Trip ke Singapore kali ini memang bukan untuk pertama kalinya, tapi bagi saya setiap trip itu pasti mempunyai kesan tersendiri. Seperti trip kali ini, yang harus menunggu 6 bulan karena salah satu teman saya sedang hamil waktu kami membeli tiket, jadi menunggu sampai melahirkan dan baby berumur 5 bulan. Untuk teman saya yang lain, Fitri, dia baru pertama kali ke Singapore setelah 1,5 tahun sebelumnya gagal berangkat, padahal tiket sudah dibeli. Untungnya tiket promo jadi kerugian tidak terlalu besar.
Sehari sebelum keberangkatan kami ke Singapore, 13 Januari 2014, hujan deras melanda Jakarta,
membuat kami was-was, takut perjalanan ke Bandara terhambat karena banjir.
Untung saja, akses ke Bandara masih lancar jaya pada jam 6 pagi dan pesawat kami boarding tepat jam 9 pagi.
Tiket :
Dapet tiket murah dari Tiger Mandala, total
per orang Rp. 500 ribu pp. Seharusnya Rp. 400 ribu tetapi karena membayar
dengan credit card dikenakan fee sebesar Rp. 100 ribu. Lain kali bisa memilih
opsi yang lain seperti transfer, dengan
biaya yang lebih murah. Tetapi waktu yang diberikan hanya sekitar 3 jam
dari selesai memesan sampai membayar melalui ATM.
Kali ini saya cukup beruntung karena bisa
mendapat penginapan gratis di apartemen teman saya. Maklum saat saya berangkat
dollar sedang melemah, sehingga 1 $ SGD = Rp. 9600,- Menyebalkan sekali ya.. udah hampir Rp. 10.000,- Terpaksa nggak bisa terlalu banyak belanja.
Transportasi di Spore, untuk MRT dan bis menggunakan
kartu ezlink, seharga 12 $ SGD dengan isi 7 $ SGD dengan 5 $ SGD adalah harga
kartu dan tidak bisa diambil. Kartu valid selama 5 tahun, jadi jangan sampai
hilang, jika kembali lagi ke Singapore dalam waktu 5 tahun kartu masih bisa
dipakai, tinggal diisi ulang.
Saya baru kali ini pake Ez Link, sebelumnya selalu pake standard ticket. Jadi mesti memilih jurusan, memasukkan uang ke mesin sesuai harga yang tertera, baru deh kartunya keluar.
Saya baru kali ini pake Ez Link, sebelumnya selalu pake standard ticket. Jadi mesti memilih jurusan, memasukkan uang ke mesin sesuai harga yang tertera, baru deh kartunya keluar.
Ez Link dan Standard Ticket MRT |
Untuk perjalanan kali ini, saya top up saldo
sebesar 10 $ Sing dan memakainya hingga habis sehingga tersisa hingga saldo
minimal sebesar 2 $ sehingga pada saat
saya membayar untuk MRT terakhir menuju ke bandara Changi sudah tidak bisa lagi dan saya harus
membeli tiket single trip. Tiket single tripnya bentuk baru, berbeda sejak 2
tahun lalu saya terakhir ke sini. Kali ini berbentuk karton tebal, tapi bisa dipakai
sebanyak 6 kali dan ada diskon sebesar 10
sen.
Total ongkos transportasi selama 3 hari 2
malam di Singapore adalah 20 $ SGD.
Walaupun ini bukan kali pertama saya ke singapore,
saya tetap browsing untuk menentukan objek wisata yang akan dikunjungi, terutama yang belum pernah. Saya menemukan blog tentang Singapore yang
cukup lengkap dan informatif yaitu blog http://jalanjajansingapura.com Selain info objek wisata, ada pula info
tempat makan, penginapan dan bisa membeli tiket masuk ke objek wisata
dengan harga lebih murah dari harga resmi.
Pemilik blog juga selalu siap sedia membalas pertanyaan-pertanyaan apa saja
mengenai singapore. Helpful sekali deh pokoknya.
Dari info yang saya dapat, lokasi yang belum
pernah saya kunjungi adalah area Marina Bay Sands, termasuk Garden By The Bay
dan Marina Barrage dan melihat patung Merlion di waktu malam. Hmm, pemandangan
lampu-lampu gedung di malam hari pasti indah sekali. Sudah dua kali ke sana selalu saat siang hari.
Saat malam juga ada pertunjukkan laser show dari Marina Bay Sands.
