Rencana kami
pagi ini adalah menuju The Peak untuk menyaksikan pemandangan kota Hongkong
dari ketinggian di Sky Terrace, mampir ke Museum Madam Tussaud serta merasakan
naik Peak Tram. Dari sana kami akan mencoba naik Ferry kembali ke Kowloon,
serta menjelajahi seputaran Victoria Harbour dan menunggu atraksi lampu
Simphony of The Light. Kami berdua memang tidak terlalu suka berbelanja,
sehingga tidak mampir ke lokasi-lokasi belanja seperti Ladies Market atau Temple Street Night
Market.
Guest House
kami menjual tiket terusan ke The Peak yang terdiri dari Tiket The Peak Tram (PP),
Museum Madame Tussaud dan Sky Terrace sebesar 220 $ HK.
Dari stasiun
MTR Tsim Tsa Tsui kami menuju Central Station dan dari sana keluar exit B dan
setelah membaca daftar nomor bis yang tertera di halte tersebut kami menunggu bis no 15 menuju The
Peak di halte yang terletak di sebelah
kanan. Sebenarnya tiket The Peak Tram adalah untuk pulang pergi tetapi kami
tidak menemukan jalan menuju Terminal The Peak Tram Terminus atau halte bis No 15C yang menuju kesana,
sehingga kami langsung menuju the Peak dengan bis No 15 tersebut.
Untuk menuju
The Peak, bis tingkat kami melalui jalan yang berliku-liku dengan pemandangan
gedung-gedung kota Hongkong. Sayang sekali pagi itu cuaca masih berkabut
sehingga pemandangan kota kurang jelas. Daerah The Peak sendiri merupakan
daerah elite di Hongkong sehingga selain pemandangan kota, kami juga melewati
daerah perumahan mewah dengan rumah-rumahnya yang besar dan megah.
Sesampai di
terminal bis the Peak, kami segera turun dan dengan mengikuti petunjuk
sampailah kami di halaman The Peak Tower yang berbentuk unik. Bagian atas
gedung berbentuk melengkung seperti sebuah wajan. The Peak terletak di ketinggian 552 meter dan
merupakan titik tertinggi di Hongkong, sedangkan The Peak Tower sendiri terdiri dari 7 lantai
dan dirancang oleh arsitek Terry Farrel.
Ketika kami
datang kabut tebal masih menyelimuti the Peak. Keadaan tersebut mengingatkan
saya akan puncak pass yang berkabut.
Saya segera merapatkan jaket supaya sedikit hangat, beruntung jaket ini
yang saya bawa, karena memang pas dipakai di cuaca seperti ini, bahannya tahan
air dan mempunyai capuchon sebagai penutup kepala.
Di halaman
the peak terdapat sebuah trem berwarna hijau yang dijadikan sebagai tourist
information. Ketika kami masuk ke dalam, saya sempat mengambil peta Hongkong dan
bertanya beberapa hal mengenai the Peak Tram serta Museum Madam Tussaud.
Ternyata The Peak Tower serta Museum baru buka pukul 10 pagi. Wah, pas sekali,
ketika itu jam menunjukkan pukul 10 sehingga kami bisa langsung masuk ke
museum tersebut.
Excited sekali bisa berfoto biarpun hanya dengan tiruan dari para artis dan tokoh terkenal, karena hampir semuanya serupa dengan aslinya. Pengecualian untuk replika Jackie Chan dan Obama, ada petugas khusus yang mengambil foto kita.
Puas berfoto
ria, kami memutuskan menuju ke lantai atas, Sky Terrace 428 dengan menunjukkan tiket yang
sama dengan yang digunakan untuk The
Peak Tram. Sesampainya di atas ternyata pemandangan kota Hongkong belum tampak
karena kabut tebal masing menyelimuti. Sambil menunggu kami melihat-lihat
disana. Di pojok teras ada sebuah tempat berbentuk hati untuk menuliskan pesan-pesan. Disana disediakan kertas
berbentuk hati dan pengunjung bisa menuliskan pesan untuk orang yang dicintai
atau siapapun juga, serta menggantungnya ditempat tersebut. Dengan semangat saya juga
menulis pesan dan menggantungnya disana, untuk siapanya… hmm.. rahasia ya..
hahaha…
Selain itu
di dinding sekitar teras ada sejarah mengenai the peak tram dan sebuah tiang
The Peak I Love You serta tahun angka tahun 2013.
Akhirnya, doa kami terkabul juga, matahari mulai menampakkan sinarnya, kabut
perlahan-lahan tersibak dan muncullah pemandangan kota Hongkong yang menakjubkan.
Gedung-gedung pencakar langit bermunculan dan makin lama semakin jelas. Tak menyia-nyiakan waktu kami langsung
berfoto-foto. Karena takut kalau tiba-tiba kabut datang lagi. Tetapi memang jangkauan pandang tidak terlalu
jelas karena masih tampak samar-samar kabut yang menutup pemandangan di
kejauhan.
