisor. Wah, keren. Uniknya di meja tamu
mereka hiasannya adalah bermacam-macam uang dari para turis yang menginap di
sana. Diantara berbagai macam mata uang dari berbagai negara ada di sana termasuk dari Indonesia. Hampir semua mata uang Indonesia sudah dijadikan souvenir sebagai
kenang-kenangan, yang belum ada hanya uang Rp 1000,-, jadilah kami meletakkan
uang tersebut disana. Hahaha..
Setelah
meletakkan barang di kamar, kami segera menuju ke resto Pho Quynh yang berada
dekat hostel untuk makan malam. Seporsi Pho Bo Beef 55000 VND dan Es Kopi Vietnam 15000 dong. Kenyang makan, kami pulang untuk
beristirahat.
Pho Quynh - selalu ramai |
Mie khas Vietnam dengan pelengkapnya |
Pho Bo |
Lalu Lintas depan Pho Quynh |
Alamat
Long Hostel :
373/10 Pham Ngu Lao St,
Dist 1
HCMC, Vietnam
Tel : 84838360184, Cell
Phone : 84917888842
Email :
longhomestay@yahoo.com
Tips
:
- Lebih baik menggunakan mata uang Dong dari pada US$ karena jika memakai US$ lebih banyak di bulatkan keatas sehingga lebih mahal.
No comments:
Post a Comment