Merlion Park at Night
Saya sampai di stasiun MRT Raffles Place
sekitar pukul 7 malam dan berjalan santai melewati depan hotel klasik Fullerton, yang kali ini berhias lampion merah menyambut
datangnya imlek.
Fullerton Hotel |
Menyeberang jalan, melewati Fullerton Bay Hotel, menyusuri tepian
Clifford Pier dan akhirnya sampailah
saya di ikon Singapore, patung Merlion.
Berbeda dengan cuaca Jakarta yang sedang hujan dan mendung, cuaca di
Singapore cukup cerah sore dan malam itu, sehingga bulan hampir purnama tampak bersinar dengan indahnya.
Lampu-lampu dari Marina Bay dan Singapore Flyer serta gedung-gedung disekitar
sangat memanjakan mata. Bersyukur saya akhirnya bisa menikmati semua keindahan
ini. Saya duduk di tangga sambil
mengeluarkan bekal kue dan minum dari Eka.
Awalnya saya lupa, jika pada jam 8 malam ada pertunjukan sinar laser dari
Marina Bay, karena saya masih berada di sana sampai jam 8 malam, akhirnya bisa juga
menikmati pertunjukan tersebut. Oiya,
pertunjukan laser ini diadakan setiap hari kok. Jadi buat yang blom pernah
menyaksikan it’s recommended.
Sebenarnya setelah pertunjukan laser selesai
saya masih agak malas meninggalkan tempat ini. Saya berjalan perlahan-lahan menyusuri
Cliffor Pier sampai di area yang terdapat banyak tempat duduk di depan Hotel
Fullerton Bay. Saya duduk disana dan menikmati malam yang penuh gemerlap lampu,
sendirian saja, sambil melihat orang-orang
yang lewat. Beberapa pelari baik yang
sendirian atau berpasangan beberapa kali
melewati saya... uh, jadi nyesel gak bawa sepatu lari. Selain para pelari,
wisatawan dan pekerja kantor masih ramai lalu lalang. Kalau tidak ingat sudah hampir jam 9 malam
dan masih jauh dari apartemen, kayaknya
saya masih betah duduk disana. Berharap
waktu berhenti dan saya tidak usah pulang ke Jakarta lagi. Tetapi detik dan menit
terus berjalan, dengan berat hati akhirnya saya terpaksa meninggalkan tempat
tersebut dan menuju stasiun MRT.
Ketika di dalam MRT, masuk sms dari Nino yang
menanyakan saya sudah di mana, karena dua teman saya yang lain sudah pulang ke
apt. Takut saya nyasar katanya.
Oiya, selama di sini saya sengaja tidak
mengaktifkan mobile data di HP, supaya saya bisa tenang menikmati perjalanan
dan pemandangan. Tidak melulu konsen ngecek whatsapp, bb, jejaring sosial atau
sibuk mengupload foto dan status. Hehe.. Jadi saya hanya mengandalkan sms untuk
janjian dengan teman-teman dan sekali sms itu adalah Rp. 5000.- Jadi tetap saja harus hemat sms. Untuk
mendapatkan wifi gratis ternyata harus daftar sebelumnya, jadi memang agak
merepotkan untuk fakir wifi seperti saya.
Satu-satunya akses wifi paling kencang adalah di Marina Bay Sands. Jadi
ketika saya berada di sana setelah dari Garden By The Bay, adalah kesempatan
untuk beristirahat sekaligus cek in dan update foto. Hehehe...
Garden By The Bay
Menuju ke sini dapat dicapai dengan naik MRT jalur
kuning dan turun di stasiun MRT Bay Front serta berjalan kaki dengan mengikuti
petunjuk yang ada. Jalan yang dilalui
cukup nyaman melewati lorong dengan dekorasi kaca dan lukisan bunga-bunga yang asyik buat foto-foto dan berakhir langsung di depan Gardens
By The Bay.
Pemandangan taman dengan pepohonan yang lebat langsung menyegarkan mata, dengan danau buatan, King Fisher Lake, dilengkapi patung intalasi berbentuk capung, bernama Dragonfly. Di sana terdapat jembatan dengan alas kayu dan sangat bagus untuk foto-foto. Selain latar belakang pohon super tree yang bentuknya unik, gedung Marina Bay Sands juga bisa menjadi latar belakang di baliknya. Kami hanya berjalan-jalan di areal taman yang gratis yaitu di areal South Garden Bay, diantaranya ada Heritage Garden, yaitu taman-taman yang bertema etnis yang dominan di Singapore yaitu Chinese Garden, Indian Garden dan Malay Garden.
