Friday, 12 August 2016

Running and Traveling at Yogya – Solo (Part 1)



Rencana untuk traveling ke Solo yang beberapa kali gagal akhirnya bisa terlaksana setelah ada acara race lari di sana. Lumayan, sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui.Pepatah lama yang paling sesuai dengan kondisi saya saat itu.
Travelingnya pun bisa hemat karena tidak perlu menginap di hotel alias bisa menginap di rumah saudara.Transportasinya juga dipilih yang murmer alias memakai kereta ekonomi ac. Iya, kereta ekonomi sekarang kan sudah ber ac semua, jadi cukup nyaman dan untuk waktu tempuhnya juga sama saja dengan kereta bisnis.
Racenya pun juga tidak terlalu mahal karena diadakan di Sukoharjo, daerah pinggiran kota Solo. Nama racenya adalah Sritex Run 10K. Sritex adalah pabrik tekstil terbesar di Indonesia dan mengadakan lomba lari, untuk memperingati ulang tahunnya yang ke 50. Biaya Registrasinya  cukup murah, hanya Rp. 100.000,- Jadi begitu pendaftaran dibuka, cuslah langsung daftar.  Tujuan awal ikut race ini adalah sekalian traveling ke yogya-solo, jadi saya tidak mencari teman barengan. Untuk transportasi ke area perlombaan tidak perlu repot karena sudah ada yang mengantar.

Setelah saya mendaftar race lari, saya menghubungi tante saya di Yogya untuk memastikan bahwa pada tanggal 22 April – 23 April dan 24-25 April 2016 beliau berada di Yogya, karena saya akan menginap di rumahnya.  Setelah confirm, saya menghubungi Ibu Nunuk, mantan bos di kantor lama yang memang tinggal di Solo untuk minta ijin menginap semalam di rumah beliau. Memang sebelumnya beliau sudah berjanji akan mengundang saya ke solo pada saat acara pengukuhan guru besar beliau.  Ternyata waktunya memang pas, acara pengukuhan pada hari selasa dan saya ke Solo hari Sabtunya. Makan dan transportasi dijamin deh pokoknya, saya tinggal datang bawa body doang eh sama baju deng. Hahaha..
Setelah urusan penginapan beres, saya mulai hunting tiket kereta api. Walaupun waktunya masih lama, tapi kereta ekonomi ac ini paling diminati orang sehingga cepat habis.  Menurut info teman saya Yenny, saya harus pesan tiket ekonomi yang stasiun akhirnya di Purworejo bukan di Solo Balapan.  Pantesan waktu pertama kali coba pesen tiket ke solo untuk kelas ekonomi gak nemu, karena kalau  untuk kereta ekonomi semuanya berhenti di stasiun Purwosari.

Saya berhasil memesan tiket ekonomi KA Brantas, berangkat jam 11 siang dan sampai di solo jam 21. Tetapi saya berhenti di stasiun Lempuyangan, Yogya, karena akan menginap disana. Lumayan juga, stasiun Lempuyangan lebih dekat ke rumah saya di Yogya dari pada stasiun Tugu. Kalau di Lempuyangan kereta Brantas sampai jam 8 malam. Harga tiketnya super murah, hanya Rp. 83 ribu rupiah saja.
Setelah semua beres, saya sempatkan juga untuk browsing objek wisata yang mungkin sempat di kunjungi dalam waktu yang singkat tersebut. Setelah cari info, kalau waktunya memungkinkan saya akan singgah ke objek wisata Umbul Ponggok di Klaten dan Kalibiru di Yogyakarta. 

Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, saya sudah ambil cuti 2 hari, jumat dan senn dan sekitar jam 9.30 saya sudah berangkat ke stasiun senen dengan menggunakan Gojek. Sekitar 30 menit perjalanan saya sudah sampai di stasiun dan bergegas ke area print tiket untuk mencetak tiket. Setelah itu saya langsung menuju antrian pintu masuk yang ternyata ada tulisan untuk pintu masuk KA Brantas. Kereta apinya sendiri sudah tersedia di jalur 2. Saya langsung naik ke dalam gerbong dan mencari tempat duduk yang sesuai dengan nomor tiket. Karena sewaktu pesan kereta masih kosong, saya berhasil booking untuk tempat duduk di dekat jendela. Kereta api kelas ekonomi sekarang jauh lebih bagus, walaupun tempat duduknya masih berhadapan dan sandarannya tegak sekali sehingga memang kurang nyaman, tapi sudah ber ac sehingga cukup nyaman. ACnya bukan ac central seperti kereta eksekutif, tapi ac split yang seperti di rumah. AC yang biasa di tempel ke dinding itu, di tempel di gerbong kereta. AC di gerbong saya lumayan dinginnya, bahkan setelah malam hari jadi dingin sekali. 

