Day 2
Tepat pukul 6 pagi alarm HP berbunyi, dengan penuh semangat kami segera mandi dan turun untuk sarapan. Menu
sarapan hari itu bisa memilih antara roti dan selai atau mie goreng. Kami memilih roti
dengan selai dan mentega. Nyesel gak milih mie goreng karena ternyata esok hari
menunya berbeda. Roti yang disajikan adalah French Toast yang renyah karena
masih panas ditemani kopi susu vietnam. Enak banget.
Breakfast |
Karena
masih ada waktu kami berjalan mencari money changer. Wah ternyata hostel kami
dekat pasar, sehingga banyak yang bisa dilihat. Bermacam-macam tukang jualan
ada disana dari yang jual bunga, buah-buahan segar, daging dan
banyak lagi lainnya. Tapi karena kami buru-buru tidak bisa terlalu lama melihat-lihat. Setelah
menemukan money changer yang ternyata adalah bank, kami segera kembali ke
penginapan. Ida sempet membeli jambu air yang terlihat merah segar sebagai bekal
di perjalanan.
Jalan sekitar hostel |
Sekitar
jam 8 kami sudah dijemput oleh tour guide kami pagi itu, bersama dengan 3 orang
turis asing dari hostel sebelah dan ternyata setelah kami masih menjemput
beberapa wisatawan dari hotel-hotel yang lain sehingga bis terisi penuh. Bis di
Vietnam sangat taat aturan batas kecepatan sehingga perjalanan ditempuh dalam
waktu yang lebih lama dibandingkan
dengan jarak yang sama dengan bis di di Indonesia. Guide kami hari itu cukup kocak dan komunikatif memberikan info mengenai lokasi-lokasi wisata yang akan didatangi dengan bahasa Inggris logat Vietnam yang kadang agak sulit dimengerti. Dan yang paling saya ingat adalah kegemarannya menggunakan kata "as well" Setelah berputar-putar mengangkut turis-turis dari hotel sekitar HCMC kami baru benar-benar meninggalkan pusat kota sekitar jam 9 pagi melalui highwaynya Vietnam.
Highway otw ke Cuchi tunnel |
Pom Bensin |
Sekitar jam 10.30 kami memasuki obyek wisata
pertama yaitu Handicapped Handicrafts, tempat berjualan souvenir khas vietnam dimana para pengrajinnya
adalah mantan korban perang Vietnam. Kami berkunjung ke pabrik tempat para
pengrajin
itu membuat kerajinan seperti hiasan dinding, guci dan mangkuk yang
terbuat dari keramik yang digosok hingga
mengkilat dan diberi hiasan tambahan berupa serpihan kulit telur. Di sini saya
tertarik akan hiasan dinding dengan gambar rumah khas Vietnam, padahal
ternyata
harganya mahal karena memakai US$ dan saya baru sadar ketika sudah di
dalam
bis.
Bis
berjalan lagi melewati daerah luar kota Saigon yang nampak seperti jalan di kota kecil di
pulau jawa, pemandangan rumah, toko-toko diselingi sawah silih berganti. Dan
saya sukses tidur terus sepanjang perjalanan, apalagi di luar hujan sehingga AC
bis menjadi dingin sekali.
Sekitar jam 12 kami memasuki lokasi wisata Cao Dai Temple. Diberitahukan bahwa kami bisa naik ke lantai 2 temple ini supaya bisa melihat ritual doa mereka setiap jam 12 siang. Jadi bisa puas foto-foto, setelah itu segera turun ke lantai dasar karena mesti bergantian wisatawan lain supaya tempatnya tidak penuh. Kami hanya diberi waktu sampai jam 1 siang.
Sekitar jam 12 kami memasuki lokasi wisata Cao Dai Temple. Diberitahukan bahwa kami bisa naik ke lantai 2 temple ini supaya bisa melihat ritual doa mereka setiap jam 12 siang. Jadi bisa puas foto-foto, setelah itu segera turun ke lantai dasar karena mesti bergantian wisatawan lain supaya tempatnya tidak penuh. Kami hanya diberi waktu sampai jam 1 siang.