Pemandangan taman dengan pepohonan yang lebat langsung menyegarkan mata, dengan danau buatan, King Fisher Lake, dilengkapi patung intalasi berbentuk capung, bernama Dragonfly. Di sana terdapat jembatan dengan alas kayu dan sangat bagus untuk foto-foto. Selain latar belakang pohon super tree yang bentuknya unik, gedung Marina Bay Sands juga bisa menjadi latar belakang di baliknya. Kami hanya berjalan-jalan di areal taman yang gratis yaitu di areal South Garden Bay, diantaranya ada Heritage Garden, yaitu taman-taman yang bertema etnis yang dominan di Singapore yaitu Chinese Garden, Indian Garden dan Malay Garden.
Tiket masuk diperlukan untuk menaiki jembatan
yang menghubungkan antara super tree yang satu dengan yang lainnya sehingga
ketika berada di sana, bisa melihat
seluruh areal taman dan pemandangan kota Singapore.
Selain itu tiket juga dipergunakan untuk
memasuki areal Cloud Forest dan Flower Dome dimana disana terdapat air terjun
buatan yang di dalamnya telah di buat serupa iklim dingin-kering Mediterania dan
kawasan sub-tropis seperti di Afrika Selatan, dan beberapa bagian Eropa seperti
Spanyol dan Italia. Cloud Forest mengadaptasi iklim dingin berembun yang ditemukan
di kawasan Tropis Montana pada ketinggian antara 1.000 sampai 3.500 meter dari
permukaan laut. Jadi kita bisa menikmati tanaman dan bunga-bunga yang hidup di daerah tersebut.
Untuk memasuki areal Dome dan Cloud Forest harga tiketnya adalah 28
$ SGD untuk dewasa dan 14 $ SGD untuk anak-anak.
Pemandangan lampu-lampu yang cantik juga bisa
dinikmati di sini pada waktu malam karena taman ini buka sampai pukul 9 malam.
Selain kedua tempat di atas, objek wisata
lain yang saya datangi adalah tempat yang sudah biasa didatangi oleh wisatawan,
apalagi kalau bukan tempat wisata belanja :
Chinatown, Bugis dan Orchard Road.
Sekarang antara Chinatown dan Bugis sudah ada
MRT yang langsung menghubungkan kedua tempat tersebut, yaitu Downtown Line,
jalurnya berwarna biru. Awalnya saya ingin memakai jalur biasa yang harus
berganti line di MRT Dhoby Gaut cukup luas dan ramai, karena Chinatown di
jalur ungu dan Bugis di jalur hijau, tetapi karena saya sempat melihat peta
yang tertera di MRT dan ternyata ada jalur baru tersebut jadi lumayan, bisa
menghemat waktu.
Di Bugis, seperti biasa kami berbelanja di
pertokoan Bugis Street yang tetap full dengan turis yang berbelanja. Di sini banyak sekali jenis barang untuk oleh-oleh yang bisa dibeli, tinggal pilih sesuai selera dan kantong. Harganya biasanya juga borongan, misalnya coklat $ 10 SGD untuk 3 kotak coklat dengan bentuk merlion dengan rasa yang bisa dipilih, ada green tea, dark chocholate, mangga, raisin and nut serta almond. Kalau kaos harganya sama $ 10 SGD untuk 3 helai kaos segala ukuran. Selain itu banyak juga souvenir lain yang sudah umum, seperti gantungan kunci yang juga bisa untuk potong kuku atau sekaligus untuk pembuka botol dan lain-lain. Banyak deh.
Suasana Belanja di Bugis Street |
Di Orchard Road, saya hanya jalan-jalan
sebentar, pada hari ketiga di pagi hari
sebelum janjian dengan teman saya untuk lunch di Tanjong Pagar.
Dari apt teman saya di Novena, kami naik bis dan turun di depan Lucky Plaza. Tiket bis lebih murah dari tiket MRT. Kali
ini saya pisah lagi dengan dua teman saya yang lain. Saya dan Nino berjalan menyusuri Orchard road dari sisi Lucky Plaza, mall Robinson, lalu
menyeberang ke Mall yang ada H&Mnya dan
tergiur dengan topi lucu yang lagi sale.
