Friday, 12 August 2016

Running and Traveling at Yogya– Solo (Part 2)



Sritex Run 10 K

Keesokan paginya setelah shoalat Subuh saya menunggu dijemput Fitri dan kami langsung menuju ke daerah Sukoharjo. Perjalanan cukup jauh karena antara kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo letaknya dari ujung ke ujung. Yang bikin degdegan ternyata kami salah jalan, menuju ke kantor Sritex yang di Solo, bukan ke arah Sukoharjo, hadeh, bikin stress aja karena takut telat. Untungnya, biasa nih orang jawa masih ada untungnya, start mulai jam 6.30 jadi masih ada waktu, walaupun tadi kami berangkat sejak jam 4.45 pagi. Jadi sudah 1 jam lebih perjalanan plus nyasar.
Akhirnya seitar jam 6 pagi sampailah kami di area pabrik Sritex yang luaaaasss sekaliii… Mobil masih bisa masuk sampai ke area parkir yang cukup dekat dengan lokasi start dan saya segera turun. Biarlah Fitri dan Budi mencari tempat menunggu sendiri. Saya segera bergabung dengan peserta lari dan mencari bu Yuli, satu-satunya pelari dari Jakarta yang saya kenal.  Pastinya ada beberapa pelari dari Jakarta juga tapi yang saya kenal dan  ikut race ini hanya bu Yuli. Dengan susah payah saya menerobos antrian pelari yang berbaris memanjang ke belakang. Pesertanya memang banyak sekali, karena karyawan Sritex juga ikut jadi peserta. Belum lagi peserta dari TNI/Polri.
Akhirnya dengan susah payah saya berhasil menemukan bu Yuli yang berada di garis start agak depan. Tetapi tidak lama kemudian, tanda Start dibunyikan dan para peserta mulai berlari.  Melewati gerbang pabrik jalur lari menyusuri area seputar pabrik, melewati sawah-sawah menghijau dan masuk ke jalan-jalan desa sekitar. Seruu banget berlari dengan aura lari yang berbeda dari biasanya. Pesertanya juga ada yang lucu-lucu dan penduduk sekitar juga banyak yang memberi semangat dengan logat jawa yang khas. “Ayo, mlayu mbak, semangat.” Sampun cedak… Yang kemudian dijawab sama si ibu, “Ojo ngono to pak, wong sek adoh kok..  Hahahaha… langsung ketawa dengernya… sumpah, bagian ini yang bikin saya masih senyum-senyum sendiri kalo inget.
Dari gerbang menuju finish yang jaraknya masih cukup jauh, saya sprint secepat-cepatnya supaya lekas sampai dan setelah finish panitia membagikan medali, pisang, minum, dan snack di dalam kotak yang berasal dari Bakery grup Sritex juga. Medalinya sesuai dengan gambar yang ada di webnya, bersepuh emas yang menandai ulang tahun emas Sritex yang ke 50. 




Setelah foto-foto saya segera menghubungi Fitri yang ternyata parkir di luar. Sesampai di mobil kami saling menceritakan pengalaman masing-masing. Ini kali pertama Fitri melihat lomba lari dari dekat, jadi dia cukup excited dan menceritakan hal-hal lucu yang dia lihat. Ada sekeluarga yang setelah start malah duduk di warung kopi dan bukannya melanjutkan lari. “Sini kita sarapan dulu” halah.. ada-ada aja si bapak. 

Setelah sampai di rumah bu Nunuk, saya segera mandi dan siap-siap untuk pergi sekalian pulang ke Yogya. Jadi saya sudah packing. Rencana hari ini adalah menjenguk pak Rudy, teman kantor dulu yang sedang dirawat di RS Oen. Payah nih Pak Rudy, rencana jalan-jalan di Solo jadi batal karena pak Rudy sakit. Dalam perjalanan ke RS kami mampir dulu membeli oleh-oleh dan setelah sampai di RS kami segera menuju kamar perawatan. RS Oen ini adalah rumah sakit dengan bangunan tempo dulu. Jadi ruangannya khas dengan langit- langit yang tinggi.
Setelah ngobrol dan haha hihi, saling bertukar cerita sampai puas, jam sudah menunjukan pukul 12. Saatnya makan siang. Karena pengen banget makan steak, bu Rudy memberi saran untuk ke Double Decker di daerah Solo Baru.
Wah, ternyata dekorasi resto steak ini unik banget. Di bagian depan resto ini terdapat replika bis tingkat warna merah ala Inggris, double decker yang menjadi nama dari resto ini. Interior di dalamnya juga keren, bergaya amerika di tahun 50an, banyak pernak pernik unik yang dipasang, seperti jukea box dan panggung konser musik. Lampu-lampunya juga super meriah, menyesuaikan jaman 50an ala ala rock n roll.  Resto ini terdiri dari 3 lantai tetapi kami makan di lantai dasar karena resto masih sepi. 
Kami segera memesan menu steak yang ditawarkan serta seporsi nachos. Pelayanan cepat dan ramah dan kami cukup puas makan di sini. Kalau misalnya saya tinggal di Solo pasti akan balik lagi. Sayang saya tinggal di Jakarta. 

Usai makan di Double Decker dan tidak lupa foto-foto di depan resto, saya diantar oleh Bu Nunuk ke dekat kampus UNS untuk menunggu bis ke arah Yogya. Sekitar 20 menit menunggu akhirnya bis ke Yogya lewat juga. Terpaksa naik bis karena pad jam tersebut kereta ke Yogya tidak ada. Baru ada lagi agak sore. Sekitar 1,5 jam perjalanan akhirnya saya sampai kembali di Yogya dengan selamat  dan ketika sampai di rumah, tante Ninik telah menunggu. 
Malamnya tetep dong, wisata kuliner tidak boleh terlewatkan. Kali ini kami merambah Kota Gede dan memilih makan lesehan di suatu lapangan yang bernama Lapangan Karang. Sate sapi di sajikan di piring dengan pelengkapnya tempe kuah serta lontong dan minumnya wedang ronde. Nikmat banget deh pokoknya. 




Pulangnya tante Ninik memutar dahulu lewat ke daerah Tugu dan Malioboro. Tetapi tidak mampir hanya lewat aja, karena udah malem dan saya sudah capek dan mengantuk. 
Besok masih ada acara jalan-jalan sebelum saya pulang ke Jakarta

No comments:

Post a Comment