Jam 6 pagi taxi yang menjemput kami sudah datang. Saya memang sengaja tidak menyewa mobil
karena hanya perlu kendaraan untuk ke Kaliurang
saja. Taxi ini memang menawarkan
untuk memakai argo atau borongan dan saya memilih memakai argo dan ongkos yang
harus dibayar sampai di Taman Wisata Kaliurang adalah 70 ribu rupiah. Taxi
akan menunggu sampai tour selesai karena jika dia turun lagi jaraknya akan jauh.
Jika traveling masalah yang sulit memang transportasi jika
kita tidak memiliki kendaraan sendiri.
Untuk sewa mobil tanpa supir di Yogya adalah sekitar 250 ribu belum
termasuk bensin. Tapi jika dihitung sih
tetap lebih murah pakai taxi pp ke kaliurang sekaligus waktu tunggu dari pada
sewa mobil. Karena kemana-mana saya ingin naik becak.
Perjalanan menuju Kaliurang dari rumah saya di pusat kota Yogya
memakan waktu sekitar 45 menit. Banyak sekali perubahan di Yogya terutama di
sepanjang jalan yang saya lewati, jalan Kaliurang saat ini telah penuh dengan
deretan restaurant. Baik rumah makan kecil ataupun sekelas kafe banyak sekali
bediri berhimpitan dengan papan reklame
yang membuat pemandangan menjadi semrawut.
Sepertinya pemandangan menjadi sedikit lega selepas Mirota, aah... akhirnya
masih ada pemandangan hijau yang bisa dilihat.
Sampai di tempat pertemuan di daerah Taman Wisata Kaliurang
saya bertemu dengan masVeri yang menjadi tour leader pagi itu sekaligus
pengemudi Jeep off road yang akan membawa kami menelusuri jejak sungai di
Merapi yang sekarang telah berubah menjadi timbunan material lava yang berwarna
hitam. Tanpa menunggu lama, kami segera
berangkat, karena sekitar jam 9 pagi, jeepnya sudah dibooking untuk rombongan
outbound yang telah membook seluruh jeep yang beroperasi.
Selepas merapi menyemburkan laharnya , Tour Lava Merapi dengan menggunakan Jeep
memang banyak di tawarkan dengan menggunakan tenaga penduduk setempat. Selain dengan menggunakan Jeep ada juga tour dengan menggunakan motor trail dengan harga yang lebih murah. Untuk
tour dengan Jeep ini harga telah ditetapkan sebesar Rp. 250.000,- dengan
maksimal penumpang adalah 4 orang berarti ber 5 dengan supir.
Pemandangan seputar kaliurang sepertinya telah berubah
menjadi lebih hijau karena tanaman telah tumbuh di area yang menjadi tempat
lautan material vulkanik dari gunung
merapi. Terlebih lagi penduduk memang membuat tindakan penghijauan di seputar
Merapi. Daerah seputar lereng
merapi memang tidak boleh dihuni lagi
oleh penduduk dan semuanya sudah mengungsi di tempat yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Banyak penduduk yang
menambang pasir di area yang dahulu
merupakan tempat tinggalnya.
Dalam perjalanan tour tersebut, kami melewati lokasi makam korban Merapi. Semua korban penduduk dimakamkan disana, kecuali Mbah Marijan dan beberapa orang sukarelawan yang dimakamkan di tempat asalnya masing-masing. Di beberapa tempat kami juga berhenti untuk befoto dan di tempat tersebut sudah di lengkapi dengan kios cenderamata dan warung kecil. Sambil minum kopi dan teh serta makan indomie rebus para pengunjung bisa sekedar melepas lelah dan menghangatkan badan.
Kami juga berhenti di satu spot dimana terletak batu yang
mirip dengan wajah manusia apabila dilihat dari tempat tertentu. Tetapi karena
banyak orang yang berhenti dan berfoto disana saya tidak dapat menemukan
kemiripan batu tersebut dengan wajah manusia.
Kami hanya sebentar disana dan setelah mengambil beberapa
gambar, segera menuju spot berikutnya
yaitu Musium Sisa Hartaku, Dusun Petung, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan,
Kabupaten Sleman. Musium ini adalah
salah satu sisa rumah penduduk yang setengahnya sudah terbakar dan memamerkan harta
peninggalan dari rumah tersebut yang masih tersisa, diantaranya seekor sapi
yang hanya tersisa tulangnya, sepeda motor suzuki spin, TV, radio, jam yang
menunjukkan waktu erupsi merapi tanggal
5 November 2010 serta masih banyak barang-barang yang lain, termasuk wajan dan
raket bulu tangkis yang semua senarnya sudah hilang. Suasana dingin dan
mencekam membuat saya membayangkan suasana saat kejadian saat terjadi erupsi
merapi, bagaimana awan panas menghabiskan seluruh desa. Seperti tulisan yang tertera di dinding Habis
Sudah Semua.
Ternyata museum tersebut adalah lokasi terakhir yang kami
kunjungi, setelah itu kami segera kembali ke taman wisata Kaliurang untuk
kembali ke Yogya. Kami tidak menuju ke
lokasi rumah mbah Marijan karena menurut mas Veri jalan menuju ke sana sudah
rentan untuk dilalui jeep yang besar sehingga dibatasi pengunjungnya. Jadi kami hanya sampai di Kaliadem tempat papan
penunjuk wisata Selamat Datang di Obyek Wisata Kaliadem dengan foto-foto Watu
Gajah, bekas Bunker dan foto-foto ketika merapi sedang erupsi.
Taxi saya masih setia menunggu dan bapak supir yang baik
hati tersebut tidak menetapkan tarif menunggu yang mahal dan mengikhlaskan
kepada saya berapa tarif yang harus dibayar beserta ongkos taxi pulang.
Sesampainya kami kembali di rumah Bausasran, kami
bersiap-siap untuk pindah menginap di Hotel supaya Raiyan bisa berenang. Rencananya sebelum check in di hotel kami
mampir dulu di Mirota dan berkeliling seputaran Malioboro untuk belanja. Hotelnya masih seputar Malioboro yaitu di Jl
Dagen, Hotel Ibis Style yang dulu
bernama All Season. Hotelnya bergaya minimalis
dengan kolam renang berada di lantai 7 dengan pemandangan kota Yogya. Keren lah pokoknya. Ini sedikit menghibur diri karena nggak
kesampaian dapat hotel Inna Garuda, padahal dapet rate murah juga disana pakai
Raja Kamar. Cuma karena udah keburu bayar untuk Ibis dan detik terakhir sewaktu
check di website Raja Kamar, Hotel Inna
Garuda ternyata tersedia. Ah, telat deh.
Obyek wisata lain yang saya datangi selama di yogya adalah
Benteng Vredeburgh dan Keraton yang hanya saya datangi satu kali saja, jaman dulu waktu saya masih SMA. Hehe..
Info :
Lava Tour Merapi :
Veri : 085743636011
Lava Tour Merapi :
Veri : 085743636011
No comments:
Post a Comment