Puas
foto-foto kami melihat-lihat keadaan mall yang terlihat masih sepi dan
memutuskan untuk makan di Burger King.
Setelah kenyang, kami berjalan-jalan lagi di seputar the Peak dan menuju
ke arah Peak Circle Walk yang merupakan jalur untuk para pengunjung yang ingin
menghabiskan waktu dengan berjalan menyusuri daerah perbukitan The Peak yang
dipenuhi rindangnya pepohonan dan dapat digunakan sebagai jalur untuk jogging serta hiking bagi pengunjung. Di sepanjang jalan ini banyak
keterangan tentang keadaan di sekitar The Peak, seperti sejarah, nama pepohonan
dan lain-lain.
Di seberang The Peak Tower ada mall dua lantai
yang tidak terlalu besar bernama The Peak Galleria. Di atas mall tersebut juga
ada lantai yang dapat digunakan untuk melihat pemandangan sekitar.
**Di setiap
obyek wisata informasi yang disediakan memang sangat lengkap sehingga tidak ada
kesulitan sama sekali untuk pengunjung. Bahkan saya yang ingin mengunjung suatu
Toko di jalan yang tidak saya ketahui, ketika bertanya di Tourist
Information, petugas yang berjaga
langsung mencarinya pada sebuah Ipad dan menunjukkan daerahnya di peta serta transportasi menuju ke sana.
** Harga
tiket Madame Tussaud yang lebih murah juga bisa didapat jika membeli secara
online di sini
Setelah puas
menelusuri The Peak, dengan memakai The
Peak Tram, kami kembali ke Central. Jika perginya tram berjalan naik, untuk
turun Tram berjalan mundur karena tempat duduk tetap menghadap ke depan. Tram
ini lumayan penuh penumpang bahkan ada penumpang yang berdiri. Saat turun
pemandangan juga tidak terlalu jelas karena rupanya kabut turun lagi.
The Peak
Tram mulai beroperasi sejak 30 May 1888, dan menjadi yang pertama di Asia dan
menempuh jarak 1350 meter. The Peak Tram
dapat memuat 120 penumpang. Tram
tersebut akan mendaki dengan kemiringan sekitar 45 derajat dan ditarik dengan
kabel yang super tebal.
Untuk info selengkapnya mengenai the peak tram bisa dilihat di : sini
Perjalanan
pulang naik The Peak Tram hanya memakan waktu sekitar 10 menit. Ketika Tram sudah sampai, ternyata kondisi The
Peak Tram terminus sudah ramai dengan pengunjung yang akan naik Tram tersebut
untuk menuju ke The Peak. Wah beruntung juga ya kami naik bis menuju ke atas
sehingga tidak usah berdesak-desakan menunggu.
*Jika ingin
menghemat waktu, bisa menuju The Peak dengan bis. Selain harus antri, The Peak
Tram baru mulai beroperasi pukul 10. Memang akan sedikit rugi karena ongkos
yang dibayar jika membeli paket sudah termasuk tiket Tram pp. Hal ini bisa disiasati dengan membeli tiket
lepasan saja supaya tidak dobel. Bisa
dipilh juga sih, antara naik bis saat pulang atau pergi. Pengalaman naik bis menuju the Peak sangat
menyenangkan, apalagi jika duduk di atas karena pemandangan dan sensasi
merasakan jalan yang berkelok kelok dengan kanan kiri jurang membuat kita agak
sport jantung.
**Jika ingin
melihat pemandangan kota Hongkong dengan lampu-lampunya pada malam hari bisa
kembali lagi ke sini saat menjelang malam.
Dari the
Peak Tram Terminus kami melanjutkan perjalanan ke Ferry Harbour, karena ingin
mencoba naik Ferry menuju Kowloon.
Ongkosnya lumayan murah Cuma 2,5 $ HK dan bisa bayar memakai Octopus
Card. Kapal Ferrynya cukup besar dan sore itu penumpangnya banyak
juga, pekerja kantorpun ada yang naik
Ferry. Mungkin kantornya lebih dekat dijangkau dari pelabuhan.
Ferry yang
kami tumpangi berakhir di Victoria Harbour di daerah Kowloon. Jika ingin menghabiskan waktu di mall, di dekat harbour ini ada Mall Harbour City yang cukup besar.
Sewaktu kami
berjalan keluar pelabuhan, terlihat kerumunan orang sedang melihat bebek
raksasa berwarna kuning dengan paruh oranye yang lucu. Sama seperti bebek
mainan teman mandi bayi di bak. Saya kira bebek itu sengaja dibuat oleh
pemerintah Hongkong sebagai daya tarik untuk turis. Ternyata, belakangan
setelah pulang ke Indonesia saya baru mengetahui kalau bebek itu sengaja
diciptakan oleh orang Belanda Florentijn Hofman sebagai simbol
kebahagiaan, karena orang yang melihat bebek tersebut pasti teringat akan masa
kecilnya. Di sekitar pelabuhan memang banyak yang menjual bebek karet yang
kecil-kecil persis seperti yang ada di Jakarta. Hehe.. Berita tentang bebek
karet tersebut dapat dibaca di sini.
