Tibalah hari terakhir saya di Jepang. Setelah selama 6 hari saya pergi terus, hari ini saya memilih untuk lebih santai. Suasana sarapan di Sakura Hostel juga agak sepi karena rombongan turis Philipina yang meramaikan hostel sudah check out kemarin.
Setelah selesai sarapan acara saya selanjutnya adalah membeli oleh-oleh di Don Quiote Asakusa. Karena saya sudah mencari toko oleh-oleh yang lain seperti Daiso tapi tidak ketemu. Saya sudah mengikuti map di google tetapi tidak menenukan toko tersebut. Akhirnya semua oleh-oleh saya beli di Don Quiote dan supaya lebih murah jangan lupa pilih kasir tax free, (bisa tanya sama penjaganya lokasi kasir tersebut karena hanya ada 2 di tiap toko). Untuk Don Quijote di Asakusa kasirnya di lantai 2. Sebelum dihitung kasir akan memberi info jika memakai tax free maka barang-barang dibungkus khusus dan hanya bisa dibuka di negara tujuan. Paspor juga dicek dan jika membayar dengan kartu harus sama dengan nama di paspor. Saya pakai kartu debit Visa Jenius. Lumayan jadi lebih murah. Oh iya, minimal belanja 5000 yen.
Setelah selesai belanja dan beres mengatur belanjaan di tas, saya segera pindah penginapan ke Taito Ryokan yang hanya berjarak sekitar 1 km dari Sakura. Jadi cukup dengan berjalan kaki saja. Sampai disana belum bisa masuk kamar sehingga saya menitip barang di resepsionis dan keluar untuk makan siang. Resepsionisnya adalah seorang bapak tua yang merokok di ruangan kecil di depan tempat menerima tamu sehingga ruangan itu bau rokok banget.
Ruangan di dalamnya memang agak seram karena mengingatkan saya akan rumah di dalam film horor Jepang yang sering saya tonton. Lantainya dari kayu dan mengingatkan akan rumah di film Sadako. Hiiii...
Saat check in bapak ini menunjukkan kamar saya yang terletak di lantai 2 dan menunjukkan kamar mandi yang lokasinya agak jauh dari kamar. Dan sepertinya tidak ada yang menginap di sana selain saya. Duh, moga-moga semua aman, tidak ada penampakan yang aneh-aneh. Saya tidak bisa merasakan saya merinding atau tidak karena udara yang dingin membuat saya tidak sensitif. Jadi ya sudahlah, pasrah aja, banyak-banyak berdoa.
Akhirnya saya memutuskan untuk makan siang di sebuah resto kebab karena resto itu yang terlihat duluan saat saya jalan kaki dari penginapan, selain itu perut sudah lapar sekali. Udara dingin menyebabkan perut cepat lapar dan masuk ke resto bisa sekalian menghangatkan diri. Setelah kenyang makan kebab dan nasi yang lumayan enak saya melanjutkan perjalanan menuju tepi Sumida River. Disini saya hanya duduk santai dan melihat pemandangan sekitar sambil berfoto-foto. Banyak orang yang lewat sambil membawa anjingnya berjalan-jalan. Dogie-dogienya tidak kalah stylist dari pemiliknya karena diberi pakaian yang lucu-lucu. Banyak juga yang masih lari-lari padahal sudah jam 2 siang. Sepertinya lari di sini tidak ada jam khusus dan bisa dilakukan sepanjang hari, kecuali mungkin malam hari karena udara pasti sudah dingin sekali.
Niat awal untuk jalan ke Tokyo Skytree tidak jadi karena di peta jaraknya sekitar 2 km, agak malas juga, saya sudah mager duduk di tepi sungai sambil melihat pemandangan. Jadi menjelang jam 3 sore saya ke penginapan lagi untuk check in supaya bisa masuk kamar dan membawa perlengkapan untuk dibawa ke onsen. Ya, saya sudah berniat mencoba onsen di Jepang, walaupun bukan onsen beneran karena lokasinya di Tokyo jadi namanya Sento -pemandian umum. Kalau Sento ini sumber airnya bukan dari alam, tapi dari air biasa yang ditambah bahan mineral. Dengan mengikuti google map saya menuju ke Tsurunoyu, sento yang paling dekat dari pusat kota. Jadi saya mengikuti google map melalui jalan-jalan kecil masuk ke perumahan. Saya sempat nyasar karena memutar belok-belok dan setelah bertanya ke sebuah toko buah akhirnya saya menemukan juga sento ini. Saya sempat bengong agak lama di depan bangunan Sento karena semua tulisan dalam bahasa kanji. Ada sepasang suami istri yang menegur saya karena melihat saya kebingungan dan memberi tahu saya untuk meletakkan sepatu saya di loker dan setelah itu menunjukkan loket dimana saya harus membeli tiket sebesar 500 yen. Saya ditawari penjaga loket untuk sewa handuk dan sabun yang semua saya tolak karena saya sudah membawa sendiri. Dengan bahasa Inggris petugasnya yang pas-pasan akhirnya saya mengerti penjelasan bahwa di dalam ada loker dan saya bisa meletakkan barang-barang saya di sana dan nanti kunci lokernya saya bawa saat mandi.
