Thursday 12 May 2011

Back to Bali




Setelah mencari-cari info kemana-mana, akhirnya pilihan menginap tetap di Sanur. Padahal rencana awalnya sih, banyak banget. Yang pengen nginep di Sanur trus pindah hotel ke Mara River di Bali Safari. Atau menginap di Kuta karena lebih dekat bandara. Atau pengen menginap di Lovina karena ada hotel yang bisa berenang bersama lumba-lumba.

Tetapi apa daya, karena waktunya kurang, akhirnya diputuskan untuk menginap di Sanur saja. Dan setelah browsing di Agoda serta di travel agen, Hotel Inna Grand Bali Beach yang jadi pilihan. Setelah membaca ulasan di Agoda, ratingnya lumayan bagus dan harganya juga tidak terlalu mahal. Memang sih hotel tua, tapi sepertinya sudah direnovasi . Dan yang penting ada akses langsung ke pantai. Sempat terjadi kesalahan booking karena kurang teliti, sehingga masuk pilihan extra bed, trus udah terlanjur debet di kartu kredit. Hiks.. yang ada panik dan BT. Untung setelah menghubungi CS Agoda, bisa di batalkan dan uangnya di transfer balik. Ih, legaaa. Soalnya kalo reservasi kamar melalui Agoda dan batal, uangnya tidak bisa dikembalikan. Ada di term and condition, jadi lain kali harus hati-hati banget kalo booking lewat internet. Sedangkan, untuk malam kedua, tetap di Hotel yang sama, hanya membeli voucher lewat rajakamar.com. Ini kesalahan kedua sebenernya, karena di sini ternyata lebih murah. Tetapi ya, sudahlah, sudah terlanjur. Kalau di Rajakamar ini, pembayarannya melalui transfer dan jika ingin melalui kartu kredit harus datang ke kantor mereka di Jl. Hasyim Asyari.

Pada liburan kali ini, saya memang tidak membuat itinerary yang terlalu ketat, lagi pengen liburan yang santai-santai saja. Acaranya kemana lihat situasi nanti begitu sampai di Bali. Toh, banyak teman-teman yang bisa dihubungi.
Yang sempat membuat was-was sih, waktu membaca ulasan di trip advisor, ini setelah saya melakukan booking, wah, kok kurang bagus ya.. ada yang menulis kalo hotelnya agak spooky. Ya, gimana dong.. mana udah dibooking pula. Pasrah aja lah..

Berangkat dari rumah, di Bendungan Hilir, jam 16 sore, sedangkan pesawat jam 17.50. Sebelumnya udah check in melalui web jadi bisa lebih cepat. Memang sih agak mepet, dan ternyata, jalan menuju bandara macet.. ada truk mogok di tengah jalan. Trus waktu mau masuk ke Terminal 3 juga agak macet. Tapi untunglah gak telat, jadi gak perlu nunggu terlalu lama sudah langsung ada panggilan boarding.

Sempat mengalami cuaca buruk di perjalanan dengan pesawat yang naik turun tapi akhirnya sampai juga dengan selamat di Bandara Ngurah Rai dan disambut dengan hujan deras serta sedikit kehujanan sewaktu menuju bis dari pesawat. Langsung menuju counter taxi dan membayar Rp. 95 ribu untuk menuju ke Sanur di tengah cuaca hujan. Kena macet lagi dan ada jalan yang banjir. Sehingga sampai hotel sekitar jam 21.30 malem. Proses check in lumayan cepat dan saya dipersilahkan menuju kamar di Garden Wing. Setelah menanyakan arah saya segera menuju ke bagian ujung hotel yang ternyata cukup jauh. Tidak ada seorang petugas hotelpun disekitar situ yang bisa ditanya, jadi saya hanya jalan sambil mengira-ngira letak kamarnya. Dan karena hujan, lorong yang dilalui sepi. yaa..pantes aja kalo di reviewnya di katakan spooky. Hehe.. pasti orang itu mengalami yang saya alami sekarang. Karena letak kamar Garden Wing itu diujung dan tidak banyak yang menginap di sana. Deretan toko-toko di hotel masih memancarkan aura jadul.
Menempati bangunan lama, kamar cukup bersih dan nyaman, sayang ACnya kurang dingin, tapi karena diluar hujan, lumayan membantu, jadi tidak terlalu masalah. Toh besok saya pindah kamar. TV kamarnya masih TV jadul bukan flat screen. Kelengkapan kamar mandi kurang, tidak ada sikat gigi. Tapi bath foam ada.

Paginya, baru terlihat pemandangan pantai di kejauhan langsung dari kamar. Saatnya bangun dan jalan-jalan di sekitar pantai. Pasirnya tidak berwarna putih tetapi agak coklat muda mengarah ke krem, air lautnya cukup bersih. Di kejauhan tampak pulau Nusa Lembongan. Setelah puas jalan-jalan, selanjutnya kami breakfast di resto hotel yang terletak di lantai 2 sehingga bisa melihat view laut lepas. Menu breakfastnya standar.