Yang paling asyik dari semua yang baru di kereta ekonomi adalah, di setiap kursi tersedia colokan untuk charge Handphone. Surga banget deh, jadi nggak perlu pake power bank lagi. Tetapi karena colokannya hanya ada 2, harus gantian dengan penumpang lain. Penumpang sebelah dan depan saya adalah cowok dan sebelah cowok itu ada mbak-mbak, yang tujuannya sama dengan saya, stasiun Lempuyangan di Yogya.
Udah lamaaa banget saya nggak naik kereta ekonomi jadi lumayan excited sih melihat banyak perubahan yang baik pada perkeretaapian di Indonesia. Stasiun Senen yang dulu kumuh pun sekarang sudah bagus sekali. Tertata rapi dan bersiiih.dan setiap stasiun yang dilewati juga keadaanny sama, rapi dan bersih sekali. Salut banget deh sama PT KAI.
Akhirnya, sekitar jam 8 malam kereta saya tiba di stasiun Lempuyangan, Yogyakarta. Dari percakapan dengan mbak-mbak yang duduk di depan saya, sekarang di Yogya sudah ada Gojek, jadi cukup memudahkan bagi orang-orang dalam hal transportasi dan membeli oleh-oleh atau makanan. Tapi saya ke Yogya kan pengen naik becak, di Jakarta sih sudah puas naik Gojek. Jadi setelah keluar stasiun, saya langsung naik becak yang pertama menawarkan tumpangan dan tanpa menawar saya langsung OK dengan harga yang diberikan dan kemahalan dong. Waktu pertama nawar sih sok pake bahasa jawa biasa, tetapi setelah dijawab abangnya dengan bahasa jawa halus saya langsung bingung. Saya memang nggak bisa sama sekali kalau sudah diajak bicara memakai bahasa jawa hatus, nyerah deh. Biarin jadi rejeki bapaknya. Misalnya saya nggak bawa ransel yang cukup berat mestinya sih bisa juga jalan kaki  dari stasiun ke rumah saya. 

Sepanjang jalan saya menikmati pemandangan yang dipenuhi oleh tempat makan baru dengan beragam masakan. Yogya sudah banyak berubah setelah sekitar 8 tahun saya tidak berkujung ke sini.
Bahkan rumah saya di yogya pun sudah berubah, sekarang di kamar depan yang biasa saya tempati sudah ada ac-nya. Jadinya semakin nikmat saja tidur saya di sini dan semakin betah. Kalau nggak terpaksa ke Jakarta untuk kerja dan keluarga pengennya tinggal di Yogya terus deh.
Saya di sambut oleh tante Ninik yang sudah menunggu dari sore. Setelah ngobrol dan beristirahat sejenak, kami lanjut makan malam dengan menu : Gudeg. Udah sampai di Yogya belum sah kalau nggak makan gudeg. Dan OMG, gudeg enak dan terkenal di Yogya itu ada yang lokasinya deket rumah. Asyikk.. dengan semangat 45 saya digonceng tante Ninik menuju ke sana. Gudeg Permata yang terletak di jalan Gajah Mada.




 Sampai disana, situasi sangat ramai dengan orang yang sedang antri untuk memesan makanan.  Selain bisa makan di dalam ruangan dengan meja dan kursi, di samping tempat makan terdapat lesehan.  Penjualnya sendiri malah berada di pinggir jalan, di sebuah meja yang penuh dengan panci berisi gudeg dan pelengkapnya. Saya hanya melihat sekilas dan langsung duduk di lesehan yang masih kosong. Untuk urusan memesan saya serahkan kepada tante Ninik yang  sudah ahli. Pesanan saya nasi setengah lengkap dengan gudeg, krecek, telur dan ayam. Rasanya sih jangan ditanya lagi, endess banget dan  minumannya es tape ketan ijo yang seger banget.
Abis itu pulang ke rumah dan tidur soalnya besok bangun pagi karena mau lari pagi  yang sudah menjadi rutinitas setiap kali traveling. 

