Thursday, 8 November 2012

Traveling To Vietnam - Ho Chi Minh City Day 1



Saat-saat mengumpulkan info dan menyusun itinerary adalah saat awal yang menyenangkan dan sudah sejak beberapa bulan sebelumnya saya mengumpulkan info dari teman yang pernah traveling ke Ho Chi Minh City sebagai ibukota Vietnam bagian Selatan yang menjadi tujuan traveling saya kali ini. Untuk tiket, sudah dibeli sejak beberapa bulan yang lalu dengan penawaran promo murah Air Asia. Harga yang didapat adalah Rp 1 juta PP dan saya berangkat dengan teman saya, Ida.
Penginapan yang direkomendasikan teman saya adalah sebuah hostel di daerah turis backpacker di  jalan Pham Ngu Lao, District 1. Daerah itu sangat strategis karena dekat dengan terminal bus ke Phnom Penh, Kamboja. Untuk booking hostel saya mengirimkan email atas referensi teman, dan setelah mendapat balasan ternyata saya bisa booking langsung by email tersebut tidak perlu melalui Hostelworld atau yang lain. Wah, senang sekali. Harga yang didapat adalah US$ 18,- untuk kamar berjendela dengan fasilitas sarapan pagi, TV dengan TV Kabel, AC, Fan dan kamar mandi shower air hangat di dalam serta ada free wifi dan fasilitas internet gratis.  Booking hotel dilakukan kira-kira 2 bulan sebelumnya, karena saya lihat rating Long Hostel ini baik sekali, hampir seluruh tamu hostel memberikan rating sangat memuaskan sehingga saya merasa senang akhirnya mendapat kamar di sini. 
Setelah urusan kamar selesai, kira-kira 3 minggu sebelum keberangkatan saya mulai mencari info untuk menyusun itinerary trip. Dan ternyata ada kemungkinan cukup waktu untuk menginap satu malam di Phnom Penh, Kamboja. Memang tidak bisa sampai ke Siem Reap untuk melihat Angkor Wat yang legendaris itu, tetapi mengeksplore kota Phnom Penh pun sepertinya sudah sangat menarik. Segera saya booking hostel di Phnom Penh untuk hari Sabtu, tgl 6 Oktober setelah melihat info yang tertera di salah satu blog.
Untuk bekal uang selama di sana, saya menukarkan rupiah dengan US$ karena menukarkan VND (Vietnam Dong) di Indonesia ratenya sangat rendah, sehingga sampai  di sana baru menukarnya dengan VND. 
Day  1
Setelah semua beres, tinggal menunggu waktu keberangkatan, pada hari Kamis, 4 Oktober 2012, pesawat take off tepat jam 16.20 dari terminal 3  Bandara Soetta. Sangat tepat waktu, sehingga kami yang terjebak kemacetan, dan santai-santai makan papa curry harus buru-buru mengejar rombongan penumpang yang sedang menuju pesawat setelah lolos dari antrian imigrasi yang tiba-tiba ramai. 
Hah lega banget rasanya, tinggal duduk manis dan mencoba tidur selama 3 jam perjalanan menuju negeri Paman Ho. Tetapi... OMG, kami duduk dekat dengan rombongan ibu-ibu yang luar biasa ramai sehingga suara mereka yang mengobrol sepanjang perjalanan membuat saya susah tidur. Penumpang yang duduk di sebelah saya kelihatan BT berat dan ngomel sendiri. Baru setelah agak lama banyak juga penumpang lain yang bersama-sama ber ssttt ria, sehingga akhirnya mereka diam juga beberapa saat, sampai akhirnya tiba waktu landing sekitar pukul 19.30 WIB eh salah waktu setempat, soalnya sama sih, tidak ada perbedaan waktu dengan Jakarta.
Setelah proses pemeriksaan imigrasi yang lancar, tidak perlu mengisi form kedatangan, kami menuruni eskalator dan menuju tempat penukaran uang yang  merupakan counter bank di Vietnam. Kurs saat itu adalah 1 US$ = 20.850 VND. Kami hanya menukar secukupnya untuk membayar taxi. 




Memasuki Imigrasi















Bandara Tan Son Nhat ini lumayan bagus, bersih dan relatif sepi. Saya dan Ida duduk-duduk di depan bandara melihat-lihat suasana sambil menunggu taxi Vinasun yang direkomendasikan karena memakai argo .  Taxi terletak di bagian ujung sebelah kiri, ada merek lain yang memakai vina juga jadi jangan sampai salah. Hampir semua taxi memakai mobil sejenis Kijang jadi lebih cocok untuk rombongan. 
Begitu taxi keluar kompleks bandara dan menuju jalan raya, waaah... ternyata banyak sekali motor di jalan dan semuanya berjalan tidak tentu ke segala arah. Mungkin karena tidak macet dan jarang lampu lalu lintas, maka motor-motor itu seperti berjalan tiada henti, sehingga taxi yang kami naiki harus bermanuver diantara motor-motor tersebut.  Satu motor kadang dimodifikasi dengan tambahan tempat duduk sehingga bisa untuk 4 orang! Dan helm yang dipakai juga helm proyek biasa bukan helm full seperti di Jakarta.  Banyak sekali toko yang menjual helm cetok tersebut dengan warna-warni yang mencolok. 