Ketika Nino harus pergi duluan karena ada
janji dengan temannya di Vivo City, kami berpisah di statsiun MRT yang berada
di mall 313@Somerset. Setelah memutari
mall tersebut, saya memutuskan untuk
meneruskan perjalanan ke stasiun MRT City
Hall, karena janjian makan siang dengan teman masih lama. Di atas MRT City Hall ada mall Raffles City
dan sepertinya ada beberapa objek wisata
di sekitar City Hall. Pengen ke sana, tetapi karena
cuaca saat itu mendung, akhirnya saya membatalkan berjalan menelusuri
area sekitar City Hall, dan mampir ke Mc
Donald serta memesan Taro Pie, salah satu menu yang tidak ada di Mc D Jakarta. Surprisingly, rasanya cukup enak, manisnya pas. Mungkin karena saat itu saya
sudah lapar, lumayan bisa jadi pengganjal perut sementara sebelum makan siang.
Sekitar 30 menit saya duduk sambil melihat orang-orang lewat, salah satu
kegiatan yang menjadi hiburan bagi saya selama di sini. Setelah bertemu teman di MRT Tanjong Pagar,
saya diajak makan siang di area perkantoran yang tidak jauh dari sana. Setelah
berjalan beberapa saat, saya tidak memperhatikan nama jalannya, tibalah saya di
suatu lokasi yang merupakan area dimana banyak penjual makanan dan tempat para karyawan makan
siang. Saya diajak mencicipi menu Drum
Chicken Briyani di kedai Bayleaf, khusus menyajikan makanan India.
Drum Chicken Briyani - Bayleaf, Tanjong Pagar |
- Makanan :
Selama di spore
kali ini, menyesuaikan dengan selera teman-teman yang memperhatikan kehalalan makanan, kami selalu memilih makan di
resto fast food seperti KFC atau Mc Donald. Tetapi karena di KFC ada menu
Chicken Rice dengan nasi gurih dan lauk ayam dengan saus yang berbeda-beda,
akhirnya selama di sana kami selalu makan di KFC. Harganya untuk paket ala
carte (paket tanpa minum) adalah $ 4,5 SGD dan dengan minum $ 5.5 SGD. Ada 3
pilihan saus : OR Chicken Rice dengan Original Recipe Sauce alias saus jamur,
Roasta Chicken Rice – Honey Sauce dan Zinger Chicken Rice – Chili Crab Sauce. Semuanya enak kok...
Chicken Rice KFC |
Chinatown
Kami sampai di Chinatown ketika jam makan siang sudah lewat. Rencana awal sih pengen makan di Mc Donald, tapi ternyata restonya penuh sekali sehingga kami memutuskan untuk berjalan sambil mencari tempat makan lain dan ternyata tidak ada yang meyakinkan. Iyalah, ini kan Chinatown. Akhirnya untuk mengganjal perut kami membeli roti di mini market saja.
Ketika sedang berjalan menyusuri Hill Street di area Chinatown, kami melewati Hong Lim park, taman kecil yang banyak burung merpatinya.
Melewati kuil kecil yang saya kira Sri Mariaman temple karena bentuknya mirip. Tetapi ternyata bukan, karena ketika melihat di peta, tempatnya bukan di jalan ini.
Kami sampai di Chinatown ketika jam makan siang sudah lewat. Rencana awal sih pengen makan di Mc Donald, tapi ternyata restonya penuh sekali sehingga kami memutuskan untuk berjalan sambil mencari tempat makan lain dan ternyata tidak ada yang meyakinkan. Iyalah, ini kan Chinatown. Akhirnya untuk mengganjal perut kami membeli roti di mini market saja.
Ketika sedang berjalan menyusuri Hill Street di area Chinatown, kami melewati Hong Lim park, taman kecil yang banyak burung merpatinya.
Melewati kuil kecil yang saya kira Sri Mariaman temple karena bentuknya mirip. Tetapi ternyata bukan, karena ketika melihat di peta, tempatnya bukan di jalan ini.
Setelah puas bermain merpati, kami melihat uncle penjual es potong. Kami istirahat sambil makan es potong. Harganya masih
tetap $ 1 SGD. Saya pilih rasa choco
chip. Kedua teman saya memilih rasa strawberry dan mangga. Hmmm... nyam nyam...nyam...
