Seperti biasa pasang alarm jam 6 dan jam 7 kami sudah sarapan dengan lauk roti dan omelete. Jam 8 tepat kami dijemput oleh awak bus Sapaco dan dengan berjalan kaki sekitar 100 meter sudah sampai di terminal bus. Ternyata benar-benar strategis lokasi penginapan kami. Kemana-mana dekat. Bisnya berwarna merah dengan deretan kursi 2-2, tarif 12 US$. Sebelum berangkat kondektur bis sudah mengumpulkan paspor kami untuk proses di imigrasi Vietnam dan Kamboja. Ketika kami menanyakan untuk visa ternyata sang kondektur berkata bahwa it’s free. Asyiiik, menghemat 25 US$!
Wat Phnom |
sarapan hari ke 3 |
Di dalam bis menuju Phnom Penh |
Kami
melalui jalan ke arah yang sama dengan ke Cuchi tunnel kemarin sampai di
akhirnya kami berhenti di perbatasan kantor imigrasi perbatasan Vietnam. Di
sini kami diminta turun sambil membawa tas dan berdiri di depan loket imigrasi
untuk menunggu. Ternyata paspor yang telah selesai dicap diberikan ke kondektur
bus yang memanggil nama penumpang masing-masing. Ketika memanggil nama saya logatnya lucu,
hehe..
Setelah penumpang mendapat paspor
masing-masing, semua kembali ke dalam bus dan bus menuju imigrasi Kamboja yang
berjarak hanya sekitar 500 meter. Kembali kami semua turun untuk pemeriksaan
imigrasi lengkap dengan pemeriksaan finger print dan setelah itu paspor kami
dperiksa sekali lagi.
Imigrasi Vietnam |
Imigrasi di Kambodia |
Pemandangan
yang ditemui selepas memasuki wilayah kamboja adalah adanya hotel dengan kasino
yang besar dan megah. Wah ternyata maju juga ya perkasinoan di sini. Setelah berjalan sekitar 5 menit bis berhenti
di sebuah rumah makan dan kami dipersilakan turun untuk makan siang. Pengumuman
di sampaikan oleh kondektur bus dalam bahasa vietnam dan Inggris.
Kasino di Phnom Penh |
Suasana resto sangat ramai. Menu yang disajikan adalah seperti di warteg yaitu nasi dengan aneka lauk pauk, yang karena penuh orang berdiri di depannya saya tidak dapat melihat dengan jelas, tetapi ada cap cay dan telur kecap serta lauk lain yang tidak jelas. Yang membuat saya agak malas adalah bau dupa yang sangat menyengat sehingga membuat mual. Untung kami masih menyimpan cemilan jadi lumayan untuk mengganjal perut.
Makan
siang hanya sekitar 30 menit dan perjalanan kembali dilanjutkan. Pemandangan
sepanjang jalan adalah persawahan yang menghijau diseling dengan genangan air
yang luas. Saat itu hujan turun lumayan deras sehingga mungkin genangan air
karena banjir. Rumahnya ada yang bermodel rumah panggung dengan keadaan ekonomi
yang masih di bawah keadaan di Vietnam.
Kembali
saya tertidur dan baru bangun ketika bis berhenti antri naik ke kapal feri
untuk menyeberang melalui sungai Mekong. Penyeberangan hanya memakan waktu
tidak kurang dari 10 menit. Cuaca masih hujan deras sehingga kami tidak bisa
foto-foto. Perjalanan kembali dilanjutkan dengan pemandangan yang tidak berbeda
sehingga saya lanjut tidur lagi. Menjelang pukul 14.30 sepertinya bis telah memasuki kota Phnom Penh dengan semakin
banyaknya bangunan berupa ruko dan toko selain rumah. Pekerjaan konstruksi
bangunan juga tampak disana sini sebagai tanda kota yang sedang berkembang.
Akhirnya sampai juga di counter bis Sapaco dan ternyata saya salah booking
hostel. Karena sudah lapar kami memutuskan untuk mencari tempat makan dulu sambil membicarakan langkah selanjutnya.
Kami
tidak mendapatkan rumah makan yang cocok sehingga kami memutuskan mencari
tuktuk dahulu sekalian mencari hotel dan kebetulan pula supir tuktuk yang kami
dapat menawarkan brosur hotel Bolyna Palace Hotel dengan harga kamar paling
murah US$ 15,-. Ongkos tuktuknya sendiri
adalah US$ 2,-. Mata uang kamboja adalah Riel dengan kurs 1 US$ adalah sekitar
4000 riel. Biasanya mereka menerima pembayaran dengan US$ tetapi mengembalikannya
dengan uang Riel.