Saya segera masuk ke dalam dan berada di ruangan dengan loker yang berjajar dan ruang mandi disebelahnya. Pengunjungnya lumayan banyak. Saya segera melepas baju dan melilitkan handuk dan segera bersiap untuk berendam. Tampak beberapa orang melihat saya dengan tatapan yang menyelidik karena saya terlihat berbeda. Satu-satunya pengunjung yang bukan orang Jepang. Tapi saya pede aja, wong gak kenal ini dan body saya cukup oke. Soalnya body perempuan Jepang itu semuanya ramping bahkan yang sudah berumur juga badannya masih bagus.
Ternyata ada beberapa kolam untuk berendam yang ada di sana, ada yang biasa dan ada yang sudah diberi mineral tertentu. Malah ada tempat beredam di luar, jadi letaknya di udara terbuka jadi terasa dingin tapi malah jadi pas karena berendamnya di air panas. Tetapi menurut info yang saya baca kita tidak boleh berendam terus-terusan harus keluar juga tiap beberapa waktu. Kita bisa keluar ke tempat loker untuk sekedar minum dan kembali lagi beredam. Asalkan tidak melewati batas waktu 2 jam. (kalau tidak salah ya) Jadi saya bolak balik keluar masuk ke kolam yang berbeda-beda untuk mencoba perbedaannya. Ih seruu..
Setelah puas mandi saya menyelesaikan sesi Sento saya dan beres-beres serta jalan kaki lagi ke Ryokan. Malam ini angin kencang sekali jadi saya tidak jadi mampir untuk berbelanja dan setelah membeli makan malam langsung pulang. Malamnya terdengar suara sirene polisi pemberitahuan kalau ada angin kencang di Tokyo, suhu juga turun jadi minus dan saya tidak bisa tidur karena agak takut. Lampu kamar saya nyalakan semua dan kaca di meja saya tutup, takut ada bayangan. Karena sepertinya hanya saya yang menginap di Ryokan tersebut. Penginapannya hanya memakai pemanas dari AC dan tidak ada pemanas lantai dan dinding yang tidak rapat karena bangunan dari kayu membuat jadi lebih dingin. Suara angin kencang berderu-deru dan akhirnya saya bisa tidur juga walaupun agak gelisah dan sempat mendadak bangun karena merasa ada yang terbang di atas saya. Yah begitulah, saya kerukupan selimut dan tiba-tiba saya merasa ada sesuatu yang berkelebat di langit-langit kamar. Setelah itu saya susah untuk tidur lagi dan ketika akhirnya pagi menjelang saya merasa lega sekali, cuci muka, gosok gigi, packing dan menuju ke Airport. Mungkin itu semua cuma perasaan saya saja tapi kalo dipikir sekarang saat saya menulis ini rasanya tetap agak horror.
Sampai di Bandara, saya refund kartu Suica di mesin dan ambil deposit 500 yen. Lumayan untuk jajan cemilan.
Perjalanan berjalan lancar, tidak seperti berangkat yang diganti ke JAL, pulangnya saya tetap naik PAL dan menurut saya lumayan nyaman pesawatnya. Transit di bandara Manila yang kecil saya bareng dengan 2 orang cewek. Jadi lumayan ada teman ngobrol. Ternyata 1 orang jastiper dan 1 cewek lagi seorang solo traveler juga.
Akhirnya sampai juga di Jakarta dengan selamat, perjalanan pertama ke Jepang yang berjalan dengan lancar dan sukses. Seneng banget rasanya dan pengen balik lagi ke Jepang kalau bisa tiket murah lagi. Pengen explore Kyoto dan Osaka.
Total perkiraan pengeluaran saya (tidak termasuk tiket)
Penginapan : 20.242 yen
Transportasi (kartu Suica dan tiket bus ke Kawaguchiko): 13.400 yen
Oleh-oleh dan beli2 : 11.000 yen
Makan, jajan dan lain-lain 2000 yen. Ada juga pembayaran yang menggunakan Suica Card.
Total 50000 yen kurang lebih.
Untuk paket internet memakai paket Telkomsel roaming Asia Australia 5GB seharga Rp 375 ribu. Sampai pulang masih sisa 1,5GB
No comments:
Post a Comment