Setelah sholat subuh, saya bersiap-siap untuk memulai aktivitas lari pagi. Rute awal saya menuju jalan belakang rumah ke daerah kraton Pakualaman. Ah nikmatnya lari di jalanan kota Yogya yang masih sepi, udara pagi yang segar dan bersih menambah semangat saya. Di sepanjang jalan saya juga bertemu dengan beberapa orang yang juga lari pagi dan sesampainya di Kraton, beberapa orang sudah tampak berolah raga di lapangan depan Kraton. Lampu kraton masih menyala ketika saya tiba menandakan hari masih sangat pagi. Setelah itu saya sibuk foto-foto untuk update di sosmed, dan setelah selesai foto-foto lampu di kraton sudah dimatikan. Ih kelamaan nih foto-fotonya, hehe.
Lanjut lari menyusuri jalan-jalan seputar Keraton menuju ke arah jalan raya. Sepanjang jalan banyak penjual kue basah dan beberapa penjual menu gudeg untuk sarapan. Pengennya sih mampir, tapi saya masih ingin menuju ke stadion Krida Loka yang terletak tidak jauh dari rumah. Pastinya seru dong, bisa lari di stadion olahraga di Yogya. Awalnya saya ingin lari ke arah tugu dan jalan Malioboro tapi agak kurang pede juga nih karena sendirian. 



Sesampainya di stadion sudah banyak orang yang lari di lapangan depan stadion. Saya bergabung bersama mereka dan lari disana serta lari mengelilingi bagian luar stadoin, karena saya kira tidak boleh masuk ke dalamnya.  Yang unik saya lari dengan diiringi musik lagu-lagu perjuangan yang diputar.  Mungkin ada acara rutin setiap sabtu pagi dan lagu-lagu dipasang untuk test speaker. Tapi setelah lagu perjuangan, bapaknya memutar lagu Iwan Fals dan lagu-lagu lain. 
Karena penasaran dengan bagian dalam stadion, saya mendekati pintu masuk ke arah stadion dan masuk ke dalam. Ternyata tidak ada petugas yang melarang, jadi saya masuk dan lari memutari track lari di dalam stadion. Sayang sekali, stadion megah tersebut  terlihat kurang terawat. Bahkan di bagian atas stadion ada tumpukan sampah yang cukup banyak. Mudah-mudahan segera disapu oleh petugas kebersihannya. Setelah foto-foto saya segera pulang karena udah kabita banget sama jajan pasar yang saya lihat di jalan arah ke stadion. 




Aneka jajan pasar digelar di meja yang terletak di pinggir jalan. Saya tidak terlalu hafal nama-namanya yang jelas komplit deh, bahkan ada beberapa kue basah yang tidak saya temukan di Jakarta ada di sana. Setelah membeli beberapa buah, saya kembali pulang. 
Sampai di rumah, saya segera mandi yang dilanjutkan dengan ngopi ditemani jajan pasar yang beraneka ragam. Ah nikmatnya..

Sekitar jam 9 pagi saya sudah bersiap-siap packing untuk melanjutkan perjalanan ke Solo.  Setelah menitip kunci ke tetangga depan, karena tante saya sudah berangkat ke kantor, saya menunggu becak di pinggir jalan untuk menuju ke stasiun. Ternyata, jaman sudah banyak berubah. Sekarang becak sudah semakin jarang, akhirnya saya naik ojek ke stasiun karena sudah lebih banyak ojek daripada becak. Ah, time flies. 
Sesampainya di stasiun saya segera membeli tiket dan menunggu kedatangan kereta Prameks yang akan membawa saya ke Solo. Dan saya bergegas naik ketika kereta akhirnya tiba. Gerbong kereta yang saya naik  lumayan penuh, dilihat dari penampilannya kebanyakan mahasiswa dan mahasiswi dan ibu-ibu. Senang bisa menikmati percakapan penumpang dengan bahasa jawa yang khas. Ah, ini baru yang namanya liburan.
Sesampainya di stasiun Solo Balapan, saya segera menuju pintu keluar dan ah, bu Nunuk dan Fitri sudah terlihat menunggu dengan wajah sumringah. Senangnya bisa bertemu lagi setelah berpisah setahun lebih. Sambil bercerita tentang kabar masing-masing, kami segera menuju mobil dan menuju ke daerah Boyolali untuk makan siang. Setelah diskusi tentang resto yang akan kami pilih, akhirnya kami memutuskan untuk makan siang di Restaurant Danau Tengah Sawah, yang beralamat di dusun Menoro, Desa Jembungan Banyudono, Boyolali, Jawa Tengah.  Walaupun terletak di Boyolali karena perjalanan lancar hanya sekitar 45 menit kami sudah sampai. Sempat terlewat karena bu Nunuk lupa jalan masuk ke sana, tetapi setelah bertanya akhirnya kami sampai juga. 