Sumpah, deg-degan terus di sepanjang jalan, tapi seru sih. Lalu lintas di Saigon menggunakan lalu lintas sebelah kiri, sehingga setir mobil berada di sebelah kiri dan untuk menyebarang jalan jangan sampai salah nengok, karena harus melihat ke arah sebelah kiri dahulu baru ke sebelah kanan. Dan harus ekstra hati-hati karena motor sangat banyak dan sepertinya mereka tidak mau mengerem laju motornya walau melihat orang menyeberang, jadi harus lincah dan waspada. Juga harus extra perhatian terhadap tas, karena sudah beberapa kali kami diperingati untuk selalu waspada terhadap copet di keramaian. Yah, mirip di Jakarta-lah, pasti semua orang juga memperingati turisnya dari copet-copet tersebut. Yang agak mengejutkan sih, sewaktu saya menyeberang dan menghindar sebuah sepeda motor, pengendara tersebut malah berteriak ke saya, watch your bag. Ih, jadi kaget. Kirain saya mau ditabrak.
Akhirnya setelah sekitar 30 menit perjalanan, kami sampai juga di jalan Pham Ngu Lao.  Proses membayar ternyata membingungkan karena supirnya tidak mengerti bahasa Inggris dan kami agak bingung dalam membayarkan mata uang dong yang ternyata kurang.  Tetapi akhirnya kekurangannya dibayar memakai US$. Untuk taxi dari bandara ke Pham Ngu Lao kurang lebih adalah US$ 11 .  
Long Hostel masih masuk ke dalam gang kecil samping pasar kira-kira 50 meter, disebelah Saigon Backpacker Hostel. Kami disambut Mrs Long sendiri yang sedang berada di sana dan segera mengetahui bahwa kami adalah teman dari Mada yang mereferensikan tempat tersebut. Setelah proses check in selesai, Mrs Long memberikan peta HCMC lengkap dengan lokasi-lokasi wajib kunjung serta membookingkan kami tour ke Chuchi Tunnel esok pagi.  Tour sehari penuh ke Chuchi Tunnel dan Cao Dai Temple adalah USD 7,- per orang dan kami akan dijemput pukul 8 pagi.  Kalau hanya tour ke Chuchi Tunnel saja hanya membayar US$ 5,-
Saya juga menjelaskan bahwa karena ada perubahan itinerary kami tidak jadi booking 3 malam, karena pada malam kedua kami akan ke Phnomh Penh dan ternyata Mrs Long tidak keberatan. 
Penghargaan dari Trip Advisor tahun 2012

internet gratis

Meja unik dengan souvenir mata uang berbagai negara
 



Kamar di Long Hostel



Oiya, setelah melihat-lihat di seputar ruangan hostel ini saya menemukan penghargaan yang tergantung di dinding diantara hiasan yang lain dan ternyata penghargaan Winner of Travellers’ Choice 2012 dari Trip Advisor. Wah, keren. Uniknya di meja tamu mereka hiasannya adalah bermacam-macam uang dari para turis yang menginap di sana. Diantara berbagai macam mata uang dari berbagai negara ada di sana termasuk dari Indonesia. Hampir semua mata uang Indonesia sudah dijadikan souvenir sebagai kenang-kenangan, yang belum ada hanya uang Rp 1000,-, jadilah kami meletakkan uang tersebut disana. Hahaha.. 
Setelah meletakkan barang di kamar, kami segera menuju ke resto Pho Quynh yang berada dekat hostel untuk makan malam. Seporsi Pho Bo Beef  55000 VND dan Es Kopi Vietnam  15000 dong. Kenyang makan, kami pulang untuk beristirahat. 

Pho Quynh - selalu ramai
Mie khas Vietnam dengan pelengkapnya
Pho Bo

Lalu Lintas depan Pho Quynh



Alamat Long Hostel :
373/10 Pham Ngu Lao St, Dist 1
HCMC, Vietnam
Tel : 84838360184, Cell Phone : 84917888842
Email : longhomestay@yahoo.com

Tips :
  • Lebih baik menggunakan mata uang Dong dari pada US$ karena jika memakai US$ lebih banyak di bulatkan keatas sehingga lebih mahal.  

No comments:

Post a Comment