Kami
menghabiskan sore sampai malam hari di seputaran Victoria Harbour saja. Dari
Victoria Harbour sampai Avenue of the Star terbentang pemandangan laut dengan
latar gedung-gedung tinggi di Hongkong. Cantiiik sekali, apalagi sewaktu sore
menjelang malam ketika lampu-lampu mulai menyala.
Untuk menghabiskan waktu
kami berjalan-jalan menyusuri jalan di seputaran Victoria harbour yaitu Salisbury Road dan mampir ke
beberapa museum yang ada di sana. Ada
Hongkong Museum of Art dan Hongkong
Space Museum. Di seberang jalan,
tepatnya di 2A Canton Road, kami menikmati Heritage 1881 atau Hongkong Heritage
Discovery Centre, merupakan bangunan bersejarah yang berdiri sejak jaman
Victoria tahun 1881. Bangunan bergaya arsitektur kolonial Victoria dan neo
klasik ini sekarang menjadi bangunan butik kelas atas, restoran dan hotel.
Walaupun begitu masih ada peninggalan bersejarah yang bisa dilihat. Misalnya
saja, bangunan utama bekas Markas Besar Polisi Marina. Pada dinding halaman terdapat lubang-lubang
yang ternyata pada jaman dahulu digunakan sebagai tempat memelihara merpati,
yang dipakai untuk membawa pesan ke kapal-kapal di pelabuhan sebelum ada radio
komunikasi. Selain meriam-meriam peninggalan sejarah yang masih terawat, di
bagian kiri depan halaman ada sebuah bangunan Menara Bola Waktu. Dari tahun
1885 hingga 1907, menara ini memberikan layanan penting bagi kapal-kapal di
pelabuhan Victoria. Bola yang ditempatkan di tiang di atas menara dinaikkan
secara manual setiap pagi berisi data dari Observatorium Hong Kong dan
diturunkan setiap pukul 1 siang harinya.
Bola tersebut dijadikan patokan oleh kapal-kapal untuk mensetting ulang
kronometer mereka.
Di dekat Victoria Harbour juga ada The Clock Tower yang merupakan salah satu bangunan yang cukup bersejarah. Serupa dengan jam gadang yang merupakan icon kota Bukittinggi.
Setelah
menunggu di tengah udara malam dengan tiupan angin yang dingin, akhirnya tepat pukul 8 malam mulailah acara
Simphony of the Light yang merupakan permainan lampu beserta sinar laser dari
gedung-gedung pencakar langit kota Hongkong. Musik yang ceria menjadi latar
belakang acara tersebut. Sekitar 15 menit mata kami dimanjakan dengan permainan
lampu-lampu kota Hongkong dan setelah acara selesai kami memutuskan untuk
langsung pulang ke penginapan.
- Sekitar 30 menit sebelum pukul 8 malam, pengumuman show akan berlangsung atau tidak sudah diperdengarkan melalui pengeras suara. Karena jika cuaca tidak memungkinkan pertunjukkan akan dibatalkan.
- Sebelum pulang kami sempatkan mampir ke Golden Crown Guest House yang berada di Gedung Golden Crown Court lantai 5 untuk membeli tiket Cable Car Ngong Ping. Beli di sini harganya lebih murah menjadi 105 $ HK pp. Menurut kami Guest House ini lebih bagus daripada di Cosmic, tetapi memang wajar karena harganya juga lebih mahal. Menurut penilaian di Trip Advisor meraih rangking 3 dari seluruh guest house di Hongkong. Sedangkan Cosmic hanya rangking 30 saja.
Beres urusan
tiket, kami mampir makan malam di Mc D. Ada menu nasi dengan ayam lada hitam
yang paling sesuai dengan selera karena siang tadi hanya makan burger. Teman saya berperut melayu tidak kenyang kalau tidak makan nasi. Kalau saya sendiri sih cukup fleksibel tergantung keadaan saja.
*Cuaca di
Hongkong pada bulan Mei masih cukup dingin dengan angin yang cukup kencang.
Masyarakat Hongkong sangat bergantung pada ramalan cuaca, karena ancaman taifun bisa datang sewaktu-waktu atau kabut dan hujan yang kadang masih turun. Terutama pada musim dingin dan menjelang
musim kemarau seperti saat kami datang.
Idealnya bepergian ke Hongkong pada musim panas sekitar bulan
Juli-Agustus.Tetapi jika musim panas, taifun pun kadang masih mengancam sewaktu-waktu.
Kak, nanya dong, kalau mau naik ferry itu, dari the peak ke ferry harbournya naik apa? tx -ryan-
ReplyDelete