Cao Dai adalah salah satu agama yang dianut oleh penduduk Vietnam. Cao Dai merupakan perpaduan dari ajaran Konfusianisme, Taoisme, teori karma, kelahiran kembali dari agama Buddha, dan Katolik Roma. Para penganut kepercayaan Cao Dai percaya bahwa pada prinsipnya semua agama adalah sama dan Tao adalah sebutan untuk dewa tertinggi. Cao dai dipandang sebagai Tuhan yang sama yang dihormati semua agama di dunia. Dibangun antara 1933 dan 1955, bangunan tempat berdoa bagi kepercayaan Cao Dai ini diumpamakan seperti Katedral bagi umat Katolik. Bangunan Cao Dai temple ini berwarna cream dengan ornamen-ornamen unik yang menghiasi keseluruhan bangunan. Tiga warna utama Cao Dai berwarna kuning (untuk Buddhisme), biru (untuk Taoisme), dan merah (untuk Kristen), dan ini terlihat dari jubah para jamaah yang sedang berdoa. Simbol yang paling penting adalah Mata Tuhan, yang mewakili Tuhan. Ini adalah mata kiri, karena Allah adalah Yang, dan Yang adalah sisi kiri. Yang adalah bagian dari simbol Yin dan Yang. Ornamen mata ini juga terdapat di dinding kuil sebelah luar.
Di depan mata |
Ada empat upacara dengan diiringi musik setiap hari jam 6:00 pagi, jam 12 siang, jam 6 sore, dan jam 12 malam. Sebuah orkestra dengan 10 musisi dan paduan suara dari 20 pemuda memimpin layanan dalam doa dan himne. Kata-kata yang digunakan tidak terlalu jelas, tetapi musik yang menyertainya adalah musik tradisional Vietnam.
Usai kunjungan ke Cao Dai Temple, kami singgah untuk makan siang di sebuah rumah makan kecil sekitar 10 menit dari Cao Dai temple. Setelah melihat menu dan bentuk makanan pesanan tamu lain, kami memutuskan pesan Shrimp Noodle dan Egg Fried Rice.
nasi goreng atau nasi kuning? |
Karena sudah lapar berat makanan tersebut licin tandas dalam hitungan menit. Rasanya biasa aja, yang disebut nasi goreng nasinya berwarna kuning, tapi tidak ada rasa gurih seperti nasi kuning.
Perjalanan menuju lokasi Cuchi Tunnel masih sekitar 1 jam dan sebelum sampai di sana tour guide kami menarik bayaran untuk biaya masuk sebesar 90000 VND.
Setelah urusan pembayaran beres, kami mulai memasuki kompleks Cuchi tunnel, melalui terowongan sampai akhirnya tiba di hutan yang lumayan lebat. Saat itu hujan turun rintik-rintik, tetapi karena lebatnya daun-daun pohon kami masih terlindung dari air. Kami dibawa menuju ke semacam rumah dari kayu dan beratap jerami untuk melihat film dokumenter
mengenai kehidupan para gerilyawan Vietcong. Filmnya hitam putih dan suaranya tidak
jelas. Di sebelah layar pemutaran film terdapat maket mengenai gambar situasi lorong-lorong tempat persembunyian para prajurit Vietnam.
Setelah film selesai tour guide kami menceritakan mengenai sejarah cuchi tunnel dan gerilyawan vietkong yang dengan teknik gerilya bawah tanah berhasil memenangkan perang melawan Amerika. Lorong-lorong yang dibangun di bawah tanah dengan bantuan alat sederhana dibagi menjadi 3 tingkat. Dengan bermacam ruangan untuk pertemuan, makan, bersembunyi dan lain-lain. Lorong-lorong tersebut berujung di sungai Mekong. Ketika sungai Mekong di bom oleh tentara Amerika air sungai yang masuk ke lorong malah membuat para gerilyawan itu senang karena tidak kepanasan.
Oiya, dari info yang didapat, teknik gerilya tentara Vietcong ini adalah hasil belajar dari teknik gerilya tentara Indonesia. Wah, hebat ya.
lambang cuchi tunnel |
Setelah film selesai tour guide kami menceritakan mengenai sejarah cuchi tunnel dan gerilyawan vietkong yang dengan teknik gerilya bawah tanah berhasil memenangkan perang melawan Amerika. Lorong-lorong yang dibangun di bawah tanah dengan bantuan alat sederhana dibagi menjadi 3 tingkat. Dengan bermacam ruangan untuk pertemuan, makan, bersembunyi dan lain-lain. Lorong-lorong tersebut berujung di sungai Mekong. Ketika sungai Mekong di bom oleh tentara Amerika air sungai yang masuk ke lorong malah membuat para gerilyawan itu senang karena tidak kepanasan.
