Monday, 26 April 2021

Sentul Train Running and Hiking - Februari 2021 - Gloomy Morning

 



Setelah hiking di awal tahun bersama Ina dan teman-teman, saya jadi pengen balik lagi ke Sentul. Hubungi Ina ternyata doi udah ada jadwal lain ke sana, jadi gw hubungi mbak Endi yang sedang di Jakarta dan posting di IG Story kalau mau ke Sentul. Yowes pas banget jadi bisa ke Sentul lagi.

Kali ini rutenya agak beda, dari TKP di KM 0 – Cisadon PP

Karena sedang musim hujan Sentul diselimuti kabut yang cukup tebal.  Jadi walaupun pagi itu cuaca cerah, kabut tetap menyelimuti. Sungguh asyik cuaca hari ini.








Setelah mbak Endi, Ochi dan Sanjung sampai di Titik 0, kami segera memulai perjalanan pagi itu. Nggak lari sama sekali sih jadi beneran totally hiking. Ini juga karena jalanan cukup berlumpur akibat hujan jadi becek gak ada ojek 😊. Mesti hati-hati dalam melangkahkan kaki supaya gak kepleset. Bisa berlumur lumpur nanti.

Melewati kandang sapi Prabowo, kami sempat foto-foto disana dan minta difotoin tentara yang bertugas menjaga rumah Prabowo yang super luas bernama Padepokan Garuda Yaksa. Pokoknya selama perjalanan kami puas foto-foto di tengah kabut. Jarang sekali kesempatan bisa foto dengan cuaca seperti ini. Mesti nunggu pas musim hujan lagi.





Sebelum Cisadon ada suatu tempat yang bernama Pondok Pemburu. Kami mampir disana untuk istirahat sambil pesan camilan lalampa dan minum teh manis hangat. Udara yang berkabut mulai terasa dingin ketika kami duduk duduk.  Jaman dulu ketika ke Pondok Pemburu keadaannya belum sebagus sekarang karena warungnya masih warung seadanya. Sekarang bangunannya sudah lebih bagus, direnovasi menjadi bentuk kafe dengan makanan yang lebih lengkap tetapi harganya masih terjangkau. Bentuk bangunannya tidak dapat terlihat jelas karena tertutup kabut tebal.








Setelah beristirahat kami melanjutkan perjalanan ke Cisadon yang masih sekitar 3 km lagi. Perjalanan melewati rimbunnya hutan bambu yang jadi lokasi foto-foto kami selanjutnya. Auranya jadi cukup mistis karena full kabut dan bukit bambu, tapi karena kami ber 4 jadi tidak terlalu terasa.




Akhirnya sampailah kami di plang Desa Cisadon dan setelah itu sampailah kami di warung yang banyak terdapat disana untuk makan indomie dan minum kopi khas dari Desa Cisadon. Disini memang banyak tanaman kopi dan banyak luwak juga yang memakan kopi tersebut sehingga menghasilkan kopi luwak asli dari Cisadon. Kopi yang ditanam di sana adalah kopi jenis robusta yang bisa tumbuh di ketinggian kurang dari 800 Mdpl dengan suhu 18-36˚C. Sejak 1983 para penduduk di Cisadon sudah menanam kopi dan terus sampai sekarang. Sayang saat itu saya tidak jadi membeli kopi bubuknya, biar bisa balik lagi kapan-kapan. (Alesan)





Setelah selesai makan, saya harus kembali duluan karena teman saya Ida yang sudah lebih dulu sampai sudah kembali lagi ke tempat parkir mobil menunggu saya. Supaya gak kelamaan saya akhirnya balik duluan sendiri. Walau agak deg2an jalan sendiri, tapi karena jalannya relatif besar dan jelas jadi tidak akan nyasar. Kabutnya tebalnya yang bikin suasana lebih mendebarkan. Saya sempat bareng dengan pelari lain yang sedang cedera jadi tidak bisa lari cepat dan tertinggal dari temannya. Tetapi karena jalan saya juga bisa lebih cepat dari dia akhirnya saya mendahului dan tetap jalan sendiri sampai Imah Baduy untuk numpang ke toilet.  Sampai di bawah, kabut sudah mulai menipis sehingga pemandangan mulai terlihat.

Sampai di parkiran KM 0, Ida teman saya sudah menunggu di mobil. Saya segera ganti baju dan pulang ke Jakarta. Mampir di RM Saung Talaga karena udah laper banget untuk makan sore dan baru setelah itu pulang ke Jakarta.

Sungguh pengalaman trail dan hiking tidak terlupakan karena diselimuti kabut tebal sepanjang perjalanan.

 

 

 





No comments:

Post a Comment