Daerah
turis backpacker dengan hostel-hostelnya yang murah meriah sebenarnya terletak
di dekat istana Royal Palace di tepian sungai Mekong, tetapi karena hari sudah
semakin sore dan hujan rintik-rintik masih turun kami akhirnya menginap di
hotel ini. Hotelnya lumayan bagus dan bersih, bertingkat 5 dan kamar kami yang
seharga US$ 15 tersebut cukup luas, lengkap dengan TV, kulkas, shower air panas
dan free wifi tetapi tanpa sarapan. Lokasinya
juga lumayan strategis karena di depan hotel juga terdapat restaurant dengan
menu yang jelas. Ah, leganya akhirnya bisa makan. Kami memesan nasi goreng ayam
dan mie goreng udang. Setelah perut
kenyang, dengan semangat kami memutuskan untuk berjalan kaki menelusuri kota
Phnom Penh.
Sebenarnya
tujuan kami adalah Royal Palace tetapi karena kejauhan jika berjalan kaki
akhirnya kami sampai di Wat Phnom yang merupakan ikon kota Phnomp Penh. Kotanya
sendiri tidak terlalu ramai dan asyiknya dihiasi banyak taman. Tampak penjual nasi goreng mangkal di sana. Dikejauhan
tampak beberapa gedung tinggi. Ada pula
hotel dengan gedung yang artistik dan kami ternyata melewati kedutaan Amerika yang
luas.
Obyek wisata dekat hotel yang kami datangi sore itu bernama Wat Phnom yang berada 26 meter diatas permukaan laut. Di bawah bangunan tersebut terdapat Phnom Penh Art Museum yang tampak sepi. Bangunan ini juga merupakan vihara untuk berdoa bagi penganut Budha.
Berdasarkan pengalaman saya selama berjalan-jalan kemarin, orang Kamboja relatif lebih ramah dibanding dengan orang Vietnam yang agak cuek. Sewaktu sedang berada di Wat Phnom kami melihat ibu-ibu berjualan makanan yang mirp laksa tetapi dicampur sayuran, serta diatasnya ditaburi bubuk cabai. Karena kesulitan berkomunikasi, sampai saat ini saya tetap tidak tau nama makanan tersebut. Sebenarnya saat itu saya ingin membeli makanan tersebut tetapi karena masih kenyang ya tidak jadi, kami hanya memotretnya dan anak muda yang membeli makanan tersebut dengan senang hati memperlihatkan makanan yang hendak saya foto. Ibu penjualnya pun dengan ramah tersenyum. Begitu pula ketika teman saya hendak membeli rujak dimana kami bertemu dengan pembeli lainnya, mereka dengan ramah tersenyum dan berusaha berkomunikasi dengan bahasa isyarat dan akhirnya berfoto bersama. Ketika kami hendak menanyakan jalan, beberapa orang yang kami tanya selalu menjawab dengan ramah.
Jajanan mirip laksa |
Setelah mampir ke minimarket untuk membeli minum teh di dalam botol dan membeli pop mie kami melanjutkan perjalanan kembali menuju hotel. Sayang peta dari hotel tidak jelas dan tulisannya kecil-kecil karena hanya berupa fotokopian sehingga kami hanya mengandalkan insting dan bertanya kepada penduduk sekitar. Sempat beberapa kali salah jalan tetapi akhirnya kami berhasil juga sampai di hotel dengan selamat, langsung mandi dan istirahat. Saya masih sibuk ber bbm ria dan update berita di twitter ketika sekitar jam 11 malam, tiba-tiba lampu mati! Waduh, suara jeritan terdengar bersamaan dengan bel berdering dari orang yang terjebak di lift membuat saya hanya bisa bengong sambil berdoa. Mudah-mudahan tidak ada apa-apa dan listrik segera menyala. Beruntung hanya sekitar 3 menit listrik menyala kembali. Alhamdulilah. Saya langsung tidur selimutan. Sekitar jam 2 saya terbangun karena suara hujan yang sangat deras. Aduuh, gimana nih kalau hujan terus, moga-moga besok pagi hujan sudah reda.
No comments:
Post a Comment