Oiya, dari info yang didapat, teknik gerilya tentara Vietcong ini adalah hasil belajar dari teknik gerilya tentara Indonesia. Wah, hebat ya.
Setelah
selesai menonton film pendek tersebut, tour guide kami membawa rombongan untuk
melihat lubang asli tempat prajurit vietkong masuk ke dalam terowongan yang
memang kecil sekali. Tubuh para pejuang yang kecil dan kurus membuat mereka
sangat lincah memasuki lubang tersebut.
Lubang tersebut disamarkan dengan rerumputan sehingga akan susah sekali
ditemukan oleh musuh. Sayang saat itu hujan turun dan tanah menjadi becek,
sehingga ketika ada tawaran untuk mencoba memasuki lubang para wisatawan tidak ada yang
berminat. Mungkin kalau tidak hujan saya mau mencoba.
Selanjutnya kami menuju bagian tempat berbagai macam jenis jebakan dan ranjau yang dibuat oleh tentara Vietkong dipamerkan. Jebakan-jebakannya sangat mengerikan. Selain itu terdapat pula tank peninggalan perang dan patung buatan yang menggambarkan tentara Vietkong.
Selama kami mengadakan tur tersebut suara tembakan samar-samar dikejauhan yang semakin lama semakin jelas sesampainya kami di lokasi menembak. Para wisatawan diperbolehkan untuk mencoba menembak menggunakan senjata asli dengan pilihan senjata AK 47, M30, M60, M16, Carbiner, dan M1.
Wah ternyata suara tembakan senapan itu sangat keras, beberapa kali saya kaget ketika terdengar bunyi letusan. Jadi bisa dibayangkan waktu perang sebenarnya, pasti lebih dashyat lagi.
Tiba saatnya dibagian terakhir dari tur ini yaitu mencoba memasuki terowongan Cuchi yang asli tapi palsu. Maksudnya palsu, terowongan ini sudah agak diperbesar dan dilapis semen serta ditambah lampu. Tetapi tetap saja kami harus melaluinya dengan merangkak. Mungkin hanya sedikit diperlebar tetapi untuk tinggi masih sesuai dengan aslinya.
Awalnya kami menuruni tangga dan satu persatu mulai memasuki terowongan. Di dalam kami berhenti beberapa kali selain untuk berfoto, sekaligus beristirahat untuk mengambil nafas. Terowongannya benar-benar sempit dan hanya pas seukuran badan. Jadi yang mempunyai phobia gelap dan sempit sebaiknya tidak memasukinya. Untuk turis yang ukuran badannya besar pasti lebih sulit untuk melalui terowongan sehingga memerlukan waktu yang lebih lama. Hah, lega rasanya ketika akhirnya sampai di ujung dan bisa menghirup udara segar kembali. Kami segera memasuki bis untuk melanjutkan perjalanan pulang ke HCMC.
Selanjutnya kami menuju bagian tempat berbagai macam jenis jebakan dan ranjau yang dibuat oleh tentara Vietkong dipamerkan. Jebakan-jebakannya sangat mengerikan. Selain itu terdapat pula tank peninggalan perang dan patung buatan yang menggambarkan tentara Vietkong.
Selama kami mengadakan tur tersebut suara tembakan samar-samar dikejauhan yang semakin lama semakin jelas sesampainya kami di lokasi menembak. Para wisatawan diperbolehkan untuk mencoba menembak menggunakan senjata asli dengan pilihan senjata AK 47, M30, M60, M16, Carbiner, dan M1.
Wah ternyata suara tembakan senapan itu sangat keras, beberapa kali saya kaget ketika terdengar bunyi letusan. Jadi bisa dibayangkan waktu perang sebenarnya, pasti lebih dashyat lagi.
Tiba saatnya dibagian terakhir dari tur ini yaitu mencoba memasuki terowongan Cuchi yang asli tapi palsu. Maksudnya palsu, terowongan ini sudah agak diperbesar dan dilapis semen serta ditambah lampu. Tetapi tetap saja kami harus melaluinya dengan merangkak. Mungkin hanya sedikit diperlebar tetapi untuk tinggi masih sesuai dengan aslinya.