Seperti namanya, resto ini berkonsep lesehan di gazebo-gazebo yang dibangun mengelilingi sebuah danau buatan dan lokasinya  di tengah sawah.Pemandangan sawah yang menghijau langsung menyegarkan mata. Udara yang panas tidak terlalu terasa karena kami langsung pesan makanan dan heboh  foto-foto. Hehehe.. 
Setelah kantor lama kami tutup, bu Nunuk dan Fitri usaha tour dan travel umroh di Solo. Selain travel umroh mereka juga menyediakan paket tur ke obyek wisata di sekitar pulau jawa. Sayang sekali lokasinya di Solo, kalau di Jakarta, saya bisa ikutan lagi. Bisa kerja sambil jalan-jalan deh. Atau jalan-jalan sambil kerja.
Karena lapar berat, menu yang disajikan, lupa nih pesannya apa aja, segera licin tandas. Dan setelah itu  kami segera melanjutkan perjalanan menuju lokasi pengambilan race pack Sritex Run di Diamond Internasional Restaurant lantai 2. Disana saya bertemu dengan Bertha, teman saya yang jadi panitia. Karena suasana tidak terlalu ramai, kami sempat foto-foto deh. 




Kelar ambil racepack, kami menuju ke Pasar Klewer karena ada titipan  yang mau dibeli oleh ibu, sekalian mampir minum es dawet yang terkenal itu. Kami beruntung, karena penjualnya masih ada. Dan kamipun duduk disana sambil menunggu ibu yang berbelanja. Paduan dawet, tape ketan hitan, tape kuning dengan kuah santan yang ringan ditambah es sungguh lezat tak terkira. Apalagi makannya di tengah pasar, pas banget deh, sah jadi turis dari Jakarta. 



Dari Pasar Klewer perjalanan dilanjutkan ke rumah ibu, dan sampai sana, saya langsung mandi dan beristirahat.  Setelah maghrib nanti saya mau dijemput Fitri untuk  makan malam sekaligus bertemu dengan Yeni, teman saya yang pindah ke Solo. 
Ke Solo wajib dan kudu hukumnya untuk ber wisata kuliner. Tetapi karena saya sudah cukup sering ke Solo, hampir semua makanan favorit di kota ini sudah dicoba. Yang terbaru sepertinya Markobar kepunyaan anaknya pak Jokowi. Walaupun di Jakarta sudah ada cabangnya, lebih pas kalau sekalian mampir ke sini untuk mencicipi dan merasakan suasana kafenya. Kalau di Jakarta hanya bisa pesan saja dan tempatnya biasa, bukan kafe.
Di Solo sendiri ada beberapa cabang Markobar tapi yang bentuknya kafe sepertinya sih cuma 1, lokasinya di sebelah Solo Grand Mall. Jalan di depan kafenya sempit, jadi kita terpaksa parkir di dalam mall.
Dilihat dari luar, suasana kafe bergaya modern ini tidak terlalu penuh. Masih banyak meja yang kosong. Kami langsung order Markobar dan memilih jenis toping 12 rasa,  hanya 3 yang agak beda, keju, kitkat green tea dan biscuit red velvet sisanya sih rasa dominan coklat, nuttela, ovomaltine dll gak hafal. 
Sambil makan martabak saya menunggu Yenny yang dating tidak berapa lama kemudian dan setelah itu kami asyik foto-foto. Di dinding kafe penuh dengan gambar dan lukisan kartun yang lucu-lucu dan Instagramable banget untuk foto-foto.
Puas makan martabak dan ngobrol kami langsung pulang,  besok kami harus berangkat pagi karena lokasi lomba yang jauh. Menuju lokasi lomba saya diantar oleh Fitri dan suaminya jadi untuk transport saya sudah terjamin.







No comments:

Post a Comment