Sehabis makan dilanjutkan dengan main air di pantai dan setelah bersih-bersih barulah kami jalan-jalan menyusuri pantai untuk lunch di warung Mak Beng, yang menurut petugas hotel tidak terlalu jauh lokasinya. Siplah. Tidak terlalu jauh dari hotel ternyata ada museum Le Mayeur. Wah, kebetulan banget. Langsung mampir , membayar tiket Rp. 2000 utk dewasa dan Rp. 1000 untuk anak-anak. Le Mayeur adalah pelukis Belgia yang menetap di Bali serta menikah dengan Ni Polok gadis asli Bali yang menjadi model lukisan-lukisannya. Di museum yang dahulunya menjadi tempat kediaman Le Mayeur terdapat koleksi lukisan-lukisan beliau serta barang-barang peninggalannya, disertai penjelasan mengenai sejarah ruangan-ruangan yang ada di sana. Ruang tamu rumah tempat beliau menerima tamu –tamu termasuk Presiden pertama, Soekarno. Di halaman yang cukup asri dan sejuk, ada patung Le Mayeur dan Ni Polok dengan latar depan kolam dengan bunga teratai.
Dari Museum, dengan berjalan lagi beberapa menit, sampai juga di Warung Mak Beng yang sudah terlihat penuh, karena pas jam makan siang. Ternyata warung ini terletak di ujung jalan Hang Tuah, yang berakhir di pantai sanur. Ah akhirnya, kesampaian juga makan di sini. Pesan 1 porsi sop ikan dan ikan goreng. Sop ikannya seger, unik karena memakai potongan timun, pas banget dimakan saat perut lapar. Yang paling enak sih sambal yang menjadi pelengkap ikan goreng. Dengan sedikit rasa manis, pedasnya benar-benar mantap. Dinding warung penuh dengan foto-foto selebriti yang pernah makan di sini, termasuk foto Pak Bondan tentunya.

Kami kembali ke hotel dengan berjalan kaki menyusuri Jl Hang Tuah dan memasuki hotel lewat pintu depan yang ternyata menjadi lebih jauh. Tetapi saya jadi melewati tempat penyewaan sepeda dan ditawari pula untuk sewa mobil tak jauh dari sana. Sempat nanya biaya untuk ke Bali Safari yang diberikan harga 80 ribu sekali jalan jika ditunggu menjadi 160 ribu pp. Tetapi karena belum yakin saya tinggal saja. Ternyata, ada yang menyusul saya menggunakan motor dengan memberikan kartu nama. Trik marketing yang berhasil. Karena saya memakai jasa mobil ini untuk ke bandara.
Sampai hotel, mengurus perpindahan kamar dan mendapat kamar yang menghadap pantai di lantai 9. Dari balkon di depan kamar, pemandangan pantai sangat indah. Sukar dilukiskan denga kata-kata. Yang jelas, bikin betah duduk berlama-lama di sini sambil melihat lautan lepas. Nggak pengen balik ke Jakarta...

Karena Raiyan tadi malem nggak bisa tidur, akhirnya siang itu dia tidur dengan nyenyaknya. Saya juga ikutan tidur sebentar dan sore kami pergi berenang di kolam renang hotel. Kolam renangnya ada 4 buah. 3 buah kolam berjajar untuk pengunjung yang menginap di hotel dan satu lagi terletak di depan Garden Wing tempat awal kami menginap. 3 kolam renang utama terdiri dari kolam renang anak, untuk dewasa yang sudah mahir berenang dengan kedalaman 3 meter dan yang sedang dalamnya 1,5 meter.

Setelah puas berenang, malamnya kami makan di Seminyak. Memakai fasilitas taxi dari hotel tapi ternyata mahal, hiks. Setelah kurang lebih 30 menit sampailah kami di daerah Seminyak. Dari beberapa rumah makan di sana pilihan dijatuhkan di kafe The Junction yang terletak tidak jauh dari Seminyak Square tempat kami parkir mobil. Makanannya standarlah, tetapi interior restonya cukup cozy, sederhana tapi unik. Dengan kayu-kayu yang dicat putih dan hiasan toples-toples yang berisi aneka rempah-rempah dan bahan makanan.

Esok paginya, setelah sarapan, hari terakhir untuk explore pantai sanur. Sewa sepeda di deket warung Mak Beng dengan harga sewa Rp. 10 ribu per jam. Lebih murah soalnya dari pada di Hotel Rp. 30 ribu per jam. Di sepanjang pantai sanur sudah diber fasilitas jalan yang sangat nyaman untuk bersepeda. Saya mulai dari ujung Jl Hang Tuah terus menyusuri pantai, yang berakhir di Hotel Hyatt. Tetapi saya nggak sampai ujung, sambil lihat-lihat tempat massage, yang akhirnya ketemu juga. Terletak di suatu pondok tanpa dinding, dan letaknya agak ke atas, sehingga tidak terlalu menyolok dari jalan, tarifnya 1 jam Rp. 60 ribu. Enaaaakkkk banget, di massage sambil melihat pantai. Tapi aduh, masih harus naik sepeda lagi ya... bikin males aja. Tapi mau gimana lagi, tetep harus balikin sepeda, balik ke hotel untuk check out, late check out sampe jam 13.30. Trus karena waktu mepet, makan siang di hotel aja, di restonya yang tepi pantai. Pesan Seafood platter for two dan nasi goreng utk Raiyan.

Sehabis itu pesan mobil memakai jasa orang yang kemaren kasih kartu namanya, Pak Made, dengan tarif Rp. 100 ribu. Sampe bandara sekitar jam 16.00, bandara sudah penuh sesak seperti cendol. Hmm, kayaknya bandara Ngurah Rai ini harus segera di renovasi deh. Udah nggak sesuai dengan predikat Bandara Internasional.



No comments:

Post a Comment