Awalnya kami menuruni tangga dan satu persatu mulai memasuki terowongan. Di dalam kami berhenti beberapa kali selain untuk berfoto, sekaligus beristirahat untuk mengambil nafas. Terowongannya benar-benar sempit dan hanya pas seukuran badan. Jadi yang mempunyai phobia gelap dan sempit sebaiknya tidak memasukinya. Untuk turis yang ukuran badannya besar pasti lebih sulit untuk melalui terowongan sehingga memerlukan waktu yang lebih lama. Hah, lega rasanya ketika akhirnya sampai di ujung dan bisa menghirup udara segar kembali. Kami segera memasuki bis untuk melanjutkan perjalanan pulang ke HCMC.
Tiba
di HCMC waktu menunjukkan pukul 7 malam dan hujan masih turun rintik-rintik. Pemberhentian terakhir adalah di ujung jalan Pham Ngu Lao dan dalam perjalanan menuju hostel saya
tertarik membeli Bahn Mi yang banyak dijajakan di pinggir jalan. Bahn mi adalah
sandwich vietnam yang terbuat dari roti perancis dengan isian daging dan
sayuran. Saya memilih isian daging ayam dan telur. Daging ayamnya dibuat
menyerupai abon dan telurnya di buat orak arik. Sayurannya merupakan potongan
wortel, ketimun, tomat, daun ketumbar dan disiram saus yang disebut Nuoc Cham
yang berupa campuran bawang, gula, kecap ikan, cuka dan cabai, jadi campuran
pedas, manis dan sedikit asam. Hmm.. yummy deh... apalagi dimakan panas-panas
dan dalam keadaan lapar.
Sampai
di hotel, mandi dan langsung pergi lagi di tengah hujan rintik-rintik menuju ke
Trung Nguyen Coffee, starbucks-nya Vietnam dan merupakan kedai kopi yang wajib
di coba jika ke Vietnam dan suka ngopi. Salah satunya ada yang berada dekat
hostel masih di jalan Pham Ngu Lao. Bangunan kafe bertingkat dua dengan
sofa-sofa empuk yang asyik untuk leyeh-leyeh. Kami duduk di tingkat 2 supaya
dapat melihat suasana jalan yang masih ramai.
Untuk kopinya sendiri ternyata dibagi menjadi beberapa tingkatan yang masing-masing terbuat dari jenis kopi yang berbeda antara arabica dan robusta atau gabungan keduanya. Menurut penjelasan si mbak pramusaji untuk jenis kopi yang paling kuat adalah No 1 dan 4, 2 dan 5 serta 3 adalah yang general. Saya memesan kopi no 2 dan Ida no 5. Di sini dijual pula bermacam jenis kopi tersebut dalam bentuk bubuk maupun berbentuk biji kopi yang akan digiling langsung setelah dipesan. Serta ada pula bermacam jenis kopi sachet serta cappucino (hazelnut, irish cream, mocha) dan low sugar coffee. Harganya berkisar antara 25 ribu – 40 ribu rupiah. Di sini saya kalap ngeborong berbagai jenis kopi serta kembali lagi keesokan harinya karena masih kurang.
Untuk kopinya sendiri ternyata dibagi menjadi beberapa tingkatan yang masing-masing terbuat dari jenis kopi yang berbeda antara arabica dan robusta atau gabungan keduanya. Menurut penjelasan si mbak pramusaji untuk jenis kopi yang paling kuat adalah No 1 dan 4, 2 dan 5 serta 3 adalah yang general. Saya memesan kopi no 2 dan Ida no 5. Di sini dijual pula bermacam jenis kopi tersebut dalam bentuk bubuk maupun berbentuk biji kopi yang akan digiling langsung setelah dipesan. Serta ada pula bermacam jenis kopi sachet serta cappucino (hazelnut, irish cream, mocha) dan low sugar coffee. Harganya berkisar antara 25 ribu – 40 ribu rupiah. Di sini saya kalap ngeborong berbagai jenis kopi serta kembali lagi keesokan harinya karena masih kurang.
Jalan di sekitar pham ngu lao |
Puas
memborong kopi, balik ke hostel dengan melalui jalan memutar di sekitar Pham Ngu Lao, kalo nggak salah Bui Vien dimana terdapat banyak toko souvenir. Kami tidak membeli, hanya melihat-lihat saja karena akan berbelanja di Ben Than market. Banyak juga penjual makanan kaki lima tetapi karena kami sudah kenyang tidak jadi mencobanya. Sesampai di hostel, kami langsung beristirahat sambil nonton TV. Kalau sudah malam TV lokal banyak menayangkan acara sinetron, untung ada siaran tv kabel.
No comments:
Post a Comment