Di Chinatown, selain berbelanja pernak pernik
dengan harga murah meriah, bisa mampir ke rumah ibadah Sri Mariaman temple. Merupakan
kuil Hindu tertua yang berada di South Bridge Road. Pada pintu masuknya
terdapat relief yang artistik berwarna warni
yang menggambarkan dewa dewi dalam agama Hindu. Sepertinya kuil Hindu di
singapore memang mempunyai eksterior seperti ini, seperti yang saya lewati
sebelumnya. Saya tidak masuk ke dalam,
hanya sampai pintu depan saja, karena walaupun merupakan objek wisata tetapi
kuil ini tetap merupakan tempat ibadah yang masih dipergunakan. Selain itu bagian dalam kuil tidak boleh difoto.
Oiya, karena menjelang imlek, dekorasi
sepanjang jalan raya di depan Chinatown cukup meriah, menyambut tahun Kuda
kayu, dekorasi kuda berwarna merah serta
lampion-lampion menyemarakkan suasana.
Kedatangan saya
ke Singapore kali ini juga dalam rangka bertemu teman-teman yang sudah lama
tidak bertemu.
Pada hari pertama saya sampai di Singapore, setelah meletakkan tas di apartemen teman saya di daerah Novena. Menjelang sore, saya berkunjung ke apt teman saya yang berada di pinggir kota karena apartemen tersebut berada di suatu kompleks apartemen yang disediakan oleh pemerintah. Nama daerahnya adalah Choa Chu Kang. Sebelumnya saya sudah di beri petunjuk untuk turun di MRT Choa Chu Kang, jalan ke arah terminal bis dan antri di line bis 313 dan turun pada halte setelah putaran. Hmm, ternyata setelah saya jalani, sangat mudah, di tepi jalan sudah tertera no block apartemen tempat teman saya tinggal. Tetapi supaya lebih mudah, teman saya, Eka, menjemput di halte. Sekarang Eka sudah punya baby imut bernama Eva. Waktu terakhir saya bertemu dia sedang hamil, sekarang anaknya sudah berumur 1,5 tahun.
Pada hari pertama saya sampai di Singapore, setelah meletakkan tas di apartemen teman saya di daerah Novena. Menjelang sore, saya berkunjung ke apt teman saya yang berada di pinggir kota karena apartemen tersebut berada di suatu kompleks apartemen yang disediakan oleh pemerintah. Nama daerahnya adalah Choa Chu Kang. Sebelumnya saya sudah di beri petunjuk untuk turun di MRT Choa Chu Kang, jalan ke arah terminal bis dan antri di line bis 313 dan turun pada halte setelah putaran. Hmm, ternyata setelah saya jalani, sangat mudah, di tepi jalan sudah tertera no block apartemen tempat teman saya tinggal. Tetapi supaya lebih mudah, teman saya, Eka, menjemput di halte. Sekarang Eka sudah punya baby imut bernama Eva. Waktu terakhir saya bertemu dia sedang hamil, sekarang anaknya sudah berumur 1,5 tahun.
Suasana di
kompleks apartemen ini sungguh asri, bersih dan rapi. Dengan fasilitas yang cukup lengkap, terdapat sekolah di
lantai bawah gedung dan taman bemain yang cukup besar.
Sedangkan
apartemen di tengah kota tempat saya menginap, yang dikelola oleh swasta memang
terlihat lebih mewah. Dengan fasiltas sport centre, kolam renang, spa, taman serta
kolam dan area bermain anak.
Perjalanan pulang kembali ke Jakarta berjalan dengan lancar. Teman saya yang membawa beberapa botol ASI perah yang telah beku, dengan lancar bisa melalui pemeriksaan setelah sebelumnya memberi tahu kepada petugas yang berjaga di Bandara. Sehingga bisa membawa botol-botol tersebut ke atas kabin. Pesawat juga tiba tepat waktu dan disambut dengan macet karena saat itu Jakarta habis diguyur hujan. Yes, back to reality.
Perjalanan pulang kembali ke Jakarta berjalan dengan lancar. Teman saya yang membawa beberapa botol ASI perah yang telah beku, dengan lancar bisa melalui pemeriksaan setelah sebelumnya memberi tahu kepada petugas yang berjaga di Bandara. Sehingga bisa membawa botol-botol tersebut ke atas kabin. Pesawat juga tiba tepat waktu dan disambut dengan macet karena saat itu Jakarta habis diguyur hujan. Yes, back to reality.
No comments:
Post a Comment